Sirius : 39. Sacrifice

3.3K 759 109
                                    

Setiap rasa sakit, pasti ada obatnya. Seulgi bahagia, ketika ia sudah menemukan obat yang bisa menyembuhkan rasa sakitnya walau sejenak.

Melihat wajah polos itu, entah kenapa hatinya menjadi lebih tenang. Rasa sesak yang semula memenuhi hatinya mulai memudar.

Tapi, perasaan tenangnya ternyata tidak bisa bertahan lama. Setelah ia pergi ke hotel dimana Jisoo dan Jennie membawa Lisa pergi, ia mendengar sesuatu yang lebih tidak mengenakkan.

Perasaan yang selama ini ia pendam ternyata benar adanya. Jisoo dan Jennie bahkan sampai menangis menceritakan perihal perkataan ibu mereka terhadap Lisa.

Walaupun anak itu terkesan tenang, tapi Seulgi paham jika di lubuk hatinya menyimpan luka yang amat besar. Ia tahu bagaimana rasanya ditolak oleh orang yang sangat berarti. Orang yang seharusnya selau ada di sisinya. Orang yang membuatnya ada di dunia ini.

"Apakah kalian sudah mengambil keputusan mengenai Lisa?" Seulgi bertanya pelan pada dua orang yang duduk di pinggir ranjang. Ia tak mau berbicara terlalu keras karena takut membangunkan Lisa.

"Kami mungkin akan menyuruh Appa menyetujui jalan operasi jika donor tersedia. Tapi jika belum, kami memilih melakukan pengobatan yang disarankan Shinhye Imo dahulu." Jisoo angkat bicara menjawab pertanyaan Seulgi.

"Untuk mengurus Lisa pasca operasi, kami mungkin bisa melakukannya tanpa bantuan Appa dan Eomma." Jennie melanjutkan.

Mengangguk setuju, Seulgi kembali beralih pada Lisa yang sama sekali tidak terganggu oleh kehadiran tiga manusia di sekitarnya.

Sekali saja, Seulgi rasanya ingin mendengar isi pikiran Lisa. Karena sungguh, ia tak bisa menebak apa yang gadis itu pikirkan. Lisa tidak seperti orang normal pada umumnya, yang seringkali berterus terang tentang rasa sakit hatinya.

Mungkin dulu iya, dia selalu melakukan itu. Namun akhir-akhir ini, ketika semuanya tampak rumit Lisa bahkan tak pernah mengeluhkan apa pun. Hal itulah yang membuat mereka khawatir.

"Golongan darah Lisa apa? Siapa tahu aku bisa membantu mencarinya." Seulgi kembali bertanya, dengan tangan mengusap wajah Lisa perlahan.

"AB resus negatif."

..........

Sebuah fakta yang harus ia terima saat ini adalah, perasaan manusia mudah berubah-ubah. Ucapan yang tercipta saat sedang dilanda bahagia atau saat marah, adalah ucapan manusia yang tidak bisa dipercaya.

Haneul sudah mengenal istrinya cukup lama. Kang Sora adalah orang paling tulus yang pernah ia temui. Sora yang bersedia menemaninya dari 0. Sora yang tak pernah marah dengan apa pun kesalahannya.

Saat ini, ia harus memahami jika istrinya itu memang merasa lelah dengan masalah di keluarga mereka. Haneul tidak bisa menyalahkan istrinya walaupun kejadian kemarin mampu menciptakan masalah baru untuk mereka.

"Jennie dan Jisoo masih belum memberi kabar?" Perkataan dengan nada putus asa itu membuat Haneul menoleh.

Walaupun dia bisa memaklumi sikap istrinya, tapi di sisi lain Haneul setuju dengan Jisoo maupun Jennie untuk memberi sedikit hukuman kepada Sora.

"Belum." Haneul berbohong. Nyatanya ia terus berhubungan dengan kedua anaknya melalui pesan singkat sampai detik ini.

Sora mengangguk saja. Ia tahu jika kedua anaknya sedang memberi hukuman. Ia yang menyesali perkataannya pun tak akan berarti karena sudah menimbulkan luka.

Berkali-kali dia meminta maaf, berkali-kali pula dia membuat kesalahan. Jisoo maupun Jennie pasti sudah muak.

"Sora-ya, mengenai Lisa---"

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang