Sirius : 47. Moon and Star

7.2K 847 315
                                    

Sejak menikah dengan Kang Sora, hidup Haneul seakan terus dilimpahi anugerah tak terduga. Ia yang bisa bangkit atas kegagalannya. Ia yang tak lagi merindukan kasih sayang keluarga karena Sora selalu memberikannya. Ia yang diberikan anak-anak menggemaskan dan baik hati.

Tenggelam dalam kebahagiaannya, Haneul melupakan suatu hal. Kebahagiaan itu, bayarannya sangat mahal. Haneul pikir, dengan lahirnya Lisa sebagai penderita Autism dan kelainan jantung sudah menjadi bayaran atas kebahagiaan yang Haneul rasakan.

Nyatanya semua itu belum cukup. Saat inilah, ia benar-benar membayar semuanya.

Hal terburuk yang lelaki itu alami adalah, menjadi dokter atas penyakit anaknya sendiri. Sedari bercita-cita menjadi dokter, tak sedetik pun Haneul memimpikan hal ini.

Rasanya ia sudah tidak sanggup. Tapi ia harus melakukannya. Dan lelaki itu hanya berharap, suatu saat nanti ia tak akan menyebutkan tanggal kematian anaknya sendiri.

"Tidurnya tenang sekali. Padahal semalam dia sempat mengalami sesak napas." Ujaran lembut itu datang dari Dokter Son yang sedang menemani Haneul untuk menemui Chaeyoung.

Ia membiarkan Haneul mengurus anaknya. Mulai dari membersihkan kerongkongan Chaeyoung yang masih terpasangi oleh selang endotrakeal dan mengganti NGT di hidung Chaeyoung.

Haneul sendiri sudah mendengar bahwa semalam kondisi Chaeyoung menurun, tadi pagi. Semalam memang ia memilih menemani Lisa bersama Jisoo dan Jennie.

"Terima kasih, Sayang sudah menjadi kuat semalam. Maaf, Appa tidak menemanimu." Haneul memberikan kecupan singkat di sudut bibir anaknya.

Sejak kecil, Chaeyoung memang selalu menjadi anak yang membanggakan. Ada banyak olimpiade yang gadis itu menangkan. Dan sampai saat ini, Haneul pun tetap merasa bangga dengan Chaeyoung.

Mengenai fakta bahwa gadis itu masih bertahan, Haneul begitu bangga. Ia tak apa-apa, jika Chaeyoung tidak bisa memenangkan olimpiade lagi. Ia akan tetap merasa sangat bangga, jika Chaeyoung bangun.

"Dokter Kang," panggilan itu membuat tubuh Haneul menegak. Seorang perawat menunjuk jendela transparant dimana lorong ICU terluhat.

Disana, ayahnya tampak memberikan senyuman. Merasa jika Jaegun sedang menunggunya, ia bergegas hendak keluar dari ruangan dingin itu.

"Sayang, Appa akan kembali nanti. Jangan nakal dan membuat Dokter Son kerepotan hm?" Haneul mengusap pipi anaknya yang menirus, lalu benar-benar keluar dari sana.

Di tengah kesulitannya saat ini, ada satu hal yang Haneul syukuri. Walaupun rasanya ia sudah tak sanggup berdiri tegap, tapi masih ada sosok penyangga yang memaksanya tetap kuat.

Keberadaan ayah dan ibunya yang terus mendampingi Haneul, begitu berharga saat ini. Seumur hidup, mungkin baru kali ini dia bisa mendapatkan peran kedua orang itu.

Hanji yang hampir tidak pernah pulang ke rumah karena terus bergantian menemani Lisa dan Chaeyoung. Juga Jaegun yang membantunya menganai banyak hal.

Sekarang, bahkan Haneul tidak lagi memegang status sebagai Presdir rumah sakit. Ia melimpahkan semua itu pada orang kepercayaan ayahnya. Karena ia ingin menangani Chaeyoung tanpa terganggu oleh apa pun.

Hal itu juga adalah saran dari Jaegun. Ia tentu sedih ketika Haneul harus membagi waktunya dengan pekerjaan. Sedangkan saat ini, Chaeyoung harus melakukan perawatan intensif. Serta Lisa yang Haneul ingin berikan waktu sebanyak mungkin untuk bersamanya.

"Kita tidak bisa terus berdiam seperti ini untuk Lisa." Baru saja Haneul tiba di hadapannya, Jaegun langsung melayangkan kalimat yang pasti membuat Haneul semakin merasa berat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SiriusWhere stories live. Discover now