Sirius : 23. Warm Hug

3.9K 810 101
                                    

Sejenak,  pikiran Lisa memang hanya tentang bagaimana caranya ia bisa pulang. Melupakan tujuannya yang hendak mengejar sosok mirip seperti Seulgi.

Tapi beberapa detik kemudian pemikiran anak itu seketika mulai menumpuk, ketika sudut pandangnya berubah mengenai keadaan sekitar.

Tanpa sadar ia kembali terjatuh karena tak begitu memperhatikan jalan dan tersandung.

"Hey, Nona. Kau tak apa?"

Seseorang menyentuh lengannya, berniat baik untuk membantu Lisa berdiri. Tetapi respon Lisa justru menjauhkan dirinya dari orang asing itu.

Ia menelan salivanya susah payah, lalu melihat ke sekitar. Tak sedikit mata yang memandangnya. Tapi di mata Lisa, mereka semua menyeramkan. Ekspresi mereka yang sebenarnya tampak kasihan sungguh berbeda dengan penglihatan Lisa.

"Jangan sentuh. Jangan sentuh." Lisa meracau, membuat orang itu semakin mendekat.

"Ayo kubantu berdiri‐‐‐"

"Ahjussi, biar aku saja. Dia adikku. Terima kasih sudah membantu."

Lelaki paruh baya itu mundur, ketika ada sosok gadis yang mengambil alih Lisa. Walau tak paham situasinya, dan ingin sekali bertanya mengapa gadis yang hendak ia bantu itu merasa ketakutan namun ia memilih pergi tanpa bertanya apa pun.

"Apa kau bayi? Kenapa tidak bisa berjalan dengan benar dan jatuh menyedihkan di tengah trotoar seperti ini?" Ocehan dari suara yang amat ia kenal itu membuat Lisa mendongak.

Ia berbinar ketika mendapati sosok Seulgi yang semula ia kejar. Ternyata, Seulgi kembali menyeberang ketika mendapati sosok Lisa yang tampak ketakutan tanpa seorang pun mendampingi.

"Seul Unnie!" Bagai mendapatkan sebotol air di tengah gurun, percayalah saat ini Lisa merasa senang sekali.

Seulgi menghela napas kasar. Merasa bingung dengan dirinya sendiri karena sangat mudah luluh oleh sosok Lisa yang sedari kecil sangat ia benci.

..........

Haneul membawa Chaeyoung ke rumah sakit dengan kecepatan penuh. Setibanya disana, justru ia tak diperbolehkan untuk menangani Chaeyoung sendiri karena pikiran Haneul sedang dilanda kepanikan.

Maka ia dengan pasrah duduk di ruang tunggu sembari meremas rambutnya kasar. Lagi-lagi harus menjadi orang tua yang lalai untuk anaknya.

Mendengar derap langkah kaki yang cukup brutal, Haneul memberanikan diri untuk mendongak.

Melihat kedatangan istri dan dua anaknya, Haneul merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Dia berusaha memutar ingatannya. Mencari sesuatu yang seharusnya ada di dekatnya.

"Appa, bagaimana keadaan---"

"Ah, sial!"

Bibir Jisoo langsung bungkam ketika mendengar sang ayah mengumpat. Sepertinya ini pertama kali Jisoo mendengar ayahnya berkata kasar.

"Kalian tunggu Chaeyoung disini. Appa ingin mencari Lisa." Haneul bangkit dengan jantung berdetak lebih cepat.

Bagaimana dia bisa tidak sadar jika anak bungsunya itu hilang? Ia terlalu panik dengan kondisi Chaeyoung hingga tak memperhatikan Lisa yang seharusnya ada di dalam mobilnya.

Kembali mengendarai mobilnya, Haneul berusaha kembali ke toko buku yang sempat Chaeyoung datangi secepat mungkin.

Sesampainya disana, Haneul segera menelusuri sekitar dengan mata mencari sosok Lisa yang mungkin masih ada disana.

Kedua tangannya yang memegang stir mengerat ketika kedua mata itu terasa berembun. Haneul sungguh ketakutan jika Lisa tidak bisa ia temukan.

Menghentikan mobilnya di bahu jalan, Haneul keluar. Dia mulai mengeluarkan ponselnya dan membuka foto Lisa yang ada di galeri.

SiriusOù les histoires vivent. Découvrez maintenant