Sirius : 35. Smile

3.2K 783 91
                                    

Manusia memang hanya bisa berencana, tanpa tahu keputusan Tuhan seperti apa. Nyatanya, rencana Shinhye yang ingin membuat Haneul tersadar dari kedaahanya menimbulkan masalah lain.

Belum sempat lelaki itu menemui Lisa, ia harus kembali ke ruang perawatan Chaeyoung karena anaknya kembali mengalami kejang. Haneul menduga hal itu terjadi karena Chaeyoung memikirkan Lisa terlalu berat.

Setelah ditangani oleh ayah dan salah satu dokter lain, Chaeyoung merasa tubuhnya semakin terasa sakit. Jika bisa, ia ingin menjerit saat ini juga.

"Uh-nnie," panggil Chaeyoung lirih sembari menarik napasnya dalam-dalam.

"Lih-sa," kali ini ia juga mengharapkan kehadiran adiknya disini.

Entah mengapa keinginannya saat ini hanya untuk melihat seluruh anggota keluarganya. Ia sungguh ketakutan, jika tak bisa melihat mereka lagi.

"Appa, Chaeyoung kenapa?" Walaupun lirih dan terbata, nyatanya panggilan itu seakan sampai pada kedua kakaknya.

Jennie dan Jisoo tanpa terengah sampai di sisi ranjang Chaeyoung. Beberapa saat lalu, Sora memang menghubungi Jisoo jika saat ini kondisi Chaeyoung kembali menurun.

"Dimana Lisa?" Haneul bertanya dengan khawatir karena tak mendapati Lisa di antara keduanya. Padahal mereka bertiga pergi keluar bersama tadi.

"Seulgi Unnie membawa Lisa pulang untuk memandikannya. Dia bilang akan membawa Lisa kemari lagi nanti malam." Jisoo menjawab.

Seulgi memang datang ke rumah sakit untuk membantu mengurus Lisa. Hal ini sudah sering dia lakukan karena keinginannya sendiri. Ia senang saat mengurus Lisa. Ada saja hal lucu yang anak itu lakukan, membuat beberapa luka Seulgi yang ia dapat dari rumah terlupakan.

"Uhn-nie." Panggilan terbata itu membuat semuanya tersentak.

Jennie terlebih dahulu sadar dan mendekati Chaeyoung. Mata adiknya yang memerah itu terus saja menatapnya. Seakan ingin mengadu jika rasanya sangat sakit.

"Geng-gham." Jennie mengangguk. Ia meraih tangan Chaeyoung dan tersentak saat menangkap hawa panas disana.

Jika sudah kambuh seperti ini, tak ada yang bisa merasa tenang melihatnya. Chaeyoung yang kesakitan, bahkan tak bisa untuk berteriak sekali saja melepas rasa sakit itu.

Chaeyoung tidak bisa berbuat apa-apa ketika kambuh seperti ini, membuat perasaan mereka sakit. Bahkan untuk mengeluh saja dia tak mampu. Chaeyoung hanya bisa mengandalkan usapan yang diberikan orang-orang terdekatnya.

..........

Tepuk tangan yang meriah itu mengakhiri sebuah sambutan seseorang di atas podium. Beberapa menit kemudian, suasana disana berubah menjadi sedikit tenang.

Kang Jaegun tampak berjalan menjauhi podium untuk menghampiri Jung Hanji, sang istri yang sedang berdiri di sudut lain ballroom hotel itu.

Hari ini memang cukup spesial untuknya. Dimana, ia sedang mengadakan peringatan 80 tahun beridirinya perusahaan yang diwariskan oleh mendiang ayahnya itu.

Banyak orang penting yang hadir disana. Namun yang amat disayangkan adalah tak ada dari kedua anaknya yang hadir. Tentu saja mereka memiliki alasan yang berbeda untuk tak berada disana.

"Annyeonghaseyo, Presdir Kang. Lama tidak berjumpa." Beberapa langkah lagi ia bisa menggapai sang istri, tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

Sosok pria yang seumuran dengannya, tampak tersenyum begitu ramah. Karena ia menghargai pria itu, Kang Jaegun mengulurkan tangan untuk mengajak berjabat tangan.

"Tuan Oh, aku sudah lama tidak melihatmu. Tapi berita mu ada diberbagai saluran televisi belakangan." Oh Jungyeon, yang dahulunya teman Kang Jaegun dan sekarang menjadi seorang pengusaha terkenal langsung menerima jabatan tangan itu.

SiriusWhere stories live. Discover now