Sirius : 36. Empty

4.1K 904 257
                                    

Disana hanya ada suara gemercik air yang Lisa mainkan. Seulgi yang kini sedang menggosok punggung Lisa, sama sekali tidak bersuara. Entah memang ia sedang tidak ingin mengobrol atau memang banyak sekali isi di dalam pikirannya.

Baru saja ia tahu, jika sang kakek berkunjung ke kediaman pamannya ini. Tapi menurut penjaga, ia tak masuk dan hanya berbincang dengan Lisa sebentar.

Seulgi sangat khawatir dengan itu. Terakhir kali, kakeknya itu berbicara kasar pada Lisa ketika mereka melakukan pertemuan keluarga. Walaupun sudah sangat lama, jika ia menjadi Lisa mungkin Seulgi masih merasa marah.

Tangan Seulgi yang semula mengusap bahu Lisa seketika berhenti saat mengingat sesuatu. Kedua matanya merasa panas hingga air disana menggenang.

Kenapa ia baru sadar sekarang? Jika sesungguhnya kehadiran Lisa tidak diharapkan hampir setiap orang di keluarganya?

Apakah Lisa merasakan hal itu? Apakah Lisa sedih dengan fakta yang ada? Saat ini, bahkan yang bisa menerimanya dengan semua kekurangan itu hanya kakak-kakak Lisa.

Seulgi tidak tahu kenapa ia harus mengecualikan kedua orang tua Lisa. Tapi selama beberapa bulan membantu mengurus Lisa, ia tak mendapati perasaan tulus seperti milik Jisoo dan Jennie pada kedua orang tua Lisa.

"Unnie, kenapa banyak orang menyukai bunga? Padahal, bunga cepat sekali mati dan kering." Perkataan Lisa itu membuat Seulgi tersentak.

"Jika sudah kering, tidak ada pilihan lain selain membuang bunga itu." Dahi Seulgi mengerut. Ia tak mengerti arah pembicaraan Lisa sekarang.

Ucapan Jennie yang pernah memberitahunya memang benar. Ada kalanya Lisa akan mengatakan sesuatu yang tidak bisa mereka pahami. Sekeras apa pun mereka berusaha.

"Memangnya apa yang abadi di dunia ini, Lisa-ya? Bahkan bintang saja tidak akan abadi." Tapi Seulgi berusaha untuk menanggapinya. Entah ucapan itu sama dengan maksud Lisa atau tidak.

"Tapi umur bintang tidak akan sesingkat bunga, Unnie." Suara Lisa mulai terdengar kesal.

"Siapa bilang? Sirius kesukaanmu, dia memiliki waktu yang singkat untuk bersinar."

Kalimat Seulgi itu tidak lagi ditanggapi Lisa. Ia hanya mendapati Lisa kembali sibuk dengan bebek mainannya. Beginilah berbicara dengan Lisa. Suasana hati anak itu mudah berubah-ubah.

"Unnie, bisakah kita menemui Chae Unnie besok saja? Lisa mau tidur." Lisa berbalik, menatap Seulgi dengan memohon.

Mengangguk, Seulgi mengiyakan keinginan Lisa. Ia sendiri tidak berani membawa Lisa keluar dari rumah karena tampaknya anak itu kembali tidak enak badan.

..........

"Sejak kapan kau menyukai permen?" Jung Hanji merasa heran dengan suaminya.

Sejak pria itu pulang ke rumah, sifatnya lebih pendiam. Bahkan ia mendapati suaminya tengah menikmati permen lolli yang Jaegun dapat dari Lisa.

"Kau juga mulai suka bunga sekarang?" Jung Hanji kian heran mendapati setangkai mawar yang ada di pangkuan suaminya.

"Apa kau meninggalkan acara penting hanya untuk mendapatkan itu? Kau sebenarnya dari mana?" Karena tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Hanji memilih duduk di samping suaminya.

Ia meraih mawar itu. Masih segar dan harum. Seperti baru saja dipetik. Mawar ini juga tampak cantik. Sepertinya pemilik nawar ini begitu merawat pohonnya dengan baik.

"Aku mendapatkannya dari Lili." Kali ini suaminya menjawab. Namun kalimat yang ia dengar membuat Hanji hampir saja menjatugkan mawar di tangannya.

"Lili? Maksudmu... Anak Haneul yang---"

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang