Sirius : 37. Different

3.9K 815 116
                                    

Ada begitu banyak hal yang memenuhi pikirannya hingga kepala itu terasa akan pecah. Tentu saja mengenai kejadian yang baru saja terjadi.

Orang bilang, seorang ibu adalah orang yang paling tulus di dunia ini. Tapi kenapa Sora harus menghancurkan citra itu dengan beberapa kalimat saja?

Jisoo tahu, ada begitu banyak hal yang sudah ibunya korbankan untuk Lisa. Entah itu waktu, atau karirnya sendiri.

Tapi hal itu seakan tak cukup di mata Jisoo setelah beberapa kalimat yang keluar dari mulut ibunya. Rasa kecewa, marah, tak percaya bercampur menjadi satu.

Kenapa jika adiknya berbeda? Apa karena hal itu adiknya tak berhak sembuh? Walau masa depannya tak akan seindah ketiga kakaknya, apakah ibunya pantas mengatakan hal itu?

Lisa adalah orang yang paling berharga untuk Jisoo melebihi siapa pun di dunia ini. Karena Lisa, Jisoo masih bisa bernapas detik ini.

Ibunya salah jika Lisa tak pernah melakukan sesuatu yang berguna untuk mereka. Hadirnya Lisa, bahkan lebih berharga dari apa pun.

Ibunya juga tidak tahu, jika Lisa lah yang membuat Jisoo memilih untuk menjalani hidup walaupun tampak banyak kerikil harus dilewatinya.

Tidak ada siapa pun yang tahu, bahwa Jisoo pernah ada di titik terendah hidupnya. Sempat berpikir ia lebih baik mati dibandingkan harus bernapas.

Kejadian itu mungkin ada sekitar 3 tahun lalu. Jisoo yang masih semangat mengejar impiannya untuk menjadi model. Sibuk pergi kesana dan kemari mencari peluang.

Suatu ketika, sebuah perusahaan majalah besar menawarkannya kerja sama. Jisoo yang tentu melihat peluang besar itu segera menyetujuinya.

Namun siapa sangka jika keputusannya yang terlalu cepat itu menjerumuskannya pada hal tak terduga. Selama beberapa bulan, ia menerima kekerasan seksual dari pimpinan majalah itu.

Jisoo tidak bisa bicara pada siapa pun. Jisoo juga tidak bisa melaporkannya karena sudah terikat perjanjian yang tak ia baca sebelum menandatanganinya.

Walaupun kekerasan itu tak merenggut apa pun darinya, tapi karena terjadi hampir setiap hari membuat gadis itu tertekan.

Jika hari itu Lisa tidak datang ke kamarnya. Tidak memeluknya, serta tidak menemaninya tertidur mungkin Jisoo sudah hilang dari dunia ini karena sempat berkeinginan membunuh dirinya sendiri.

Dari sekian banyak orang di rumah itu, hanya Lisa yang sadar jika kakaknya merasa sedih. Ah, mungkin adiknya memanh berbeda. Tapi untuk Jisoo, versi berbeda Lisa adalah ia yang lebih mengerti dirinya dibandingkan orang lain.

Satu kalimat yang Jisoo dengar ketika itu, benar-benar membangunkan Jisoo dari mimpi buruknya.
"Lisa disini. Lisa sudah peluk Unnie. Lisa akan selalu disini."

Ibunya benar-benar salah besar. Keberadaan adiknya adalah sesuatu yang amat berharga. Yang tidak akan tertandingi oleh apa pun.

"Unnie, berhenti menangis. Nanti air mata Unnie habis. Tidak ada tempat isi ulangnya." Suara itu membuat Jisoo tersadar jika di sampingnya masih ada Lisa.

Melihat wajah polos itu, Jisoo semakin terisak. Tidak peduli jika ia sedang menyetir saat ini. Karena melihat Lisa yang tampak baik-baik saja setelah apa yang terjadi, ternyata lebih menyakitkan.

Meraih tangan adiknya, ia menciumi punggung tangan yang terasa amat dingin itu. Ia akan menjaga Lisa. Tidak peduli jika semua orang menolaknya, Jisoo akan tetap ada.

"Unnie tidak menurut pada Lisa?" Melihat wajah cemberut itu, bibir Jisoo tertarik membentuk senyuman tipis.

Menghentikan mobilnya di tepi jalan, Jisoo beralih menangkupkan wajah sang adik. Ia usap dengan lembut, lalu memberikannya kecupan bibir yang singkat.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang