Sirius : 8. Disappointed

7.3K 1.3K 351
                                    

Akhir pekan tiba. Hal yang menyenangkan untuk para pelajar karena mereka bisa rehat sejenak dari banyaknya tugas yang membuat tersiksa.

Biasanya, Chaeyoung akan mengajak Lisa bermain seharian. Tapi hari ini gadis itu enggan menemui sang adik. Dia memilih berdiam di pinggir kolam renang.

Cuacanya mendung. Jadi Chaeyoung tidak perlu merasa takut akan sinar matahari yang menyengat. Karena saat ini, hanya ketenangan yang ia butuhkan. Karena rasa sakit kepala yang tak hilang sejak beberapa hari lalu.

Soal darah di seragamnya sekitar tiga hari lalu, Chaeyoung menutupinya dengan mantel hingga tak ada yang tahu. Dia pun nekat untuk mencuci seragam itu sendiri. Sangat berusaha menyembunyikan rasa sakitnya pada orang lain.

"Unnie! Gambar! Ajari!"

Sekali pun Chaeyoung berusaha menghindari sang adik, Lisa tetap bisa menemukannya. Dengan tatapan binar dan sebuah buku gambar ia genggam erat.

"Tidak sekarang, Lisa-ya. Besok saja ya." Chaeyoung menolaknya. Bukan ia ingin mengingkari janjinya. Tapi saat ini, kondisinya sedang tak baik. Selain rasa sakit kepala itu, suasana hati Chaeyoung memang cukup buruk. Padahal tak ada alasannya.

"Sekarang! Ayo! Gambar bunga!" Tapi bukan Lisa namanya jika ia akan menyerah dengan keinginannya.

Gadis itu terus memaksa. Menghentakkan kakinya karena merasa kesal pada sang kakak. Ini sudah tiga hari berlalu. Tapi Chaeyoung tidak kunjung menepati janjinya.

"Besok ya? Unnie---"

"Sekarang! Lisa mau sekarang!" Lisa menarik lengan Chaeyoung. Berusaha membuat tubuh Chaeyoung bangkit dari duduknya.

"Tidak bisa mengerti bahasa manusia? Unnie bilang besok, Kang Lisa!" Bentakan itu keluar tanpa bisa ia cegah. Tangannya bahkan menepis keras lengan sang adik hingga tubuh kurus itu terhuyung ke arah kolam renang.

"Lisa!"

Bagaikan pahlawan kesiangan, Jisoo muncul dan menarik lengan Lisa agar adiknya itu tak terjatuh ke kolam renang. Napasnya memburu, merasa lega karena Lisa berhasil ia selamatkan. Juga merasa marah pada Chaeyoung yang kini mulai bangkit berdiri.

"Tidak bisa bicara dengan lembut? Kenapa akhir-akhir ini kau sering marah pada Lisa?" Jisoo berusaha tak termakan oleh emosi. Dia berusaha mengerti Chaeyoung, walau kini adiknya itu sudah seperti orang asing.

Siapa pun tahu, bahwa Chaeyounga adalah gadis Kang yang paling lembut. Dia bahkan tak bisa menyakiti adiknya seujung kuku pun. Tapi akhir-akhir ini, Chaeyoung sering melayangkan bentakan untuk Lisa. Walau hari berikutnya gadis itu meminta maaf dan kembali melembut.

"Dia merepotkan," desis Chaeyoung menatap Lisa yang menunduk, lalu pergi dari sana.

Jisoo yang melihat wajah Lisa murung, segera merangkul bahu itu. Mengusapnya, agar Lisa tahu bahwa masih ada Jisoo yang tak akan memarahinya.

"Lisa nakal, Soo Unnie?" Mata hazel itu berkaca-kaca menatap Jisoo.

Selama hidup, keinginan gadis itu tak pernah di tolak. Tapi baru saja, ia mendapat penolakan dari kakak tersayangnya. Kakak yang biasanya selalu mengorbankan apa pun untuknya.

"Aniya. Lisa anak yang pintar. Jangan dengarkan, Chaeyoung. Dia sedang lelah." Jisoo berusaha memberi pengertian.

"Bagaimana jika bermain bersama Unnie?"

Berusaha tersenyum, Lisa mengangguk cepat lalu memeluk leher sang kakak. Memejamkan mata, menikmati usapan Jisoo di punggungnya.

"Terima kasih, Soo Unnie." Ucapan itu mengalun amat lembut dan mengandung ketulusan.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang