Sirius : 30. Paper Plane

3.2K 698 40
                                    

Di dunia ini, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Namun, kesalahan ada untuk diperbaiki. Bukan untuk dibiarkan terlalu lama dan menjadi luka untuk orang lain.

Kang Sora paham, jika dia sudah melakukan banyak kesalahan sejak dulu untuk anak-anaknya. Bukan hanya tentang ia yang mengabaikan Lisa kemarin.

Memandang punggung kedua anaknya yang duduk sejajar, Kang Sora mulai memahami sesuatu. Kedua anak itu, bahkan sudah dewasa sejak umur mereka masih kanak-kanak.

Memiliki adik yang istimewa seperti Lisa, membuat keduanya sering terabaikan. Tapi hal hebat yang mereka lakukan, bukan berupa rasa iri untuk Lisa. Tapi keduanya mencoba untuk melakukan semua hal sendiri selama itu bisa mereka lakukan.

Di dewasakan oleh keadaan, membuat keduanya selau berpikir bijak dalam segala hal. Kang Sora salah jika mengira mereka masih remaja yang tidak tahu apa pun. Pemikiran mereka bahkan lebih baik darinya.

Tenggelem dalam pemikirannya sendiri, Kang Sora tersentak saat sang suami tengah menepuk pundaknya pelan. Lalu berjalan ke arah dua anak mereka dan duduk di samping Jennie.

Ia melakukan hal yang sama, menghampiri dua anak itu dan duduk di samping Jisoo. Ikut memandang apa yang kedua anaknya lihat.

"Eomma minta maaf atas segala hal yang terjadi belakangan."

Jisoo menoleh, menghela napas samar ketika ingatan tak menyenangkan tentang kejadian beberapa waktu lalu kembali berputar di kepalanya.

"Eomma juga harus meminta maaf pada Seulgi Unnie. Dia tidak bersalah." Tapi hal yang paling melekat di ingatan Jisoo adalah tentang Seulgi.

Sampai saat ini ia masih merasa bersalah pada kakak sepupunya itu. Niat ingin membantunya, justru Seulgi harus mendapatkan amukan dari Sora yang pasti menyakiti hatinya.

Walaupun Jisoo sudah meminta maaf berkali-kali dan Seulgi selalu memaafkannya, Jisoo tetap merasa bersalah atas sikap kasar ibunya.

"Jisoo-ya, bukankah kau tahu sendiri bagaimana dia menyiksamu saat di sekolah? Dia sama saja dengan ayahnya." Haneul angkat bicara. Dia memang sama dengan Sora, yang tak menyukai keberadaan Seulgi di sekitar mereka.

Sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Jisoo yang dengan mudah memaafkan Seulgi. Padahal Haneul sendiri tahu bagaimana tersiksanya Jisoo ketika berada di sekolah yang sama dengan Seulgi.

"Appa, dia melakukan itu hanya untuk pelampiasan." Jisoo menarik napasnya dalam. Ia pikir wajar jika orang tuanya sangat marah terhadap Seulgi. Mereka hanya tahu sifat iblis gadis itu. Tanpa tahu alasan di balik Seulgi melalukan itu.

"Jisoo-ya, tolong. Appa dan Eomma mengajak kalian kesini bukan untuk berdebat. Kita lupakan hal lain dan cukup bahagiakan diri kalian, hm?"

Tidak. Jisoo sulit sekali untuk melakukan apa yang ayahnya katakan. Bahkan setiap malam Jisoo sulit tertidur karena memikirkan Seulgi.

"Appa, aku hanya tak bisa menerima apa yang kalian lakukan terhdapat Seulgi Unnie." Jisoo pikir, ia sudah di anggap tak waras.

Bagaimana bisa dia membela mati-matian orang yang sudah membuatnya menderita semasa sekolah? Ia hanya terlalu baik hati dan dengan mudahnya melupakan perbuatan Seulgi padanya hanya karena cerita menyedihkan yang Seulgi paparkan.

"Selama ini, dia selalu disiksa oleh Hongseok Samchon. Dia selalu menjadi palampiasan Samchon. Bahkan dia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayah dan ibunya."

Haneul seketika terdiam. Ia tahu kakaknya bukan orang yang baik. Tapi, apakah dia juga menyakiti anaknya yang jelas-jelas ada karena keinginannya.

"Dia tidak pernah bahagia sebelumnya, Appa. Dan saat ini permintaannya hanya deket dengan Lisa. Karena Lisa mampu memperlihatkan pada Seulgi Unnie, jika bahagia itu hanya cukup dengan hal sederhana." Haneul dan Sora seketika menoleh ke arah Lisa dan Chaeyoung.

SiriusWhere stories live. Discover now