Sirius : 14. Angry

8.6K 1.4K 273
                                    

Entah sudah berapa lama dia terkurung di dalam ruangan yang memiliki aroma obat itu. Lisa memang tak pernah menghitungnya. Dia hanya berusaha mengikuti semua perkataan ayah mau pun ibunya, karena hanya itu yang dia bisa.

Mainan yang semula merenggut fokusnya, kini ia abaikan. Dengan pandangan lirih, Lisa menatap Chaeyoung yang tertidur di sofa dengan kepala berada pada pangkuan ibunya.

"Unnie. Sakit." Lisa menunjuk Chaeyoung. Orang bilang dia adalah orang bodoh. Tapi dia masih bisa membedakan mana yang sehat dan yang sakit.

"Hm. Chaeyoung sedang sakit. Tapi dia tak mau meninggalkanmu." Jisoo yang duduk di pinggir ranjang Lisa mulai mengusap surai adik bungsunya itu.

Ada begitu banyak rasa sakit yang keluarga itu lalui beberapa hari ini. Jisoo sendiri bahkan sulit untuk memaparkan senyumannya, walau itu hanya sebuah paksaan.

"Lisa-ya, mulai sekarang jangan ajak Chaeyoung bermain lagi ya?" Suara Jisoo kali ini terdengar parau.

Dia tidak sanggup mengatakan itu. Tentu saja karena Lisa yang setiap hari selalu bermain dengan Chaeyoung. Jika saja adiknya itu disuruh memilih, bersama siapa dia ingin bermain. Tanpa ragu Lisa akan memilih Chaeyoung.

Tak peduli dengan rasa lelah, Chaeyoung akan selalu menuruti permintaan Lisa. Dia bahkan tak pernah mengeluh jika adiknya itu melakukan kesalahan padanya. Dia benar-benar sosok kakak yang sempurnah untuk Lisa. Jisoo mengakui itu.

"Waeyo? Apa Lisa nakal?" Lisa bertanya dengan mata yang siap menangis.

Jisoo sudah menduga bahwa Lisa mengira bahwa ia memiliki salah terhadap Chaeyoung. Padahal bukan itu sebabnya.

"Tidak. Lisa anak yang baik. Hanya saja..." Jisoo tampak membasahi bibirnya yang kering. Lalu mengalihkan pandangannya pada wajah pucat Chaeyoung.

"Dia tidak sanggup lagi menggendongmu. Dia tidak sanggup lagi bercerita panjang lebar. Dia tidak sanggup lagi berlari sejauh yang kau mau." Ucapan itu penuh rasa sesak.

Perlahan, Lisa pasti akan kehilangan sosok kuat Chaeyoung. Sosok yang tak akan bisa tergantikan oleh kedua kakaknya sekalipun.

Ikut melihat apa yang sedang Jisoo pandang, Lisa meneliti betapa pucatnya wajah Chaeyoung saat ini. Dia mulai memiringkan kepalanya, lalu tak lama berkata.
"Apakah Chae Unnie sangat sakit?"

"Hm. Dia sangat sakit. Jadi, Lisa harus lebih menyayanginya ya?"

...........

Kesunyian memeluknya saat ini. Entah sudah berapa lama Jennie memilih duduk sendirian di salah satu bangku perpustakaan itu. Aroma buku-buku disana, cukup menenangkan pikirannya.

Awalnya gadis itu hanya berniat meminjam buku untuk tugasnya. Namun ketika melihat bangku yang biasa Chaeyoung duduki sedang kosong, ia memilih pergi kesana.

Biasanya, selalu ada sosok sang adik yang begitu fokus membaca buku-buku tebal disini. Biasanya, Jennie akam datang untuk membawakan makan siang karena Chaeyoung selalu melupakannya.

Jennie rindu dengan masa-masa itu. Dimana mereka hanya tahu tawa, bukan tangis yang sudah memenuhi keluarganya sekarang. Jennie ingin kembali bahagia, tapi tak tahu kapan.

"Aku mencarimu sedari tadi. Aku pikir terjadi sesuatu karena kau tak kunjung kembali." Joy datang dengan dua roti di tangannya.

Ia serahkan satu buah pada Jennie. Sahabatnya itu sudah pergi dari kelas sejak jam istirahat belum berlangsung. Bahkan sekarang, jam istirahat hampir selesai dan Jennie masih betah di dalam perpustakaan tanpa ingat perutnya harus diisi.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang