Sirius : 44. Star Light

3.8K 845 171
                                    

Jalan setapak itu tampak jauh dari perdaban manusia. Tidak ada siapa pun. Bahkan disekelilingnya hanya terdapat pohon dan rumput yang tinggi.

Chaeyoung sendiri masih tidak percaya, jika ia ada di gendongan adiknya. Sosok yang selama ini ia kenal selalu bergantung pada orang lain termasuk dirinya, kini bahkan mampu melindunginya.

Ada rasa haru, namun juga takut. Tidak bisa Chaeyoung pungkiri, jika Lisa melakukan hal ini karena terpaksa. Sesungguhnya, Lisa pun juga pasti merasa sakit pada tubuhnya.

"Li-Li, su-dah. Ber-henti." Chaeyoung tentu tidak ingin kondisi adiknya memburuk.

Ia meminta Lisa untuk berhenti dan beristirahat. Lagi pula, mereka sudah melangkah terlalu jauh dari gudang itu. Hongseok mungkin tak bisa menemukan mereka lagi.

"Unnie! Ada bintang!" Bukannya menuruti perintah kakaknya, Lisa justru memekik senang tatkala mendongak ke atas.

Malam ini, langit tidaklah cerah seperti biasanya. Awan kelabu tengah menutupi ribuan bintang yang seharusnya berlomba memamerkan cahaya mereka.

Tapi, Lisa masih bisa melihat ada dua bintang tersisa di atas nama. Satu bintang sangatlah terang, namun satunya lagi tidak terlalu tampak. Cahayanya seperti lampu yang redup.

"Yang terang itu pasti Sirius. Itu adalah Lisa."

Chaeyoung ikut menatap langit di atas mereka. Disana hanya ada dua bintang yang cahayanya bertolak belakang.

"Hm. Bin-tang itu se-perti Lili. Sa-ngat ber-cahaya." Setelah beberapa detik mengatakan itu, Chaeyoung justru menyangkal ucapannya sendiri.

Lisa bukanlah salah satu dari dua bintang itu. Lisa bahkan lebih terang dari pada mereka. Saat ini, cahaya Lisa adalah satu-satunya yang membuat Chseyoung masih berusaha bertahan. Cahaya bintangnya yang menyapu gelapnya malam ini.

"Bintangnya tersisa satu." Lisa kembali berujar, dan lagi-lagi Chaeyoung harus berusaha mendongak ke atas.

Ucapan Lisa benar. Bintang di atas sana hanya tersisa satu, dan itu adalah bintang yang memiliki cahaya redup. Kemana perginya bintang yang bercahaya sangat terang tadi? Kenapa cepat sekali menghilang?

Tiba-tiba, Lisa merasakan rintik halus air hujan di lengannya. Segera ia mengedarkan pandangan ke sekitar, lalu menemukan sebuah gubuk yang mungkin bisa menjadi tempatnya berteduh sementara bersama sang kakak.

Perlahan, Lisa menurunkan tubuh kakaknya agar bisa duduk di gubuk itu. Memandang punggung kurus Lisa, air mata Chaeyoung mendadak turun. Bersamaan dengan air hujan yang semakin deras.

Sosok yang bersamanya ini seakan bukanlah Lisa. Sosok itu sangat berbeda dengan adiknya. Tidak ada lagi Lisa yang manja dan terus merengek. Tidak ada lagi Lisa yang selalu bersikap ingin dilindungi.

Apakah dia adalah malaikat? Sejak kapan Lisa belajar untuk melindungi orang lain? Lisa bahkan mengorbankan dirinya sendiri yang juga sakit untuk membawa Chaeyoung.

"Li-li, ti-dak marah?" Dahi Lisa mengerut mendengar petanyaan Chaeyoung.

"Un-nie memang-gil dengan na-ma Lili. Biasanya Lili a-kan marah."

Lisa bahkan baru sadar sejak tadi kakaknya terus memanggilnya dengan nama Lili. Tapi kenapa ia tak marah? Bukankah Lisa tak suka dengan nama itu karena ia merasa sudah besar sekarang.

"Tidak apa-apa. Chae Unnie bisa memanggil Lisa dengan nama itu. Lisa tidak akan marah lagi." Lisa sendiri tidak tahu apa sebabnya. Ia hanya tidak ingin mengecewakan Chaeyoung.

Jika memanggilnya dengan sebutan itu bisa menbuat Chaeyoung senang, Lisa tidak akan marah. Setidaknya, ia bisa memberikan kebahagiaan kepada kakaknya. Sebelum terlambat.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang