Sirius : 40. Decision

3.3K 783 148
                                    

Mata indah itu terbuka. Bukan seperti ketika ia bangun tidur. Tubuh itu rasanya jauh lebih sakit. Lisa ingin sekali mengeluh, tapi mendengar suara isak tangis di dekatnya membuat gadis itu mengurungkan niat.

Lisa bangun, dengan menahan rasa sakit di dada kirinya. Lalu memeluk tubuh Jennie yang duduk di pinggir ranjang.

"E-Eoh? Lisa sudah bangun? Apa Lisa lapar? Lisa lama sekali tidurnya." Jennie segera menghapus air matanya. Ia tak mau Lisa melihatnya menangis.

Tapi bukankah itu percuma? Karena alasan Lisa memeluknya saat ini karena mendengar suara tangisan Jennie. Walau ia sama sekali tak mengerti alasan kakaknya itu menangis.

"Unnie, ayo lihat bintang?" Mendengar ajakan Lisa, Jennie berhasil terkekeh.

"Sayang, ini sudah siang."

Lisa mengerjab. Ia segera melihat ke arah jendela. Benar saja, cahaya matahari tampak masuk dari sana. Pantas saja tubuh itu sangat sakit. Lisa sudah tertidur sejak sore hari kemarin.

"Lisa tunggu sebentar. Unnie akan mengambilkan makanan. Setelah itu minum obat, hm?"  Mengecup ujung hidung adiknya, Jennie segera bangkit dari sana.

"Soo Unnie tidak ada?"

Jennie yang semula ingin membuka bungkusan makanan, seketika terhenti. Dadanya kembali terasa sesak mengingat kemana perginya sang kakak saat ini.

Beberapa jam lalu, mereka mendapatkan kabar bahwa Seulgi mengalami kecelakaan. Karena Jisoo yang saat itu dihubungi oleh pihak rumah sakit, maka ia bergegas kesana.

Sesampainya di rumah sakit, Jisoo langsung menelepon Jennie. Ia memberitahukan kronologi kejadian yang menimpa Seulgi.

Alangkah terkejutnya Jennie ketika tahu bahwa Seulgi sengaja menabrakkan diri. Selain itu, sebelum kejadian Seulgi ternyata menghubungi Shinhye.

Bahkan dokter yang menangani Lisa itu masih terkejut sampai sekarang, karena mengingat suara tubuh Seulgi yang tertabrak sebuah mobil. Ketika itu, sambungan telepon mereka memang belum terputus.

Dari situ mereka mengetahui, bahwa alasan kuat Seulgi melakukan bunuh diri adalah untuk memberikan jantungnya kepada Lisa.

Jennie tentu merasa sangat sedih mendengarnya. Bagaimana jika Lisa tahu hal besar ini? Walaupun pemikiran Lisa akan berbeda dengan orang lain, Jennie yakin bahwa Lisa pun tidak mau menjalani hidup dengan pengorbanan orang lain.

"Nini?" Jennie tersentak, saat Lisa kembali memeluknya dari belakang.

"E-Eoh. Jisoo Unnie sedang menjenguk Seulgi Unnie. Saat pulang dari sini dia jatuh sakit." Jennie tidak tahu harus mengatakan apa. Karena jika ia jujur pun, Lisa mungkin tidak mengerti.

"Kita tidak menjenguknya juga?"

Jennie mengangguk, lalu membalikkan badannya dan menatap Lisa.
"Hm. Kita akan kesana. Tapi Lisa harus makan terlebih dahulu."

Lisa menatap malas makanan yang Jennie beli secara online itu. Mendadak, ia merindukan masakan ibunya. Ah, terakhir kali ia memakan itu kapan ya? Lisa hampir lupa.

"Nini, kapan kita akan pulang?" Lisa bertanya, karena tiba-tiba sesuatu mulai ia ingat.

Sedangkan Jennie tak segera menjawab. Ia memang tak berniat membawa Lisa pulang dalam waktu dekat. Ia ingin ibunya tersadar apa kesalahannya. Karena sampai saat ini, ibunya bahkan tak meminta maaf kepada Lisa.

"Lisa... Ingin pulang?" Tapi jika pulang adalah keinginan Lisa, sepertinya Jennie sulit untuk menolak.

"Lisa belum menyelesaikan seratus bintang untuk Chae Unnie. Lisa harus menyelesaikannya." Benar. Lisa sudah berjanji akan memberikan 100 bintang untuk Chaeyoung.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang