Sirius : 27. Ignored

4.6K 842 118
                                    

Lorong itu awalnya hanya di isi oleh suara Ipad Lisa yang menggema. Gadis berkacamata itu sedang menonton video kartun dengan Jisoo dan Jennie di sampingnya. Sedangkan Sora duduk di hadapan mereka.

Saat ini Haneul sedang melakukan pemeriksaan rutin untuk Chaeyoung setelah beberapa jam lalu anaknya menjalani kemoterapi untuk kesekian kali.

"Jennie-ya, Eomma harap kau tidak membolos kembali. Sebentar lagi kau akan menjalani ujian kelulusan." Jennie yang semula sedang ikut menonton bersama Lisa segera menatap ibunya.

"Bagaimana dengan Lisa? Aku tidak mau dia sendirian di rumah. Kejadian waktu itu---"

"Biar aku yang menjaganya di rumah. Aku akan mengajukan cuti." Jisoo memotong kekhawatiran Jennie.

Posisi mereka saat ini memang cukup sulit. Ayah mereka bilang bahwa Chaeyoung belum bisa meninggalkan rumah sakit dalam waktu dekat. Sora tentu juga akan tinggal disana untuk mengurus Chaeyoung, mengingat Haneul tidak bisa meninggalkan kewajibannya sebagai Dokter sekaligus Presdir Rumah Sakit.

Mereka juga tidak bisa menyewa orang lain untuk menjaga Lisa di rumah. Anak bungsu Kang itu akan ketakutan dengan orang asing.

"Eomma tidak setuju Jisoo-ya. Kau harus tetap pergi berkuliah. Lisa akan bersama Eomma disini." Sora melarang, karena pendidikan anaknya amat lah penting.

Sudah cukup dengan Chaeyoung yang harus putus sekolah, dan Lisa yang tidak bisa menjalani sekolah dengan baik. Kedua anaknya yang lain harus berhasil, karena itu untuk masa depan mereka sendiri.

"Eomma---"

"Kalian bisa menjemput Lisa setelah pulang." Keputusan Sora tidak bisa di ganggu gugat. Jennie dan Jisoo memilih bungkam dengan perasaan kesal masing-masing.

Keduanya bahkan mereka keluarga mereka sudah cukup berbeda. Tidak terasa hangat seperti dulu. Sora dan Haneul akhir-akhir ini tampak berubah.

Kondisi Chaeyoung memang tidak bisa dikatakan baik sekarang. Mereka patut mengkhawatirkannya. Tapi, apakah dibenarkan jika mereka berdua harus melupakan tiga anak yang lain. Bahkan untuk sekedar menelepon saja tidak.

"Eomma, mengenai donor---"

Klek!

Bibir Jisoo mengatup rapat ketika ibunya segera bangkit karena mendengar pintu rawat Chaeyoung sudah terbuka.

"Berikan dia makanan yang sudah perawat siapkan melalui selangnya. Kau bisa kan?" Sora segera mengangguki ucapan Haneul, lalu masuk ke dalam ruangan Chaeyoung. Sedangkan lelaki itu tampak pergi bersama perawat.

Jisoo yang melihat itu hanya menghela napas, lalu pandangannya teralih pada Lisa. Adiknya itu masih fokus menonton tanpa peduli akan sekitar.

"Unnie, apa kau ingat kapan terakhir kali Lisa melakukan pemeriksaan? Bukankah itu sudah sangat lama?" Jennie berujar, berusaha mengingat sesuatu yang ia lupakan.

"Eoh. Mungkin saja kondisi Lisa baik. Appa tidak pernah mengatakan apa pun soal jadwal pemeriksaan Lisa." Jisoo menjawab sembari mengusap kepala Lisa dengan lembut.

..........

Dia benci dalam situasi seperti ini. Dia begitu lemah dan tidak berdaya. Jika bisa, dia ingin melepas semua rasa sakitnya.

Hari itu ia tahu, di dekatnya ada Lisa yang sedang memperhatikan. Tapi Chaeyoung tak bisa hanya sekedar untuk memeluk adiknya. Ia hanya bisa terus merintih.

"Eomma..." Itu suara Lisa. Adiknya pasti ketakutan melihatnya seperti ini.

"Lisa menonton kartun saja dulu, Sayang. Chaeng Unnie sedang sakit, jadi Eomma harus mengurusnya sebentar." Chaeyoung mulai merasakan sebuah handuk basah diletakkan di dahinya.

SiriusOù les histoires vivent. Découvrez maintenant