Sirius : 38. Pain

4.7K 884 128
                                    

Kepalanya sungguh terasa berat. Ada begitu banyak hal yang memasuki kepala itu hingga ia sendiri bingung harus memikirkan yang mana dahulu.

Sudah beberapa jam ia berdiam di ruang keluarga. Membiarkan Sora kembali ke rumah sakit untuk menemani Chaeyoung, namun nyatanya disana sudah ada Seulgi yang Jisoo minta untuk menggantikannya sebentar karena anak sulungnya itu hendak menjemput Lisa.

Tapi karena perdebatan antara Haneul dan Sora, kejadian yang tak tertuga terjadi. Jisoo pergi membawa Lisa dan tak bisa di hubungi. Padahal Haneul belum memberitahu perihal kondisi Lisa yang harus segera menerima perawatan.

Haneul harus bagaimana? Apakah ia akan menunggu kondisi Lisa memburuk dahulu? Haneul khawatir, jika Lisa tak berterus terang saat merasa sakit pada Jisoo hingga anak sulungnya itu tak akan tahu.

Hal ini sudah sering terjadi. Jika tidak mengandalkan pemeriksaan rutin, mereka tidak akan tahu seberapa besar rasa sakit Lisa. Anak itu tidak pernah mengutarakan sakitnya jika ia masih bisa menahannya.

Kenapa Haneul baru menyadari itu sekarang? Tentu saja ia pikir Lisa baik-baik saja karena tak ada keluhan dari anak itu. Lisa bukan tidak pernah merasa sakit. Anak itu hanya merasa sakitnya adalah hal wajar. Karena pemikiran Lisa yang berbeda dari anak-anak lain.

"Kim Ahjumma bilang kalian baru aja bertengkar. Apa yang terjadi, Appa?"

Tubuh Haneul menegak. Sudah berapa lama dia merenung seperti ini? Kenapa Jennie sudah berada di hadapannya?

Melirik jam tangannya, Haneul menghela napas karena kini menunjukkan pukul 4 sore. Pantas saja Jennie sudah pulang dari sekolahnya.

"Ponsel Jisoo Unnie juga tidak aktif. Apa yang kalian debatkan, sebenarnya?" Jennie semakin tidak sabaran karena sedari tadi ayahnya terus diam.

Haneul mengusap rambutnya dengan kasar. Jika ia menceritakan kejadian tadi pada Jennie, pasti anak keduaya itu akan murka. Tapi menyembunyikannya pun bukan hal yang baik saat ini.

Maka, mengalirlah cerita dari mulut Haneul. Tentang bagaimana kondisi Lisa saat ini. Tentang Sora yang menentang operasi untuk Lisa. Tentang perkataan Sora yang menyinggung kekurangan Lisa, serta Jisoo yang mendengar itu dan memilih membawa Lisa pergi.

Sampai beberapa detik berlalu, Jennie tidak menunjukkan reaksi apa pun. Melihat anaknya yang seperti itu, Haneul menjadi lebih khawatir.

"Jen---"

"Aku masih tidak bisa percaya ini." Saat kalimat itu terlontar, barulah Haneul bisa melihat bahwa kedua mata anaknya memerah.

"Mengabaikan Lisa tanpa sadar masih bisa aku terima, Appa. Karena mungkin Eomma tidak sadar melakukan itu. Tapi...." Jennie tampak meremas rok seragamnya. Menahan rasa sesak yang mulai menyeruak keluar.

"Mengatakan Lisa tidak berguna dan merepotkan untuk keluarga ini, setelah sekian lama. Itu hal yang sangat mengejutkan untukku." Tidak menangis, Jennie justru terkekeh setelah mengatakannya.

Gadis berpipi mandu itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang. Bahkan untuk marah pun rasanya sudah percuma. Karena kemarahannya pun tak akan bisa merubah apa pun. Termasuk perasaan ibunya.

"Appa ingatkan perkataanku dulu? Jika semua orang menolak Lisa, aku yang akan terus menerimanya. Aku yang akan terus ada untuknya, dan mungkin... Ini adalah saatnya." Jennie membahasi bibirnya yang terasa kering.

Situasi di keluarganya semakin memburuk. Jennie seperti berdiri di jembatan yang rapuh. Tidak tahu harus melangkah ke sisi kanan tahu kirinya.

Tapi jika dipikirkan lagi, Jennie sebenarnya sudah memiliki keputusan sejak dahulu sebelum hal ini terjadi. Seharusnya dia tidak merasa berat kan?

SiriusOnde histórias criam vida. Descubra agora