Sirius : 45. Dim Light

3.8K 848 114
                                    

Keputusan besar sudah dibuat oleh Haneul. Saat ini, ia dan Dokter Son tengah menjalankan operasi pengangkatan sel kanker di kepala Chaeyoung.

Sebelum memulai operasi itu, Haneul sudah memberikan permintaan untuk anak-anak serta istrinya. Apa pun hasil yang akan ia bawa, mereka harus menerimanya. Karena inilah yang terbaik.

Membiarkan Chaeyoung bertahan dengan rasa sakit itu tak akan mengubah apa pun. Sebaliknya, keputusan Haneul ini akan mengubah segalanya. Entah air mata bahagia atau kesedihan yang nanti akan mendatangi mereka.

Setidaknya Haneul ingin berusaha. Membenarkan ucapan Jaegun, yang mengharuskannya meneruskan perjuangan Lisa untuk menyelamatkan kakaknya.

Saat ini, semua orang berpindah di kursi tunggu ruang operasi. Termasuk juga Lisa, yang penampilannya sudah tidak sekacau beberapa jam lalu. Tubuhnya sudah dibersihkan oleh Jennie di ruang perawatan Chaeyoung.

Hanya saja, anak itu tak mau pergi terlalu lama meninggalkan Chaeyoung. Maka dari itu, sampai saat ini Shinhye masih disana untuk berjaga-jaga jika Lisa tiba-tiba merasa sakit.

Setelah melakukan nogosiasi, Shinhye berhasil membujuk Lisa melakukan pemeriksaan dengan syarat setelah ia melihat sang kakak. Kemungkinan, Shinhye akan melakukan pemeriksaan pada Lisa setelah Chaeyoung selesai menjalani operasi.

"Apakah masih lama untuk Lisa bisa melihat Chae Unnie?" Lisa menarik pelan ujung jaket Jennie yang saat ini berdiri di depannya. Mendongak dengan tatapan penuh harap.

"Sebentar lagi, Sayang. Lisa harus bersabar sedikit lagi, hm?" Jennie sendiri tidak tahu kapan operasi Chaeyoung akan selesai. Ia mengatakan itu hanya berniat untuk membuat Lisa tenang.

Dia sendiri tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sejak kemarin, terlalu banyak kejadian yang membuatnya terkejut. Bahkan ia merasa jika sebentar lagi kepalanya akan meledak karena terlalu penuh.

Kejadian dimana kedua adiknya diculik oleh pamannya sendiri. Lalu Jaehwan, kakak sepupu yang amat ia benci dengan berani menyelamatkan kedua adiknya. Kemudian, fakta bahwa Lisa lah yang berusaha membawa Chaeyoung pulang.

Semua hal itu sulit untuk Jennie pahami. Belum selesai dengan berbagai hal keterkejutan itu, sang ayah tiba-tiba membuat keputusan yang amat besar. Membuat ketakutannya semakin besar.

"Unnie." Panggilan itu membuat Jennie tersadar dari pemikiran rumitnya.

"Hm? Lisa mengantuk?" Jennie mengusap kepala Lisa yang kini bersandar pada perutnya.

"Eum. Lisa sangat mengantuk. Tapi Lisa tak mau tidur sebelum melihat Chae Unnie." Jennie pikir Lisa sudah menyerah. Tapi anak itu masih bersikeras untuk melihat Chaeyoung.

"Lisa bisa melihatnya besok. Jika Lisa lelah, Lisa harus beristirahat dahulu." Tak menyerah, Jennie kembali memberikan Lisa pengertian. Entah kenapa anak itu sangat ingin melihat Chaeyoung secepatnya. Padahal masih banyak waktu untuk mereka bertemu kan?

Ah, kenapa Jennie menjadi ragu dengan pemikirannya sendiri. Pandangannya bahkan kembali tertarik pada pintu ruang operasi yang masih tertutup.

"Chaeyoung-ah. Kau harus tetap hidup. Kita... Banyak hal yang Unnie ingin lakukan bersamamu." Kenapa harus di saat-saat seperti ini dia mulai sadar, bahwa tak banyak waktu yang ia habiskan bersama Chaeyoung?

Pantas saja, ketika mereka berjalan-jalan di Hongdae waktu itu Chaeyoung sangat senang. Jennie baru menyadari, belum ada banyak hal yang ia berikan untuk Chaeyoung.

"Selain itu, adikmu yang hebat ini ingin sekali bertemu. Kau... Tahukan perjuangannya begitu keras untuk membawamu pulang. Jadi kumohon, jangan sia-siakan keringat adik kita." Jennie menggigit bibirnya. Ia tak boleh menangis disini. Masih ada Lisa yang tak boleh melihat sisi lemahnya.

SiriusWhere stories live. Discover now