Sirius : 13. Lonely

8.7K 1.4K 336
                                    

Impiannya menjadi seorang dokter datang ketika ia tak suka melihat orang lain sakit. Melihat bagaimana seseorang tersiksa karena rasa sakitnya, membuat Haneul bertekad untuk menjadi penyembuh mereka.

Dia memiliki niat yang baik terkait cita-citanya. Bahkan ia sering memberikan pengobatan gratis untuk banyak orang. Tapi mengapa kebaikannya justru dibalas dengan ujian yang amat berat?

Kedua anaknya sedang sekarat, tapi Haneul tak bisa berbuat banyak. Ia merasa menjadi orang tua yang tidak berguna.

"Euh." Suara lenguhan itu membuat Haneul tersentak.

Mata hazel terindah yang pernah ia lihat itu terbuka. Lisa tampak bingung dengan sekitarnya, hingga tangan kecil itu perlahan naik hendak melepas masker oksigennya.

"Andweyo. Lisa tak boleh melepasnya. Nanti Bibi Shinhye marah." Haneul menahan lengan sang anak.

Lisa menurut, tapi detik berikutnya gadis enam belas tahun itu menangis. Haneul saling berpandangan dengan Sora. Anak mereka itu pasti sedang merasa sakit.

"Katakan pada Eomma, dimana rasa sakitnya? Katakan, Sayang?" Sora bertanya dengan lembut. Menenangkan Lisa dengan mengusap kepalanya.

Tangis gadis itu sudah sesegukan. Ia menggeleng pelan, menatap ibunya lama.
"E-Eomma. Jangan tinggal Lisa sendiri. Lisa takut."

Sora tertegun. Perasaannya seperti terpukul oleh benda yang tumpul. Sakit, dan rasa sesak yang sulit sekali ia gambarkan karena terlalu terasa.

Lisa tidak mempermasalahkan bagaimana rasa sakitnya. Lisa hanya takut jika ia sendirian lagi. Dia tidak suka, karena sendirian membuat dirinya ketakutan setengah mati.

"Eomma jahat. Maafkan Eomma ya, nak?" Sora menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Lisa.

Jisoo dan Jennie benar. Tak seharusnya dia dengan mudah melupakan Lisa begitu saja, walau merasa sangat panik dengan keadaan Chaeyoung.

Dia ibunya. Dia yang melahirkan Lisa. Dia, yang bahkan tahu bagaimana penderitaan gadis itu. Tapi mengapa dia juga yang membuat kondisi anaknya semakin memburuk?

Kejadian kemarin, benar-benar menamparnya dengan keras. Dia sudah teledor, dia sudah membuat Lisa semakin menderita. Karena jantung Lisa semakin tidak baik-baik saja. Bahkan Shinhye menyarankan untuk melakukan operasi guna mengganti katup jantung buatan yang kini tak berfungsi dengan baik di dalam tubuh Lisa.

"Cepat sembuh anak manis. Saat pulang nanti, Appa akan membelikanmu ice cream dan permen yang banyak." Haneul menggigit bibit bawahnya, ketika senyum lebar Lisa terlihat dari balik masker oksigen itu.

Lisa tak perlu hal besar untuk bahagia. Selama hidup, hanya gadis itu yang tak pernah menuntut apa pun darinya. Lisa menjalani hidupnya, seakan tak memuliki beban sama sekali.

Saat sekarat seperti ini pun, tak sedetik pun Lisa takut akan kematiaanya. Dia masih tersenyum saat mendengar kata permen. Dia masih bahagia, tanpa sedikit pun rasa takut.

..........

Satu hari, dua hari, tiga hari. Chaeyoung merasa hidupnya sangat hampa. Tak ada wajah polos yang selalu membuat perasaanya menghangat. Tak ada juga rengekan yang menghibur dirinya.

Lisa tak mengunjunginya selama itu. Padahal, satu jam tak melihat adiknya saja Chaeyoung sudah resah. Tapi kini, tiga hari dia tak mendapati semangatnya hadir.

Jennie dan Jisoo bilang ayah mereka melarang Lisa untuk pergi ke rumah sakit. Gadis itu sempat kelelahan karena menginap di rumah sakit menemani Chaeyoung. Itulah yang kedua kakaknya katakan.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang