Part 4 || Aku dan kamu

1.6K 96 1
                                    

Berharap pada manusia adallahSeni paling mudah untukMenyakiti diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berharap pada manusia adallah
Seni paling mudah untuk
Menyakiti diri

...


Kurang lebih 2 jam akhirnya Melda dan Reyhan menginjakan kaki nya di Lombok.

Melda sedikit lega karena perjalanan mereka berjalan dengan lancar, Melda dan Reyhan menuju ke sebuah penginapan yang letak nya paling strategis dan paling memanjakan mata pemandangan nya.

"Masyaallah" Kagum Melda memandang betapa indah nya ciptaan Tuhan.

Reyhan tersenyum sekilas melihat mata Melda yang berbinar memandang laut yang terbentang luas nan indah.

Reyhan merangkul pundal Melda dari samping "Kamu senang? " Tanya Reyhan.

"Apapun mas, asal sama kamu aku seneng" Jawab Melda yang membuat Reyhan gemas.

"Gemes bangett kamu anak nya siapa sihh hmm" Reyhan mencubit kedua pipi Melda gemas.

"Aduh mas, aduhh kekencangan loh nyubit nya" Keluh Melda.

Reyhan dengan segera melepaskan cubitan nya dari pipi chubby Melda.

"Maaf ya sayang"

"Gapapa mas" Melda tak henti-henti mengucap syukur, karena telah berjodoh dengan laki-laki sebaik dan sesempurna Reyhan.

"Ke dalam yuk, mas mau kasih sesuatu ke kamu" Reyhan menarik tangan Melda masuk ke dalam hotel.

Mereka memasuki kamar nomor 121, Reyhan menutup kedua mata Melda, dan mengarahkan Melda supaya tidak terjatuh.

"Sebentar lagii"

"Oke udah, sini duduk" Reyhan sudah duduk di kursi, namun Melda masih berdiri tak tau arah.

Reyhan menahan tawanya, sungguh ia lupa bahwa istri kecil nya ini mata nya sedang di tutup.

Reyhan menarik tangan Melda, dengan satu tarikan Melda sudah duduk di samping Reyhan.

"Astagfirullah, mamahh" Teriak Melda kaget.

"Ini aku sayang"

"Mas, ya Allah bukak dong penutup matanya" Rengek Melda pada Reyhan.

"Oke" Reyhan membuka ikatan yang ada di mata Melda, perlahan Melda membuka matanya.

Nampak remang remang cahaya, dan ada satu cahaya yang berasal dari lilin, sebuah kado besar dan kue ulang tahun di samping nya.

Melda baru mengingat jika hari ini adallah ulang tahun nya, pipi Melda memerah menahan senyuman.

"Barokallah fi umrik istriku" Ucap Reyhan yang membuyarkan segala pertahanan Melda.

Lelehan bening sudah membanjiri pipi Melda "Makasih mas, makasih"

Tanpa banyak kata Reyhan menarik Melda ke dalam pelukan nya, menepuk-nepuk pelan punggung Melda, supaya tangis nya cepat reda.

"Istriku sayang, mas tau apa yang kamu pikirkan, mas paham betul apa yang ada di pikiran mu" Reyhan menjeda sebentar ucapan nya.

"Anak itu titipan, jika kita belum di percaya Allah untuk di titipi seorang malaikat kecil di rahim mu, itu pertanda usaha kita kurang keras" Ucap Reyhan yang di barengi tawa.

"Ishh mas" Melda memukul pelan dada Reyhan.

Reyhan melepas pelukan nya, menempatkan telapak tangan nya pada perut Melda.

"Disini nanti, akan ada anak kita, sebentar lagii, mari berjuang lebih keras lagi"

Melda tersenyum, namun perutnya seakan melilit lilit, nyeri dan bergejolak.

"M-mas" Panggil Melda yang menghentikan kegiatan Reyhan mengusap perut Melda.

"Mules mas, awas aduh gak tahann" Melda segera berlari untuk menuntaskan apa yang bergejolak tadi.

Reyhan menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi, menatap pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka.

"MASSS" Teriak Melda dari dalam kamar mandi.

Reyhan segera berdiri dari duduknya, menggedor pintu kamar mandi.

"Kenapa, kenapa sayangg??" Panik Reyhan.

"Mass" Suara Melda sudah mulai serak, seperti suara orang yang sedang menangis.

Reyhan mendobrak pintu kamar mandi, masa bodo dengan kerugian yang harus ia bayar nanti.

Reyhan membulatkan matanya kala melihat Melda jongkok di pojok kamar mandi sambil menangis sesegukan.

"Melda, yaallah kenapa?? " Panik Reyhan.









Hayoloh kira-kira kenapa tuh mb Melda wkwkwk

Part ini di tulis
24-12-21

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang