Part 33 || Mereda

865 49 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Semua ada masanya
Ada waktu dan porsinya masing-masing


_


Melda dan Reyhan tengah bersiap-siap untuk mengikuti aba-aba dari orang tua mereka.

Melda mengendarai mobil nya menuju ke Dreams Hotel, ya tempat Renata tinggal.

Melda mengetuk pintu kamar hotel tiga kali, tak lama Renata muncul dari balik pintu.

Ia tersenyum ke arah Renata, dengan perasaan yang campur aduk Renata mempersilahkan Melda untuk masuk, meski sudah yang kedua kalinya Melda mendatangi kediaman nya, tapi tepat saja.

"Silahkan di minum mbak" Renata meletakkan satu cangkir teh.

"Terimakasih"

"Ada apa mbak?" Tanya Renata.

Melda menyodorkan sebuah map warna coklat, Renata menyatukan alisnya, mungkinkah isinya surat perjanjian.

"Apa ini mbak?"

"Buka aja"

Renata membuka map tersebut, ada beberapa foto bayi disana, dan itu adallah dirinya, ada foto pernikahannya dan almarhum suaminya.

"Maksutnya apa?"

"Wisnu Pratama, suami kamu?" Tanya Melda.

"Malik dan Tina nama orang tua kamu?"

Tubuh Renata menegang, bagaimana Melda mengetahui tentang orang tuanya, dia bukanlah orang yang terkenal, data dirinya tak akan ada di google.

"Kamu bilang orang tuamu meninggal karena kecelakaan"

"Iya"

"Sandiwara seperti apa yang sedang kamu jalani"

"Apa maksut kamu?"

"Kebahagiaan mana yang akan kamu ambil dari saya?" Tanya Melda mengalihkan topik.

"Gak, maksutnya apa dulu mbak?"

"Kebahagiaan mana yang akan kamu ambil dari saya?" Ucap Melda mengulang pertanyaan nya.

"Kamu gak perlu tau mbak"

"Percaya gak kalau orang tua kamu masih hidup"

"Maksut kamu itu apa si mbak?"

"Jauh di sana, tepat nya di Belanda, orang tua kamu masih bernafas disana, menikmati kekayaan yang kamu gadang gadang kan" Jelas Melda.

"Kamu mau nipu aku mbak?" Melda menganggukan kepalanya, ia bisa menyimpulkan dari segala kebingungan Renata, dirinya dulu bukan hilang, namun di buang.

"Renata, saya datang kemari dengan baik-baik meminta kamu mundur, gak ada gunanya kamu maju"

"Aku bahkan udah sejauh ini" Timpal Renata.

"Mundur, kalau kamu pakai cara licik, saya bisa menjatuhkan harga diri kamu dan keluarga kamu sekarang juga"

"Keluarga aku yang mana, aku bahkan gak punya keluarga" Renata terkekeh remeh.

"18 Mei 1997, kamu di lahirkan see??" Tanya Melda, Renata hanya diam membisu.

"Dan pada tanggal 18 Juni 1997 orang tua kamu menikah"

"Kamu pandai, pasti tau maksut saya, saya juga bisa membuat akun anonim, membuat argumen baru yang menentang segala omong kosong mu"

"Menyebarkan semunya dan memutar balikan fakta, hingga menjadi boomerang untuk kamu, adanya saya disini memberi sedikit belas kasihan pada seorang ibu hamil"

"Jadi kamu memilih maju hancur, atau mundur dengan menggenggam uang 500 juta?" Tawar Melda.

Mata Renata membulat, 500 juta bukanlah nominal yang kecil, itu bisa untuk biaya persalinan nya, dan biaya untuk membeli rumah yang cukup besar.

"Aku bisa dapatin lebih kalau Reyhan jadi milik aku" Batin Renata, ia menunjukan ekspresi yang terbaca di mata Melda.

"Ya memang gak akan sebanding kalau kamu dapatkan mas Rey, tapi kalau mas Rey gak mau rugi banyak kan kamu" Melda menyerutup teh yang sedari tadi menganggur.

"Deal" Balas Renata tanpa ragu, Melda menerbitkan senyum nya, rasanya sangat legaa, jujur dia takut perkataan nya tadi ada yang menyinggung hati Renata.

"Pilihan yang bagus" Melda mengambil selembar kertas yang berisi perjanjian, ia menyodorkan nya ke arah Renata.

Renata segera menandatangani surat perjanjian tersebut dan menyerahkan kembali kepada Melda.

"Nanti sore, saya akan mengirim cv kepada kamu, yaa teks untuk klasifikasi lah, mungkin kamu akan di hujat sebentarr, dunia akan lupa dengan sendirinya, paham?" Ucap Melda yang di balas anggukan oleh Melda.

Melda tersenyum dan berdiri, ia mengulurkan tangan nya "Terimakasih atas kerjasama nya, dan saya ingat kan sekali lagi, jangan main-main dengan saya, saya bukan hanya sekedar Imelda Mikayla Soraya yang kamu kenall".

Renata hanya diam dan menerima uluran tangan Melda dengan maksut berjabat tangan, Melda segera berpamitan dan keluar dari hotel tersebut.

Melda merogoh ponsel nya, layar nya menunjukan ia sedang bertelfonan dengan seseorang sedari tadi.

"Clear" Melda mematikan telfon nya dan segera masuk ke dalam mobil.












Masuk akal g sih alur nya??
Agak aneh gitu kalau kata saya
Coba speak up ya, biar aku tau mana-mana yang kurang😂😂

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang