Part 51 || Permainan Semesta

814 41 12
                                    

Semesta tak sepenuhnya mendukung mu, hanya saja belum waktunya semesta menghukum mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semesta tak sepenuhnya mendukung mu, hanya saja belum waktunya semesta menghukum mu

...

Jakarta tengah di rundung gerimis pagi, membuat perasaan yang tak karuan apa penyebab nya datang tiba-tiba.

"Mas, jas kamu aku taro sini ya" Teriak Melda.

"Iya sayang" Jawab Reyhan dari dalam kamar mandi.

"Mass" Melda mengetuk pintu kamar mandi.

"Kenapa lagi sayang?"

"Mas masih lama?" Tanya Melda.

"Iya ini pakai handuk bentar" Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Reyhan dengan handuk yang melilit di pinggang nya.

Pemandangan itu hanya Melda yang bisa menikmatinya setiap pagi, melihat tubuh Reyhan yang memiliki proporsi sempurna.

Melda tersenyum memperlihatkan sederetan giginya dan memeluk erat Reyhan.

"Hey basah loh" Peringat Reyhan.

"Peluk peluk yang kencengg ihh peluk mass" Rengek Melda.

Reyhan terkekeh pelan dan membalas pelukan Melda, merengkuh tubuh Melda dengan erat dan menghirup dalam-dalam bahu Melda sambil menutup matanya.

"Kenapa manja banget?" Tanya Reyhan yang merasa, istrinya ini jauh lebih manja dari biasanya.

"Aku boleh ikut ke rumah sakit" Tanya Melda hati-hati.

"Mau ngapain, suamimu ini bukan pemilik rumah sakit sayang" Reyhan tertawa dengan ucapanya.

"Ihh mau main di taman rumah sakit" Rengek Melda.

"Kan di depan ada taman yang, lebih aman buat kamu sama dedek" Bujuk Reyhan.

"Ahh gak mauu mass" Rengek Melda.

"Ahahahaha oke iya sayang, tapi sebentar aja ya, rumah sakit bukan tempatnya main" Peringatan Reyhan.

"Siap" Melda mengacungkan dua jempolnya ke hadapan Reyhan.

"Anak Abi lagi apa sii, uminya sampe di ajak ke rumah sakit" Tanya Reyhan sambil menoel pelan perut Melda.

"Lagi pengen mam bubur ayam nih Abi" Jawab Melda.

"Waduh, Abi ganti baju dulu kalau gitu nanti Abi beliin oke dek" Ucap Reyhan.

"Iya Abi".

"Ya udah" Ucap Reyhan.

"Ya udah" Timpal Melda.

"Ya keluar sayang, mas mau ganti baju" Reyhan tertawa sambil membalikan tubuh Melda.

"Ihh kan gapapa aku liatin" Jawab Melda.

"Heh ngaco" Reyhan meraupi wajah Melda.

"Ahahaha ih kenapa, kan boleehh" Timpal Melda.

"Gak ada gak ada, tunggu di ruang makan" Reyhan mendorong pelan punggung Melda sampai di depan pintu.

"Malu yaa" Goda Melda.

"Ohhh oke, disini aja kalau gitu kamu" Reyhan mendekatkan wajahnya pada wajah Melda, dan tanganya memutar kunci untuk mengunci pintu.

"Ehh".

"Mau lihat kan?" Goda Reyhan.

Senjata makan tuan, itu yang terlintas di otak Melda sekarang, tubunya membeku, ia merutuki dirinya berkali-kali, ia salahh menggoda seorang Reyhan.

Reyhan pelan-pelan menarik handuknya.

"Aaaaaa mass" Melda membalikan tubuhnya menghadap pintu, Reyhan tertawa renyah, padahal dirinya memakai celana pendek di dalamnya.

"Ihhh gak boleh gituuu" Gerutu Melda.

"Aku kan kagett"

"Ahahaha, tadi katanya mau lihat" Ucap Reyhan.

"Ihh tauk ah mass, cepetan ganti bajunya" Melda membuka kunci pintunya dan segera keluar dari kamar.

Reyhan tertawa sekilas, pagi ini pagi yang sungguh indah untuk Reyhan, pagi yang penuh tawa.

Reyhan segera mengganti pakaiannya dan mengambil ponselnya, di layar kunci terpampang satu bubble chat dari Sandra.

Ia membuka ponselnya untuk melihat pesan yang Sandra kirimkan.

Sandra

A' kamu kapan ke rumah?

Besok

Kepala aku pusing a'

Iya


Reyhan segera menutup ponselnya dan turun ke bawah untuk menemui istrinya yang sesungguhnya.

Dari tangga Reyhan menatap Melda yang tengah sibuk di dapur dengan mbok Sinar sambil tertawa ringan.

"Gimana kalau kamu tau Mel apa yang aku lakukan tanpa sepengetahuan kamu" Batin Reyhan dalam hati.

Mungkinkah tawa itu selamanya Reyhan rasakan, mungkinkah tawa itu selamanya akan menjadi miliknya, Reyhan berharap penuh akan itu.

"Bahagia banget, bahas apa si?" Tegur Reyhan yang mendengar suara tawa Melda dan mbok Sinar dari tangga.

"Mas masak, mang Ujang tadi pagi di kejar anjing nya tetangga pas lagi antri beli nasi kucing" Jawab Melda sambil tertawa.

Jujur saja ini tidak terlalu lucu, namun Reyhan tertawa karena cara Melda bercerita itu membuat Reyhan seakan-akan menjadi telinga satu-satunya.

"Masak iya, terus gimana?" Tanya Reyhan yang membuat Melda semakin antusias untuk bercerita.

"Mang Ujang manjat pohon mangga di depan rumah mas".

"Itu tinggi banget loh yang" Jawab Reyhan.

"Makanya mas, tadi pagi pada heboh nurunin mang Ujang gara-gara gak bisa turun" Air mata Melda sampai keluar karena menertawakan cerita mbok Sinar tadi.

"Astaghfirullah, ada-ada aja mang Ujang".

"Ayo jadi ikut gak ke rumah sakit?" Tanya Reyhan.

"Ikutt, bentar mas ambil tas dulu" Melda berjalan terburu-buru naik ke atas.

"Eh eh pelan-pelan, mas tungguin yang" Peringat Reyhan, kadang Melda lupa bahwa dirinya sedang berbadan dua.












Pemanis, sebelum puncak konflik:)

Jadi kalian mau next part kayak gimana sayang-sayang ku😭🤣🙏

Bilang saja akan aku turuti

mau Sandra tersiksa?? Okee
Mau Sandra pergi aja?? Okee
Atau mau Sandra Ama Reyhan di buat pisah aja??

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang