Part 65 || Surya Mulyo

869 59 14
                                    

Waktunya untuk selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktunya untuk selesai

...

Saat Reyhan berada di Rumah Sakit, ia baru sempat cek ponselnya dan ada sederetan pesan dari Sandra.

Reyhan membulatkan matanya saat membaca pesan yang mengatakan bahwa Sandra pingsan dan di larikan ke RS.

Ia segera mengambil kunci mobilnya dan menuju ke RS.Surya Mulyo yang tak jauh dari RS tempat Reyhan bekerja.

"Permisi sus, pasien atas nama Casandra Nur Aminah di ruang mana ya?" Tanya Reyhan.

"Sebentar ya pak saya cek dulu"
"Di kamar Kamboja nomor 1 ya pak"

"Baik terimakasih sus" Reyhan segera berjalan ke lorong tempat ruangan Kamboja.

Reyhan membuka pintu kamar dan disana Sandra terbaring sendirian di kasur dengan selang infus dan oksigen yang menjalar di tubuhnya.

"Astaghfirullah"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka menampakan seorang dokter dan suster yang akan memeriksa Sandra.

"Anda?" Tanya Dokter menggantung.

"Saya suaminya"

Dokter hanya mengangguk paham "Bisa bicara sebentar?"

"Bisa dok"

Reyhan mengikuti langkah Dokter menuju ruanganya.

"Istri bapak ini terkena penyakit kanker darah versi Myeloma" Jelas Dokter.

Reyhan hanya diam mendengarkan apa yang akan di katakan dokter selanjutnya.

"Ginjal Bu Sandra sebelah kiri sudah terserang, dan saya menyarankan untuk di lakukan cuci darah"

"Bisa sembuh kan dok?" Tanya Reyhan.

"Wallahu alam ya pak, kami hanya berusaha semampu kami, soal hidup dan mati itu urusan Allah" Jelas dokter.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya dok" Pinta Reyhan.

"Akan kami lakukan sebisa mungkin pak, tolong jangan buat Bu Sandra banyak fikiran terlebih dahulu"

"Kasus Bu Sandra ini bisa di bilang langka, karena kemungkinan hanya 150 pasien per tahun"

Reyhan hanya mengangguk paham, ia tak tau harus bagaimana.

Saat Reyhan di Jakarta tengah di landa kepanikan karena Sandra di vonis kanker darah.

Di Bandung sana Zena tengah berjalan di sebuah taman dekat tempat ia syuting iklan.

"Harusnya kita bawa ke gudang yang jauh dari orang aja tu cewe kemarin"

"Bening banget boss gila, paha atasnya aja muluss"

"Saha namina, geulis pisan"

"Sahanya, sabra jigana"

"Sabra saha aya aya wae"

"Bra bra kitu intina"

"Sandra"

"Ooheeh bener"

Zena membelalakkan matanya, tunggu katanya Sandra di lecehkan di Jakarta, lantas apakah preman ini kabur hingga Bandung?

Zena segera mengambil ponselnya dan menelfon suaminya.

Ia sempat memfoto kedua preman tadi dan segera pergi ke tempat aman, ia ingin segera kesana namun bisa saja dirinya yang terancam.

"Assalamualaikum ba" Panik Zena.

"Waallaikumsallam, kunaon ma?"

"Baa anak kita bisa bebas dari Sandra ba bisaa" Ucap Sandra antusias.

"Orang suruhan Reyhan saja belum memberi info ma"

"Tak kirim foto sebentar"

Zena mematikan sambunganya dan mengirimkan sebuah foto pada Abdul

Zena memberanikan diri untuk menemui kedua preman itu.

"Permisi?" Sapa Zena.

"Ibu-ibu kenapa nyusul kita ni" Kedua preman itu terkekeh pelan.

Zena hanya tersenyum pelan, meskipun ia sebenarnya takut, namun demi anak dan menantunya Zena mencoba memberanikan diri.

"Abang-abang dua ini kenal teteh ini gak?" Zena memperlihatkan ponselnya.

Kedua preman itu berbisik dan saling menyenggol.

"Saya kasih 10 juta kalau abang-abang kenal teteh ini" Bujuk Zena.

Jelas kedua preman itu matanya langsung berbinar.

"Serius Bu?"

"Iya saya serius"

"Ahh ya saya kenal itu Bu, nama nya teh Sandra"

"He,em terus Abang lihat dimana?"

"Di Jakarta"

"Terus?"

"Iya pas itu saya lihat neng ini jalan sendirian ke arah jembatan, gak tau kita si neng mau ngapain terus kita susul kita kira mau bunuh diri, ehh si neng geulis pisan" Jelas salah satu dari mereka.

"Iya terus abangnya apain?"

"Kita khilaf bu, tapi sumpah kita cuma lihat pahanya aja terus ada warga pada keliling jadi kita kabur"

"Makasi ya abang-abang buat infonya" Zena ingin melenggang pergi namun segera di hadang dua preman itu.

"Eits 10 jutanya"

"Besok di jam 10 datang lagi kesini, saya akan kasih 20 juta asal kalian bersaksi di depan seseorang, bisa?" Tanya Zena.

"Saya akan teror ibu kalau sampai bohong dan bawa polisi" Ancam preman itu.

"Ya saya siap untuk itu, ini kartu nama saya" Zena menyodorkan kertasnya dan segera di terima kedua preman itu.

"Saya permisi"

Zena melenggang pergi dari sana, ia segera menelfon Reyhan, ini kabar baik untuknya, dan Melda menantunya tak perlu merasakan sakit yang seharusnya tidak Melda rasakan.

"Assalamualaikum nak"

"Waallaikumsallam bund, kenapa?"

"Bunda ada bukti kuat supaya kamu bisa berpisah dari Sandra nak"

Reyhan hanya diam mendengar ucapan ibunya.

"Han, kamu denger bunda kan, besok kamu bisa langsung ceraikan istrimu, kalian hanya terikat secara agama bukan hukum"

"Sandra terkena kanker darah bund" Lirih Reyhan.

"Innalilahi"

"Reyhan harus gimana bunda" Air mata Reyhan meluruh seketika.

Ia ingin, ingin sekali menceraikan Sandra dan hidup tenang dengan Melda, namun kondisinya sangat tidak mendukung.

"Nak bunda tanya sama kamu, kamu masih mencintai Sandra?" Tanya Zena.

"Wallahi bunda, cinta Reyhan hanya untuk Melda, tapi Reyhan tidak tega"

"Sandra punya kedua orang tua, tidak apa-apa nak" Bujuk Zena.

Saat itu juga Reyhan memantapkan dirinya untuk mengucap cerai di hadapan Sandra.

"Iya bunda, Reyhan sudah putuskan"

"Alhamdulillah, bunda tutup dulu ya telfonnya"

"Iya bund, assalamualaikum"

"Waallaikumsallam"







Jadi gimana ni??
Cerai gak nih🤣🤣

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang