Part 84 || Casandra

2.3K 77 5
                                    

Berharap pada manusia adalah sebuah langkah maju untuk mendekati derita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berharap pada manusia adalah sebuah langkah maju untuk mendekati derita

...

Melda dan Reyhan menatap nanar seorang gadis cantik yang terduduk melamun di dalam kamar rumah sakit.

Tatapannya kosong, air mata yang terus meluruh, sedetik ia tertawa namun beberapa menit ia menangis.

"Astaghfirullah" Melda membungkam bibirnya sendiri, malang sangat malang gadis ini.

Gadis dengan usia yang masih muda, namun harus mengalami gangguan kejiwaan hanya karena seorang laki-laki.

"Ya begitulah kondisi Sandra saat ini nak" Ucap Rohman.

"Melda yakin Casandra bisa sembuh pak" Timpal Melda yakin.

"Bapak juga mikir begitu nak, tapi kata dokter penyakit Sandra semakin parah, dan dengan kondisi jiwanya yang begini, bagaimana mau melakukan pengobatan" Jelas Rohman.

"Pak maafkan saya" Lirih Reyhan.

"Loh bukan salah kamu, ini murni kesalahan bapak karena memaksa kamu dulu untuk menikahi Sandra"

"Sandra juga selalu menempatkan kamu di atas segala galanya"

"Dulu ibunya sudah sering bilang, mencintai manusia itu karena Allah, tapi apadaya nasi sudah menjadi bubur"

"Bu Siti sekarang dimana pak?" Tanya Melda yang tak melihat Siti disana.

"Di rumah sakit, ibuk drop karena tidak makan, tidak mau istirahat"

"Astaghfirullah"

Rohman menghembuskan nafasnya kasar, ia sudah mempasrahkan segalanya pada sang pemilik alam.

Jika masih di beri kesempatan ia ingin, ingin sekali melihat Sandra hidup bahagia dan normal.

Namun jika kesempatan itu sudah habis, yang ia harapkan cuma satu, yaitu Husnul khatimah.

Melda dan Reyhan berjalan keluar, dari pekarangan Rumah Sakit Jiwa, dengan fikiran yang entah berkelana dimana.

Rasa bersalah, kasihan entah semua seakan terasa seperti sedang naik rollercoaster, naik turun, nano nano.

Itulah mengapa ada sebuah karangan yang mengatakan, jangan mengantungkan kebahagiaan pada orang lain, sebab jika orang itu hilang, maka kamu akan hancur.

Dan itulah mengapa, kita di ajarkan untuk mencintai manusia karena Allah, dan tidak berharap pada siapapun selain Allah, karena manusia bisa mengecewakan, namun Allah tidak.

"Sayang" Panggil Reyhan.

"Apa mas?"

"Anna uhibuka Fillah" Ucap Reyhan tiba-tiba.

Melda terkekeh atas pernyataan Reyhan yang mendadak ini.

"Ahahah ya ya ya, aku tau" Ucap Melda sombong.

"Heh di jawab" Keluh Reyhan.

"Gak mau ah"

"Mell"

"Gamau" Melda mengejek Reyhan dan berlari, karena Reyhan memasang ekspresi seakan-akan ingin menerkam dirinya.

"Awas kamu Yaa" Peringat Reyhan.

"Bodoamat" Tawa Melda dan Reyhan memuncah saat mereka sedang kejar-kejaran seperti anak kecil.

Rintik gerimis sore, mengguyur kota Bandung, menghapus jejak debu, dan jejak manusia manusia yang berlalu lalang.

Sebuah papan putih bertuliskan Casandra Nur Aminah binti Ainul Rohman, lahir 10 Juli 1999, wafat 1 Desember 2021, di tancapkan pada gundukan tanah yang masih merah basah.

Casandra memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara memotong urat nadi bagian tanganya, aksi yang ia lakukan beberapa jam sebelum ini.

Sandra di makamkan di pemakaman dekat ia tinggal, semesta turut menangis atas kepergiaan gadis yang di bentuk oleh obsesinya sendiri, yang menghancurkan dirinya sendiri.

Siti menatap nanar tanah itu, tanah yang di dalamnya ada putri semata wayangnya, rasanya ia sudah tak punya arah hidup, dunianya telah pergi dengan cara yang salah.

"Sandra" Lirih Siti.

Melda berdoa penuh dan meminta maaf pada Sandra atas segala perbuatannya, yang mungkin saja telah menyakiti hati Sandra.

Reyhan memegang erat bahu Melda, tubuhnya bergetar karena menahan tangisan, bagaimanapun juga, dan terlepas dari apa yang Sandra lakukan pada dirinya, Sandra hanyalah seorang gadis yang ingin mendapatkan cintanya, namun dengan cara salah

Sejauh apapun berlari, garis finish manusia adalah kematian, kematian yang terus mengikuti kita dari belakang, tanpa tau kapan kematian itu akan memeluk kita erat, dan melepaskan semua yang ada di dunia ini.

Mau bagaimanpun caranya meninggal, semua berdoa agar Sandra meninggal dalam keadaan Husnul khatimah, di lapangkan kuburnya, di ampuni segala dosanya, dan di tempatkan di tempat paling baik di sisi Allah.

Setelah prosesi pemakaman selesai, Melda dan Reyhan masih berdiri disana bersama dengan Rohman dan Siti.

Tak ada suara selain isakan dan rintihan, gerimis mulai reda saat Siti dan Rohman memutus untuk pulang.

Melda berjongkok dan mendekatkan dirinya pada makam Sandra.

"San, dari semua hal yang bisa kamu lakukan di dunia ini, kenapa kamu memilih ini?" Lirih Melda.

"Aku punya banyak teman di Amsterdam sana Sandra, akan aku kenalkan kamu pada mereka, yang kemungkinan besar mereka akan mencintai kamu begitu tulus"

"Kamu wanita baik Sandra"

Reyhan mendekap erat bahu Melda "Sudah Mel" Bujuk Reyhan.

"Sandra kami pamit ya, nanti kita balik lagi" Pamit Melda.

Melda dan Reyhan berjalan di iringi dengan Munculnya senja dan semburat pelangi yang lama-lama semakin jelas warnanya.

Mereka memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta karena hari sudah mulai gelap, Akbar juga di tinggal sendiri bersama suster dan mbok Sinar

Hikmah yang Melda ambil dari kejadian ini adalah, lagi dan lagi, untuk jangan berharap pada manusia.











Puas gak sama akhir kisah Sandra??

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang