Part 37 || Jembatan

629 36 0
                                    

Ketika mata bertemu mata, sering kali hati salah faham, mengira hati itu juga saling bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika mata bertemu mata, sering kali hati salah faham, mengira hati itu juga saling bertemu.

...

Reyhan melajukan mobil nya, dengan boneka unicron seukuran bocah berumur 5 tahun.

Setelah masuk tol, Reyhan mengambil ponselnya dan mengetikan beberapa pesan pada Melda.

Akhirnya Reyhan kembali menghirup udara kota Bandung, kota yang sial nya tidak menjadi tempat kelahiran nya, padahal ia besar di Bandung, namun ia lahir di Jakarta.

Reyhan menatap keindahan jembatan yang menjadi ikon kebanggaan di kota Bandung, siapa yang tidak tau Jembatan Pasupati atau Jalan Layang Pasupati dan Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Jembatan yang menghubungkan bagian utara dan timur Kota Bandung, melewati lembah Cikapundung, dan katanya panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30-60 m.

Reyhan menatap takjub, betapa indah nya jembatan ini pada sore hari, indah sangatt indah.

"Masyaallah" Guman Reyhan pelan.

Lagi dan lagi, mata Reyhan memicing melihat dari kejauhan, ada seorang wanita dengan gaun berwarna putih panjang, yang berdiri menatap ke bawah jembatan.

Reyhan memelankan laju mobilnya, semakin dekat, wanita itu berada di tepi ujung jalan, entah ia ingin loncat atau apa, Reyhan berusaha untuk tutup mata dan melanjutkan perjalanannya, takut kejadian yang lalu terulang kembali.

Namun sial nya, rasa kemanusiaan Reyhan jauh lebih besar mengalahkan ketakutan Reyhan, ia menepikan mobil nya, dan berlari menyusul wanita tersebut.

"Jangan mendekat, mau apa kamu, siapa kamuu" Teriak wanita itu.

"Astagfirullahaladzim"Jujur Reyhan lumayan terkejut, dengan pencahayaan yang remang-remang, dan make up wanita ini yang sudah cukup hancur karena air mata, membuat Reyhan berfikir bahwa wanita ini adallah lelembut.

"Mau loncat mbak?" Tanya Reyhan.

"Apa urusan kamu"

"Truk, bis banyak juga ya yang lewat" Reyhan menengok sekilas ke arah bawah.

Wanita itu diam melihat betapa banyak nya mobil-mobil besar yang berlalu lalang.

"Kamu bisa pergi gakk" Teriakk wanita itu.

"Ini saya mau pergi, sial nya dari banyak nya orang yang lewat, kenapa harus saya yang lihat kebodohan anda" Reyhan menggelengkan kepala nya, dan segera melenggang pergi.

"Tunggu" Ucap wanita tersebut, Reyhan membalikan tubuh nya, dan menunggu wanita tersebut untuk bicara.

"Kalau aku loncat, apa aku bakal langsung mati?" Tanya wanita itu.

"Kemungkinan besar iya, kalau gak kelempar dari truk satu ke truk lain ya, anda menyatu dengan aspal" Jawab Reyhan, wanita itu benar-benar bergidik ngeri mendengar jawaban Reyhan.

"Bantuin aku turun" Ucap wanita itu meminta tolong.

"Jarak antara pijakan mbak, dan aspal itu ga sejauh jarak bumi dan langit" Ketus Reyhan.

"Gak jadi loncat kan??" Tanya Reyhan dan di balas gelengan oleh wanita tersebut.

Reyhan mengangguk paham, dan memesankan sebuah taxi online yang sudah ia bayar lebih.

"Tunggu taxi disini, saya pesankan taxi" Ucap Reyhan pada wanita tersebut, ia segera masuk ke dalam mobil, dan remang-remang mendengar wanita itu berteriak terimakasih.

Reyhan menghembuskan nafasnya lega, ia kembali melanjutkan perjalanan nya, beberapa menit lagi, ia akan sampai di rumah orang tuanya.

Namun baru semenit perjalanan, ponsel Reyhan kembali berdering.

"Assalamualaikum sayang"

"Waallaikumsallam mas, udah di mana, Monica nanyain kamu terus"

"Bentar lagi, tadi ada orang yang mau bunuh diri"

"Innalillahi, terus gimana mas?"

"Gak tau aku yang"

"Astagfirullah gak kamu tolongin mas?"

"Enggak

"Yaallah, tolongin mass, kasiaan" Panik Melda.

"Orang gak jadi loncat" Ucap Reyhan enteng, terdengar suara hembusan nafas dari balik sana.

"Cewe?" Tanya Melda yang membuat jantung Reyhan berdegub lebih kencang.

"Iya"

"Tapi aku gak ngomong banyak yang, aku gak nolongin apa-apa, aku cuma bayarin taxi buat dia pulang, gak bohong yang" Jawab Reyhan cepat.

"Iya mas, hati-hati ya aku tutup dulu telfon nya"

"Sayang gak marah kan?"

"Assalamualaikum"

"Sayang"

Melda memutuskan sambungan telefon nya satu pihak, Melda terkekeh pelan, kejadian yang sama seperti yang lalu.

"Ada apa Mel?" Tanya Zena yang melihat Melda tertawa sendiri.

"Mas Rey bund, nolongin orang yang mau bunuh diri" Jawab Melda.

"Cewe?" Tanya Zena kompak dengan Abdul yang masih sibuk menata balon di menara yang ia buat bersama Ujang tadi.

Melda membeku sebentar, dan tertawa ringan "Iya ayah, bunda"

"Innalillahii" Zena menyandarkan tubuh nya pada salah satu pilar di rumah nya.

"Gak hamil kan Mel?" Tanya Abdul.

"Melda gak tau ayah".

"Gak di anterin suamimu kan?".

"Mboten".

"Aduhh aya aya wae si Reyhan mah" Keluh Zena pada Abdul.

"Kitu kitu ge anak maneh"








Ada yang ngeuh ga ama part ini?

Gak ada?? Oke deh

Ada anak Bandung?
Aduh maaf banget kalau ada yang salah, aku bukan anak Bandung😥

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang