Part 82 || Permintaan

1.8K 88 7
                                    

Penyesalan itu lubang penderitaan untuk manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Penyesalan itu lubang penderitaan untuk manusia

...

Melda tengah bermain dengan Akbar di karpet bawah depan tv, ia belum ada keinginan untuk pulang ke rumah Reyhan.

"Mel" Panggil Michale.

"Kenapa mah?"

"Sekarang langkah kamu mau ngapain?" Tanya Michale sambil ikut duduk di bawah bersama anak dan cucunya.

"Belum tau mah"

"Gini sayang, mamah tanya, kamu mencintai Reyhan kan?" Tanya Michale yang di balas anggukan oleh Melda.

"Rasa cinta kamu ke Reyhan, sama rasa sakit kamu ke Reyhan lebih banyak mana?"

"Imbang"

Michale tertawa akan pernyataan Melda, ya ia memilih jalan tengah dan tidak berat sebelah.

"Sejauh kalian menikah, Reyhan pernah menyakiti perasaan mu nak?"

"Gak pernah mah"

"Lihat Akbar, dia anak kalian, lantas bagaimana saat anak kamu bertanya, umi dimana Abi?" Tanya Michale.

"Ya Melda jawab udah pisah, Akbar belum saatnya tau gitu" Elak Melda.

"Bukan masalah berpisah dan tidaknya, ini masalah mental seorang anak"

"Iya benar, mungkin Akbar akan menerima karena ia memiliki seorang ibu yang hebat, tapi apa kamu tau kalau semisal Akbar iri pada teman-temanya yang bisa bermain bola dengan ayah mereka?"

"Apa lagi, Akbar itu seorang laki-laki, sama seperti Reyhan, kebanyakan anak laki-laki lebih dekat dengan Abinya"

"Kamu lihat kakakmu dengan papah, bak amplop dan perangko bukan?" Tanya Michale yang di balas anggukan oleh Melda.

"Waktu itu, papah dan mamah sedang termakan emosi nak, orang tua mana yang tidak sakit hati iyakan"

"Tapi cobalah untuk berfikir dengan kepala dingin, bukan hanya bagaimana saat ini, namun bagaimana hari ini dan kedepanya"

"Mamah" Lirih Melda.

"Tidak apa-apa" Michale menepuk-nepuk pelan punggung Melda.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Michale berjalan untuk membuka pintu, dan Melda segera naik ke atas bersama dengan Akbar, karena ia tak memakai hijab.

Michale terkejut karena yang datang adalah Zena, Abdul dan juga Reyhan.

"Silahkan masuk" Ajak Michale.

Ia segera memanggil Torix untuk ke bawah karena besannya datang, ia yakin ini membahas masalah yang kemarin.

"Sebelumnya saya meminta maaf atas nama putra kami" Ucap Abdul memulai pembicaraan.

"Ini semua juga salah kami pak Torix dan Bu Michale"

"Tidak apa-apa pak, semuanya sudah terlanjur" Ucap Torix.

"Mah pah" Panggil Reyhan pada Michale dan Torix.

"Maafin Reyhan pah, Reyhan gak bisa jaga hati Melda, Reyhan udah sakiti perasaan Melda pah, Melda sakit karena Reyhan" Lirih Reyhan.

"Heh sudah sudah tidak apa-apa, kamu ini cowo kok cengeng toh" Ejek Torix, jujur saja ia ingin marah, namun ia tahan.

"Kamu yang sabar dulu ya, Melda belum mau ketemu kamu" Ucap Torix.

"Mah, Melda makan teratur kan mah?" Tanya Reyhan.

"Alhamdulillah, kalau gak di suapin ya gak makan" Jawab Michale sambil tertawa.

"Kamu pengen lihat Akbar?" Tanya Michale.

Semuanya hanya diam, entah itu Abdul dan Zena, mereka semua diam, padahal mereka sangat ingin melihat cucu pertamanya.

"Biar mamah bujuk dulu ya"

"Gak usah mah" Timpal Reyhan yang membuat Michale duduk kembali.

"Reyhan titip salam aja buat Melda, soalnya nomor Reyhan di blokir" Pinta Reyhan.

"Oo iya, nanti mamah sampaikan ya"

"Ini buat Akbar sama Melda" Reyhan menyodorkan dua paperbag berukuran besar, ia tau bahwa mereka belum sempat belanja perlengkapan bayi.

"Makasi ya nak Reyhan"

"Biarkan Melda disini dulu ya Rey, nanti kalau Melda sudah tenang dia akan pulang, papah jamin itu" Ucap Torix menenangkan Reyhan.

Akhirnya mereka semua pamit, Melda berdiri di balkon atas, memandang Reyhan dari atas sana.

Di luar Reyhan menjatuhkan kepalanya pada pundak Zena, Melda melihat kepasrahan di raut wajah Reyhan.

Melda terus menatap tanpa ada keinginan untuk menemui mereka, akhirnya mobil Reyhan keluar dari pekarangan rumah Melda.

"Tuh Abi, kamu kangen Abi gak?" Tanya Melda pada Akbar.

Dan seakan mengerti apa yang Melda ucapkan, bibir Akbar tertarik membentuk sebuah senyuman yang manis.















Kenapa kemarin 1 part aja??
Kemarin aku lagi di RS huhuhu, ga sempet buka wattpad:v
Sekarang udah sempet, sempett banget malahan ahaha, maaf yaw

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang