Part 63 || Pecahan Kaca

1K 72 10
                                    

Jika kamu pemain, maka aku adalah pelatih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika kamu pemain, maka aku adalah pelatih

...


Sandra merasakan pusing yang luar biasa di kepalanya, akhir-akhir ini ia sering merasa lemas dan kehilangan nafsu makan, perut bagian kirinya juga sering sakit.

"Aduh Yaallah" Keluh Sandra.

Sandra mendengar ada suara ketukan dari luar, mungkin itu tetangga baru yang pindah kemarin.

Sandra berjalan pelan ke arah pintu, ada seorang wanita setengah baya yang masih cantik dengan toples bening berisi nastar.

"Saya tetangga baru yang di sebelah, sebagai salam kenal mbak" Ibu itu menyodorkan toplesnya.

"Ehh iya bu, makasi mari masuk dulu" Ajak Sandra.

"Boleh mbak?"

"Boleh Bu, mari"

Akhirnya ibu itu ikut masuk bersama Sandra, ia duduk di kursi ruang tamu sedangkan Sandra tengah di dapur membuatkan minuman.

Ibu itu melihat sebuah foto yang cukup besar disana, foto seorang laki-laki berjas dokter dan wanita yang memakai abaya coklat.

"Silahkan Bu" Ucap Sandra.

"Oiya makasi mbak"

"Kalau boleh tau mbak namanya siapa?" Tanya ibu itu.

"Sandra Bu, kalau ibu sendiri?"

"Lilis, panggil aja Lis mbak" Jelas ibu itu.

Sandra hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.

"Itu suamimu mu?" Ibu itu menunjuk foto yang ada di dinding.

"Iya Bu suami saya"

"Oalah dokter too"

"Iya"

Ibu itu banyak berbicara, orangnya ramah dan mudah akrab dengan orang.

Namun kepala Sandra tiba-tiba kembali berdenyut dan merasakan pusing yang lebih sakit dari yang tadi.

"Mbak gak papa?"

Belum sempat Sandra membalas ucapan Bu Lilis, ia sudah tergeletak pingsan di sofa.

"Innalilahi Yaallah" Ibu itu segera keluar memanggil anak nya untuk menolong Sandra dan membawanya ke rumah sakit.

Reyhan tengah bercanda dengan Melda di balkon kamarnya, dengan pemandangan sore yang indah jika di lihat dari atas.

"Mas jalan-jalan yuk nanti malem" Ajak Melda.

"Pengen kemana sayang?"

"Muter muter aja"

"Iya nanti ya bakda Maghrib"

"Serius?" Tanya Melda.

"Iya sayang" Reyhan mencubit pelan hidung Melda.

"Eh kamu belum minum susu ya?" Tanya Reyhan dan di balas gelengan oleh Melda.

"Kan, mas ke bawah dulu ya buatin susu buat kamu sama anak aku" Reyhan terkekeh di akhir perkataan nya.

"Dih orang anak aku"

"Anak aku juga, kan buatnya bareng" Akhir-akhir ini Reyhan sering menggoda Melda.

"Ihhh iyaa, udah ah katanya mau buatin"

"Iya siap Bu bos" Reyhan turun ke bawah dan meninggalkan ponselnya di samping Melda.

Tak lama setelah Reyhan turun ponselnya berdering, nama kepala rumah sakit terpampang disana.

Melda awalnya tidak berani untuk mengangkat telfon dari Kepala RS sembarangan, namun ponsel Reyhan terus berdering.

Dengan terpaksa Melda mengangkat telfon Reyhan.

"Ini suaminya mbak Sandra ya, maaf pak istrinya masuk rumah sakit, tadi tiba-tiba pingsan"

"Di RS Surya Mulyo ya pak"

Melda diam mendengarkan suara seperti seorang ibu-ibu yang berada di balik telfon.

Apa tadi?? Suaminya mbak Sandra??

Melda terpaku akan semua yang terjadi, apa ini sebenarnya, Sandra yang mana, suami siapa, yang mana, ini siapa, dan sejak kapan, berbagai pertanyaan muncul di otak Melda dan berebut ingin keluar.

"Sayang" Panggil Reyhan yang menyadarkan lamunan Melda.

"Ehh" Melda segera menengok ke arah Reyhan, ia menatap sendu manik mata Reyhan, menatap wajah yang bersamanya hampir 3 tahun, apa mungkin jika Reyhan telah mengkhianati nya.

"Kenapa sayang?" Reyhan ikut duduk di samping Melda dan meletakan susu ibu hamil ke meja.

"Mau peluk" Lirih Melda.

Reyhan menarik Melda ke dalam pelukannya, benar Melda tidak mengatakan apa-apa, namun mata Melda menyorotkan kecemasan yang luar biasa.

Reyhan menepuk-nepuk pelan punggung Melda supaya istrinya ini tenang dan mau bercerita pada Reyhan.

"Susunya di minum dulu, nanti dingin" Ucap Reyhan, Melda segera melepas pelukannya dan meminum susu yang Reyhan buatkan.

"Mas nanti jadi kan?" Tanya Melda lagi.

"Iya jadi" Reyhan menyingkir beberapa anak rambut yang menerpa pipi Melda.

"Janji" Melda menyodorkan jari kelingkingnya, Reyhan tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Melda.

"Janji"

Melda tersenyum, bibirnya memang tersenyum namun fikiranya terus berjalan bagaimana caranya ia mengumpulkan bukti dan membekap bibir Reyhan.

Pria ini pandai bersilat lidah, jadi Melda akan mengumpulkan bukti terlebih dahulu, dan bermain aman.

"Jika kamu pemain, aku pelatih mas" Batin Melda.















Ahahaha gatel bangett pengen ngeluarin semua draft😭💔

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang