Part 30 || Negosiasi

859 56 14
                                    

Detak waktu tidak selalu sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detak waktu tidak selalu sama

-Analog kata

_

Renata sudah berdiri di depan rumah dengan gerbang yang menjulang tinggi.

Ia menarik nafas nya panjang, untuk mengutarakan hal ini ia perlu persiapan yang cukup.

"Haii" Sapa Melda yang baru saja keluar dari rumah nya.

"Ada apa??" Tanya Melda heran.

"Ayo negosiasi mbak" Jawab Renata to the point.

Melda menyerngitkan alis nya, sedetik kemudian ia mengulas senyum nya "Apa yang mau kamu negosiasikan, berbagi suami??" Tanya Melda.

"Bisa kita duduk dulu mbak?"

"Off course , silahkan masuk" Ajak Melda, ia mendudukan dirinya di taman depan, di susul Renata yang mengikuti Melda dari belakang.

"Soo, apa yang mau kamu katakan?" Tanya Melda.

"Mbak aku lagi hamil"

"I know, aku lihat kok"

"Aku gak punya suami mbak, gak punya keluarga, gak punya siapa-siapa"

"Kamu punya Allah"

"Mbak"

"Ya, apa saya salah?"

"Mbak tolongg, kali ini aja berbagi dengan saya" Omong kosong Renata itu membuat Melda ingin menampar perempuan di hadapan nya itu.

"Berbagi apa?? Mas Reyhan??" Melda terkekeh pelan.

"Don't expect that to happen" Sambung Melda dengan nada serius.

"Kamu gak punya hati nurani ya mbak"

"Yaa, saya gak punya hati nurani"

"Kamu gak kasian sama saya mbak, saya hamil dan saya gak tau bagaimana cara saya membesarkan anak saya nanti mbak"

"Jadi apa urusan keluarga saya dengan kehamilan kamu hmm??" Jawab Melda yang sudah jengah dengan Renata.

"Mbak, aku mohon kelapangan hati kamu mbak"

"Permintaan konyol macam apa ini?"

"Apa kamu tega mbak lihat anak ini lahir tanpa ayah"

"Itu bukan urusan saya, apa lagi suami saya Djihan Renata" Ucap Melda yang mulai terpancing emosi.

Melda menarik nafasnya perlahan, mencoba mengontrol emosinya "Kamu itu tiba-tiba hadir di tengah-tengah keluarga saya"

"Mbak" Potong Renata.

"Menjadi batu sandungan besar, yang terang-terangan meminta"

"Aku hanya minta bantuan mbak"

"Pergi, gerbang nya di sebelah sana, masih terbuka" Melda menoleh ke arah gerbang.

Renata menyambar tas nya dan keluar dari rumah bak istana tersebut.

Namun sialnya Reyhan sudah berdiri di depan gerbang, mendengar percakapan konyol Renata.

"Mas" Ucap Renata pelan.

"Jangan pernah panggil saya dengan sebutan itu" Peringat Reyhan.

Reyhan ingin segera melenggang pergi dari hadapan wanita tersebut, namun sialnya Renata dengan tidak tau dirinya malah menyergap tubuh Reyhan.

"Aku hamil mas, kenapa kamu gak mau tanggung jawab" Racau Renata.

"Lepas jangan gilaa kamu" Reyhan melepas kasar pelukan Renata.

"Ini anak kamu mas" Renata menunjuk perutnya.

"Anak apaa??"

"Kamu tega ya mass" Renata segera melenggang pergi dari sana.

Melda dan Reyhan masih diam membeku mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Tiba-tiba sekumpulan wartawan menyadarkan mereka, Melda tersenyum simpul, berfikir rupanya perempuan ini tak pantas di kasihani.

"Shitt" Umpat Reyhan pelan.

Ia segera menarik tangan Melda untuk masuk ke dalam, dan mang Ujang, sedang berusaha menutup gerbang yang menjulang tinggi.

Bisa di pastikan, entah besok atau malam ini, opini baru akan di giring oleh masyarakat, gila ini sungguh gila.









Holla

Kalian berfikir ga kalau ceritanya semakin ga nyambung??
Gk tau ya kita coba dulu, kalau makin melenceng akan saya revisi ulangg

Vote?? Up to you.

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang