Part 13 || Andai

1K 66 0
                                    

Kita hanya sebuah kebetulan yang tidak tertulis di masa depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita hanya sebuah kebetulan yang tidak tertulis di masa depan.

-Kenzo
...

Melda dan Reyhan sudah bersiap-siap akan melakukan belanja bulanan, satu hari dalam satu bulan yang sangat Melda sukai.

"Mas kata bunda aku harus makan apa?" Tanya Melda di sela-sela kesibukan Reyhan menguarkan mobil nya dari pekarangan rumah.

"Apa ya yang, Alpukat, sayur-sayur an" Jelas Reyhan.

"Itu doang?"

"Jeruk, madu, ikan, daging" Reyhan menjelaskan sambil sedikit mengingat-ingat apa yang di katakan bunda nya tempo hari.

"Ah kalau itu mah makanan Melda tiap hari" Melda kembali menyandarkan punggung nya pada sandaran mobil.

"Satu lagi yang, jangan makan makanan instan, jangan makan mie" Reyhan memasang muka sejail mungkin, karena mie adallah makanan favorite Melda.

"Yahhh, gapapa deh biar disini cepet tumbuh dedek" Ucap Melda sambil memegang perut ratanya.

Reyhan melirik Melda dan menyentuh kepala Melda perlahan.

"Mas"

"Kenapa lagi?"

"Dulu kamu pas lamar aku, kamu bilang apa kok aku bisa luluh"

"Ngajak nostalgia nih ceritanya?"

"Iya dong, biar berasa pengantin baru" Melda terkekeh pelan.

"Apa ya, Jika rambut yang kamu balut adallah mahkota, maka aku lah raja yang akan melihat nya, dengan restu dari orang tua mu dan atas izin Allah" Reyhan menyunging senyum nya, menaikan sebelah alis nya dengan tujuan menggoda Melda.

Sejujurnya Melda ingat, hanya saja ia ingin mendengar sekali lagi apa yang membuat nya jatuh ke dalam dermaga indah yang Reyhan ciptakan.

"Ohh ternyata aku di gombalin, pantes aja aku luluh" Jawab Melda.

"Tapi kamu suka kan?"

"JADI KAMU GOMBAL MAS?"

"Astagfirullah enggak itu jujur sayang"

"Halah bilang aja kamu gak tulus sama aku"

"Lah gimana ceritanya sih"

"Mas jahat sama Melda" Melda berpaling dan memilih menatap jalanan dari balik jendela.

Reyhan mengerutkan dahi nya, kenapa bukan nya Melda baru melewati siklus satu minggu satu bulan.

"Hei kenapa si sayang?" Panggil Reyhan.

"Sayang, maaf"

"Sayang, nanti cantik nya ilang loh kalau ngambek" Goda Reyhan.

Melda segera membalikan tubuh nya "KAMU NGATAIN AKU JELEK?"

"Allahuakbar bukan, ini ketempelan dari mana si Mel kamu" Ucap Reyhan prustasi.

"Mas jahat sama Melda" Kali ini Melda benar-benar menangis.

Reyhan membulatkan matanya, Melda bahkan jarang sekali menangis di depan nya.

Reyhan segera menepikan mobil nya, ia membuka safe belt nya agar bisa menjangkau Melda lebih dekat.

"Hei, sayang" Reyhan meraih pipi Melda dan menghapus cairan bening yang membuat hati Reyhan sakit.

"Ada apa?" Tanya Reyhan serius.

"Aku pengen es krim mas" Ucap Melda di sela-sela isakan nya.

Reyhan membuang nafas nya kasar, ia memegang erat kedua pipi Melda hingga bibir nya mengerucut ke depan.

"Mass" Protes Melda.

"Gemesin banget sih istri aku ini" Reyhan menggerakan kepala Melda ke kiri dan ke kanan.

"Es krim green tea satu"

"Iya sayang"

Reyhan kembali melajukan mobil nya ke toko besar yang ada di pusat kota untuk belanja bulanan.

Di satu sisi Renata sudah sibuk dengan kegiatan nya melayani pembeli.

Renata melamar pekerjaan di sebuah cafe shop bernama Moca's Coffee.

Hari ini juga Renata sudah mulai bekerja, dengan perut nya yang belum begitu besar, ia masih bisa melakukan banyak pekerjaan.

Ia sedikit senang dan berterimakasih telah di pertemukan laki-laki sebaik Reyhan.

Renata dengan cekatan melayani orang-orang yang keluar masuk di Moca's Coffee, namun ada salah satu pengunjung yang membuat Renata meratapi nasib nya.

Renata menatap sepasang suami istri yang nampak sangat bahagia, bahkan si wanita itu nampak hamil 8 bulan.

"Andai saja kamu masih hidup mas, kita akan hidup bahagia kan" Bisik Renata dalam hati.

"Aku gak harus merepoti suami orang mas" Mata Renata memerah, ia sangat merindukan suaminya dan Dion.

"Mbak" Seorang pegawai di Moca's Coffee menyapa Renata, ia segera menyeka air mata nya supaya tidak keluar.

"Mbak Ren sakit?"

"Enggak Nia, makasi ya udah perhatian" Renata mengulas senyum nya, rupanya masih banyak sekali orang baik di dunia ini.

"Ya sudah, di lanjut ya mbak" Ucap Nia.

"Iya"







Hullaa

Part atas yang gombalan Reyhan, saya dapatkan dari sebuah nomor dengan user

This Is Cokelat.

Kata-kata nya meluluh lantahkan perasaan Melda, yakalik perasaan ku wkwkwk

Tinggalkan jejak, ga akan lupa si ngingetin ahaha see you dada babayy.

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang