Part 78 || Titik Pasrah

2.4K 115 11
                                    

Titik Pasrah dari seseorang adalah saat ia hanya mampu diam dan menangis di hadapan sang pencipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Pasrah dari seseorang adalah saat ia hanya mampu diam dan menangis di hadapan sang pencipta

...

Di Jakarta yang besar ini, Melda benar-benar sendirian, seluruh keluarga besarnya berada di Amsterdam.

Ia hanya mempunyai Kesya dan Renata yang teramat sangat baik padanya, namun sudah cukup ia tak akan merepotkan mereka lagi.

Melda berhenti di sebuah apart yang beberapa hari lalu di belikan Jordan untuk nya.

Benar, naluri seorang kakak tidak pernah salah, Jordan sudah sering menelfon Melda dan menanyakan apa semuanya baik-baik saja?? Dan Melda masih terus menjawab Iya.

Melda berbaring di sebuah kasur yang tak begitu besar, sepi dan kosong menguasai ruangan ini.

Ia hanya diam sambil memejamkan matanya, namun air matanya terus terusan mengalir bahkan di saat Melda tak mengeluarkan ekspresi apapun.

Akhirnya adzan Dzuhur berkumandang, Melda segera bangun dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Melda menundukan kepalanya dan mengangkat tangannya, memasrahkan segalanya kepada sang pemilik alam semesta.

"Hamba pasrahkan segalanya pada mu yarob" Lirih Melda.

"Engkau yang maha membolak balikan hati manusia, hamba terima segala ketentuan mu Yaallah"

"Jika memang hanya sampai sini mas Reyhan menjadi jodoh hamba, ikhlaskan hati hamba Yaallah"

"Namun jika tidak, kuatkan hamba supaya mampu menerima semuanya"

"Aamiin"

Saat Melda menangis, semesta juga ikut mendung dan merasakan tangisan seorang istri.

Yaa kali ini semesta mendukung Melda habis-habisan.

Saat Melda melipat mukenanya, ia merasakan nyeri di bagian perutnya.

"Astaghfirullah" Kaki Melda meluruh di samping kasur.

Melda berusaha menjangkau ponselnya yang berada di atas nakas sambil menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Astaghfirullah"

"Astaghfirullah"

Melda menarik nafasnya pelan-pelan, dan berusaha untuk tenang.

"Hallo kenapa Mel?" Suara Kesya dari sebrang sana membuat Melda sedikit lega.

"Sakit Sya sakit bangett" Lirih Melda.

"Hah kenapaa??"

"Perut aku, Syaaa"

"Dimana, Lo dimana?"

"Apart"

"Apart mana?"

"Jordan, akh yang di kasih Jordan Sya" Ucap Melda sambil menahan rasa sakit dari perut nya.

"5 menit hanya 5 menit, gue sampai sana, tahan Yaa" Jawab Kesya.

"Heh egeee ayooo" Suara teriakan Kesya yang memanggil Kai.

"Kunci mobil dimana anjir?"

"Di meja, meja makaan"

"Mell" Panggil Kesya lagi.

"Mel Lo masih sadar kan?"

"Iya iyaa masih"

"Jangan matiin telefon nya ya"

"Iya" Melda meletakan ponselnya.

"AllahuAkbar"

"AllahuAkbar"

Melda terus terusan melafazkan takbir dan istighfar untuk mengurangi rasa sakitnya.

Tepat 5 menit Kesya dan Kai datang dengan raut wajah yang sudah tak karuan, di tambah melihat Melda yang masih berusaha untuk tetap sadar dan menahan sakit.

"Angkat, angkat kaii" Titah Kesya.

Jujur Kai tidak berani untuk menyentuh Melda, ia amat sangat menghargai larangan di agamanya untuk tidak bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim.

"Maaf, ini gak kena kulit kamu, terhalang baju, maafkan saya Mel" Kai nekat menggendong Melda, karena mereka harus turun dari apart sana.

"Gak papa ya, darurat ini, gue telfon Reyhan dulu" Ucap Kesya.

"Gak gakk, gak perlu sya, mamah aja, mamahh" Jawab Melda sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Kai dan Kesya segera turun, padahal HPL Melda masih awal bulan Desember, dan ini baru pertengahan bulan November, sedangkan air ketuban Melda sudah pecah.

Sesampainya di RS, Jenika selaku dokter yang sudah dari awal menangani Melda segera membawa Melda ke ruang bersalin.

"Reyhan mana?" Tanya Jenika pada Kesya.

"Nanti nyusul" Jawab Kesya asal.

Akhirnya Jenika kembali masuk ke ruang bersalin, dikarenakan Melda tak kunjung sadar, dan air ketuban sudah kering, akhirnya persalinan harus di lakukan dengan jalur operasi caesar.

"Kita ambil jalur operasi, Reyhan mana kita nunggu persetujuan dari Reyhan" Ucap Jenika.

"Lakukan saja dok, saya yang bertanggung jawab atas Melda" Ucap Kai.

"Bangg, are u so serious?" Tanya Kesya.

"Mana yang harus saya tanda tangani?" Tanya Kai.

"Disini" Tunjuk Jenika pada sebuah kertas persetujuan operasi.

"Administrasi silahkan di atur dulu, biar saya siapkan ruang operasi" Jelas Jenika.

"Baik dok" Kai dengan segera berjalan menuju loby untuk melakukan pembayaran.

Kesya masih diam disana, ia berfikir bahwa Kai tidak main-main dengan perasaannya saat ini.

Sedangkan Reyhan juga tengah di landa dilema, dimana Sandra kondisinya kritis, dan ia tak tau kemana Melda pergi.

Reyhan mencoba untuk menelfon nomor Melda berkali-kali, namun Kesya segera menolak nya dan mematikan ponsel Melda.




Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang