Part 44 || Tujuh Bulanan

1K 43 2
                                    

Rasa yang pernah ada, akan hilang pada waktunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa yang pernah ada, akan hilang pada waktunya


_

Hari berganti hari, bentala kita sepertinya berputar lebih cepat, lambat laun mimpi Melda tempo hari telah ia lupakan sepenuhnya, ia yakin mimpi itu hanyalah sebatas bunga tidur.

Dan kini usia kandungan Melda menginjak 7 bulan, perut yang tadinya rata kini sudah sangat buncit, kadang tendangan tendangan keras dari si mungil yang ada di perut Melda, membuat perut nya yang bulat kadang sedikit benjol karena tendangan itu.

Hari ini ada prosesi siraman di rumah Melda, rumah nya sangat ramai dengan tamu, keluarga dan beberapa kerabat yang di undang untuk menghadiri acara tujuh bulanan.

"Sehat sehat terus kamuu" Ucap kakak ipar Melda, walaupun hanya sekedar kakak ipar, Melda bisa lebih akrab dengan nya di banding dengan Jordan.

"Chelsie kayaknya mau punya adek nih" Goda Melda.

"Enggak lah, belum masih suka cemburu anak nya" Monic terkekeh mendengar godaan dari Melda.

"Sayang ada orang di depan" Reyhan menyusul Melda dan Monic yang tengah asik berbincang dan memotong pembicaraan mereka.

"Siapa mas?" Tanya Melda.

"Ke depan dulu yuk" Reyhan memegang tangan Melda dengan maksut agar mengikutinya.

"Eh, kak aku ke depan duluan ya" Pamit Melda pada Monic yang hanya di balas anggukan.

"Siapa si mas?" Tanya Melda di tengah-tengah mereka berjalan, raut wajah Reyhan sangat sulit untuk di artikan.

Sesampainya di depan Melda terkejut bukan main, siapa ini, wanita cantik dengan baju casual dan tas keluaran terbaru.

"Permisi" Ujar Melda dan akhirnya gadis berambut panjang yang di ikat rapi itu berbalik.

"Melda" Wanita itu segera memeluk Melda, dan Melda masih mematung melihat wanita cantik di depannya ini.

"Aku mohon maafin aku Mel" Ya wanita itu adallah Djihan Renata, wanita yang beberapa waktu lalu menjadi batu sandungan di rumah tangganya, wanita yang hampir menghancurkan keluarganya.

"Renata ini kamu?" Tanya Melda yang masih tidak menyangka setelah sekian lama, wanita ini akhirnya muncul di depan matanya.

"Maafkan aku Melda" Kaki Renata meluruh, ia berlutut di depan Melda, Melda mengedarkan pandangannya, melihat mobil berwarna putih yang ia pakai untuk kesini.

Dalam hati Melda berdecak kagum, dalam waktu kurang dari satu tahun ia bisa menjadi sukses hanya dengan uang 200 juta??

"Renata bangun" Melda merasa tidak enak jika begini, jujur saja sakit hati itu masih ada, tapi jika orang itu sudah meminta maaf dengan tulus, sangat kejam bukan jika ia mengusirnya begitu saja.

"Masuk dulu yuk" Ajak Melda.

Renata hanya menurut saja, asal dia di maafkan ia akan melakukan apapun itu, namun laki-laki berjas hitam rapi keluar dari mobil yang Melda lihat tadi.

"Maaf ya tadi ada yang telfon" Laki-laki itu memegang pinggang Renata sebentar dan berbisik pelan di telinga Renata.

"Gak papa" Renata tersenyum hangat pada laki-laki di sampingnya.

"Oh iya, Mel Rey ini suami aku Mas Ryan" Renata mengenalkan laki-laki yang berada di samping nya itu, karena raut wajah bingung sangat jelas di wajah mereka.

"Reyhan" Reyhan menerima jabat tangan dari Ryan.

"Ayo masuk, di dalam lagi ada acara" Ajak Melda.

Ryan dan Renata mengikuti Melda dari belakang, ia tau apa yang akan terjadi nanti jika Renata ikut masuk ke dalam.

Baru sampai di halaman rumah, semua mata sudah tertuju pada Renata, banyak yang belum mengenal Renata sepenuhnya, namun Kesya sudah berjalan menggebu-gebu mengingat perbuatan Renata.

"Eh lo ngapain kesini ha" Kesya menunjuk Renata, jelas di mata Kesya ia tidak suka dengan kehadiran tamu tak di undang tersebut.

"Sya" Ucap Melda mencoba menenangkan sahabatnya itu.

"Melda di ngapain ke sini" Kesya beralih menatap Melda.

Melda memegang erat tangan Melda dan hanya mengangguk pelan berusaha meyakinkan Melda, ia tau jika Kesya akan percaya padanya.

"Tapi Mell" Belum sempat Kesya meneruskan protes nya Kai menarii kepala Kesya untuk mundur ke belakang.

"Kakkkk" Protes Kesya, Kai menatap datar Kesya dan mengisyaratkan untuk diam.

Tak lama akhirnya orang tua Reyhan dan Melda ikut berkumpul di depan halaman.

Seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik, dengan tongkat hitam di tangan nya berjalan menyusul Renata dengan senyum yang melekat di bibirnya.

"Oma" Sapa Renata yang membuat semua orang merasa heran, dari mana wanita ini mengenal nenek Reyhan.

"Kapan-kapan main lagi ya ke rumah Oma" Pinta ibu dari ayahnya Reyhan.

"Siap oma".

Mereka tampak sangat akrab, mengundang tanda tanya yang begitu besar, bagaimana tidak Oma hampir tidak pernah pulang ke Indonesia, ia hidup di Belanda bersama dengan anak-anak yatim piatu.

"Ke dalam aja, malu disini banyak yang lihat, banyak kerabat yang tidak begitu tau tentang masalah kalian" Ajak Oma.










Lama ya??
Enjoy
Gak di revisi dulu, banyak typo maaf yaww

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang