Part 56 || Nama Samaran

724 45 5
                                    

Lucu, caramu memainkan peran itu lucu bagiku!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucu, caramu memainkan peran itu lucu bagiku!

...

Seperti pagi biasanya Reyhan dan Melda sudah sibuk dengan urusannya masing-masing.

Melda tengah menata beberapa baju Reyhan karena semalam Reyhan bercerita jika ia akan pergi ke sebuah desa terpencil untuk mengabdi beberapa hari.

Awalnya Melda tidak mengizinkan Reyhan, namun Reyhan mengemban tugas yang mulia disini.

"Sayang" Panggil Reyhan dari kamar mandi.

"Kenapa mas?"

"Sabunnya habis yang"

"Sebentar mas" Melda segera turun ke dapur untuk mengambil sabun cair yang tertata di lemari bawah.

"Mas" Melda mengetuk pintu kamar mandi.

"Masuk aja yang"

"Gak ah nanti kamu modus"

"Dikit, masuk ahh udah siang nih" Ucap Reyhan.

Melda segera melepas sendal besar dengan kepala kucing di depannya, ia membuka pintu kamar mandi sambil membawa sabun cair.

Setelah kurang lebih 15 menit, Reyhan dan Melda keluar dari kamar mandi, Melda tengah duduk di depan kaca dan mengeringkan rambutnya.

Reyhan terus-terusan menatap Melda, rambut Melda itu cantik, jika di anggap berlebihan dalam memuji Reyhan masa bodo dengan itu, karena faktanya memang begitu.

"Apa si liat-liat mulu" Tegur Melda.

"Kok cantik si yang"

"Makasi" Melda sudah kebal dengan pujian Reyhan perihal cantik, sudah hampir 3 tahun ia bersama dengan laki-laki di hadapan nya itu.

"Udah kering, turun yuk" Melda mengikat rambutnya dan memakai hijab instan miliknya.

"Bentar yang pakai parfum dulu" Reyhan membuka tutup botol parfum bermerk yang wanginya mampu bertahan seharian.

"Ih genit" Melda mencubit pinggang Reyhan.

"Ih biar wangi" Jawab Reyhan menirukan gaya bicara Melda.

"Nyebelin" Ketus Melda.

"Gemesin"

"Dihh" Melda melirik sekilas ke arah Reyhan.

"Cium dong" Reyhan mengetuk ngetuk pipi kanannya.

"Ihhh udah ah mau makan" Melda segera melenggang pergi dari hadapan Reyhan, meskipun ia kebal dengan pujian Reyhan, namun ia masih sering malu jika Reyhan blak blak an seperti ini.

"Yang tungguin dong" Reyhan mengikuti langkah Melda dari belakang.

Setelah mereka selesai makan, Reyhan kembali ke atas untuk mengambil tas nya yang berisi dua setel baju ganti.

Saat Reyhan ke atas ponselnya bergetar, sebuah buble chat dengan nama Kepala RS muncul di lock screen ponsel Reyhan.

Melda mengambil ponsel Reyhan dan membukanya.

Kepala RS

A' kamu makan di rumah apa
disini?

Melda menyerngitkan alisnya apa maksut dari pesan yang di kirim Kepala Rumah Sakit, setahu Melda yang sedari dulu Reyhan baru masuk ke RS hingga sekarang ia sudah menjadi dokter tetap kepala Rumah Sakit nya adalah seorang laki-laki setengah baya.

Beberapa saat setelah itu, Melda kembali melihat ponsel Reyhan, namun pesan itu telah di tarik, dan di ganti dengan  Maaf dokter Reyhan saya salah kirim.

Melda kembali menghembuskan nafasnya lega, padahal ia sudah berfikir kalau ini selingkuhan Reyhan, namun ternyata tidak.

"Kenapa sayang?" Tegur Reyhan.

"Ehh gak papa mas, udah?" Melda segera meletakan ponsel Reyhan dan berdiri membawakan jas Reyhan.

"Yuk aku anterin ke depan" Melda menggandeng tangan Reyhan, hari ini Melda lebih manis dari biasanya.

"Mas pergi dulu ya" Reyhan mencium kening dan hidung Melda.

"He,em hati-hati ya mas, telefon jangan lupa" Melda menyalami tangan suaminya.

"Iya siap"

"Assalamualaikum" Timpal Reyhan.

"Waallaikumsallam"

Melda segera masuk saat gerbang rumah sudah di tutup oleh mang ujang, pada saat berjalan menaiki tangga Melda baru sadar jika ada kejanggalan di chat tadi.

"Ehh tunggu, itu emang nomornya kepala rumah sakit kan?" Tanya Melda pada dirinya sendiri.

"Salah kirim tapi panggil a'a, lah bukanya orang Jawa yah, manggil a'a masak"

"Tapi harusnya di kirim ke siapa coba"

"Apa jangan-jangan gay, astaghfirullah" Melda segera meraupi wajahnya sendiri, selagi ia masih meneruskan argumenya dengan diri sendiri, ia akan semakin kemana-mana.

"Ke anaknya mungkin ya" Melda tersenyum sambil membuka pintu.

"Tapi anak nya kan cewe semua" Melda berteriak frustasi dan segera menutup pintu kamarnya.

"Ah gatauuu" Teriakan Melda terdengar hingga bawah membuat mbok Sinar takut jika terjadi apa-apa.

"Buu" Mbok Sinar mengetuk pintu kamar Melda.

Melda segera membuka pintu dan memperlihatkan wajahnya saja.

"Iya mbok?"

"Ibu gak papa?"

"Aman mbok"

"Tadi mbok denger bu Mel teriak" Ucap mbok Sinar khawatir.

"Ahh Melda lagi nonton mbok, tenang aja ehehe" Melda tertawa garing di depan mbok Sinar.

"Ya udah kalau gitu Bu Mel, mbok tak turun lagi" Pamit mbok Sinar.

"Wokeh mbok"

Melda merasa malu, untung saja rumah ini hanya di huni mbok Sinar dan mang Ujang, jika tidak ia akan merasa lebih malu dari ini.

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang