Part 27 || Si boncel

839 53 1
                                    

Tidak ada lautan tanpa ombak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada lautan tanpa ombak

...

Melda masih diam di kursi dengan jari jari yang menggenggam erat lipstik berukuran kecil yang ia temukan tadi.

Mata nya menatap serius sebuah artikel yang baru saja muncul di ponsel nya, iyaa rumor gila itu sudah masuk di berita online, entah siapa yang menggiring opini opini gila semacam itu.

Reyhan turun dari tangga dengan kaos dan celana panjang, ia menyusul Melda yang nampak serius menatap ponsel nya.

"Sayang baca apa si, serius banget"

Melda tersenyum sekilas, menatap suaminya dan memberi kode agar Reyhan ikut duduk di samping nya.

"Ada apa?" Tanya Reyhan heran.

"5 menit, aku butuh penjelasan" Melda menyodorkan ponsel nya yang berisi artikel gila itu.

Reyhan tidak begitu terkejut, ia tau inilah rencana yang Renata buat.

"Sayang kamu percaya sama mas kan?"

"Jelas, aku cuma butuh penjelasan kamu mas"

"Renata tiba-tiba datang ke ruangan mas di jam istirahat, tiba-tiba dia teriak panggil mas" Jelas Reyhan yang membuat Melda semakin meremas lipstik yang ada di tangan nya.

"Di sana banyak sekali ibu-ibu, aku bingung mel mau gimana, jadi mas ambil tindakan konyol yang sepertinya akan sedikit panjang"

"Terus?"

"Ya gak ada terusan nya, ini urusan bunda yang akan klarifikasi gak guna ke publik" Ucap Reyhan yang jengah terhadap hidup nya yang harus mengikuti publik, bersyukur ibu nya itu tidak gila publik.

Melda melempar lipstik kecil yang sudah sedikit pecah karena remasan dari Melda ke arah Reyhan.

"Punya siapa?" Tanya Reyhan heran.

"Harus nya aku yang tanya, itu punya siapa mas?" Jawab Melda yang berusaha setenang mungkin, ia tahu jika suaminya sedang masuk dalam perangkap, tapi hormon kehamilan nya ini membuat dirinya sedikit emosional.

"Mas gak tau dong Mel, masak mas pakai lipstik sih"

"Itu di jas kamu mas"

"Hah?"

"Aku nemuin lipstik itu di jas kamu" Jelas Melda dengan penuh penekanan.

"Astagfirullahaladzimm, sayang demi Allah mas gak tau itu punya siapa" Ujar Reyhan yang panik melihat mata Melda memerah.

"Lipstik siapa mas" Tanya Melda sekali lagi yang membuat Reyhan memutar otak nya beberapa jam yang lalu.

Reyhan mencoba mengingat dengan siapa saja dia bertemu hari ini, para suster, dokter dokter lain, dan para ibu dari pasien, dan jugaa yaaa Renata.

"Renata" Ucap Reyhan sedikit ragu, namun punya keyakinan penuh di hatinya.

"Sial" Umpat Melda pelan yang masih mampu terdengar oleh Reyhan.

Reyhan menempelkan jari telunjuk nya pada bibir Melda "Gak boleh" Peringat Reyhan yang di balas anggukan oleh Melda.

"Mas, yang aku khawatirkan selama ini bener-bener kejadian kan"

"Maaf ini salah mas"

"Aku tau mas, mas Rey itu niat nya baik, tapi dia yang gak pantes di baikin" Final Melda yang sudah terlanjur menaruh benci pada Renata.

Reyhan menarik tangan Melda dan membawa nya dalam pelukan, ia sedang hamil muda, tak boleh banyak fikiran seperti ini, wanita gila itu benar-benar pandai dalam hal hal licik.

"Jangan di fikirin ya, nanti si boncel ikutan sedih" Ucap Reyhan yang membuat Melda mengerutkan alisnya.

"Boncel siapa mas?" Tanya Melda heran.

"Itu" Reyhan melirik ke arah perut Melda, mata Melda membelalak bagaimana bisa anak nya yang masih sebiji kurma itu di beri nama boncel.

"Kok boncel sih mas" Melda memukul tangan Reyhan.

"Lucu itu" Reyhan terkekeh pelan dan di susul Melda,  tawa mereka itu menghilangkan segala kesalah pahaman yang sudah di manipulasi oleh Renata.

Pada dasarnya sekuat apapun ombak yang menerpa kapal mereka, jika sang nahkoda dan kapal nya mampu untuk melewatinya, semua akan terasa ringan, namun jika sudah di hadang oleh batu karang, semua tergantung sang nahkoda.










Part ini di tulis
13-01-22

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang