Part 54 || Kecurigaan

911 51 8
                                    

Manipulative

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manipulative

...

Setelah sambungan Reyhan terputus, Melda menatap Jenika dengan tatapan yang sulit di mengerti.

"Gak bohong gue, dia udah keluar dari RS tepat jam 12 tadi" Jelas Jenika.

"Terus dia mampir kemana dong"

"Ya mana gue tau"

"Ah paling mas Rey mampir ke toko buat beliin aku sesuatu" Melda terkekeh pelan.

"Terlalu positif thinking ya Buu" Sindir Jenika.

"Udah ah mau pulang, dada makasi ya Tante Jenika"

"Aunty yaaa" Protes Jenika.

"Tantee" Ledek Melda.

Setelah keluar dari ruangan Jenika, tawa Melda langsung hilang seketika, tidak dia bukan wanita bodoh yang mudah di bohongi, di tambah ada bayi di perutnya yang membuat dia semakin sensitif.

"Mang ayo jalan" Ucap Melda pada mang Ujang.

"Siap Bu" Di perjalanan Melda masih terus berfikir kemana perginya Reyhan siang-siang seperti ini.

Lalu kemarin, buat apa ia pulang hingga larut malam sedangkan kata Jenika dan suster Mika tadi Reyhan pulang sekitar jam 1 siang.

Di persimpangan, Melda melihat mobil Reyhan yang keluar dari gang menuju perumahan blok C.

Melda menyerngitkan alisnya, buat apa Reyhan kesana, toh dia tidak ada saudara yang tinggal disana.

"Mang cepetan dikit ya jalanya" Titah Melda.

"Woke Bu Mel" Mang Ujang segera menancapkan gasnya dan meninggalkan mobil Reyhan yang masih terjebak lampu merah.

Sesampai nya di rumah, Melda minta tolong pada mang Ujang dan mbok Sinar agar tidak memberi tau Reyhan bahwa ia baru pulang dari rumah sakit.

Melda segera ganti pakaian rumah, dan tertidur dengan menghadap ke dinding kamar, perasaan nya berkecamuk namun ia berusaha menetralisir ekspresi nya.

"Assalamualaikum sayang" Ucap Reyhan sambil membuka pintu kamar.

Melda menjawabinya dalam hati dan tidak ada niatan untuk mengeluarkan pergerakan.

Reyhan menyusul Melda dan duduk berjongkok di depan Melda, lelehan bening dengan mata Melda yang masih tertutup terus saja keluar.

"Sayang maaf" Reyhan memeluk Melda dari samping.

"Mas Reyhan jahat" Lirih Melda di sela-sela isakanya.

"Iya mas jahat" Ucap Reyhan.

"Emang, mas Reyhan paling jahat sedunia"

"Maaf sayang" Bujuk Reyhan.

Melda bangun dari tidurnya dengan di bantu Reyhan yang menopang punggung dan pinggang nya.

"Mau peluk" Melda merentangkan tanganya.

Reyhan dengan senang hati menerima permintaan Melda, setelah berpelukan beberapa saat dengan Reyhan, Melda merasa fikiranya lebih terbuka, mungkin saja ia ada urusan lain yang tidak boleh di ketahui olehnya, supaya tidak menganggu fikiranya.

Namun Melda masih terus menunggu kejujuran dari Reyhan sendiri, karena lebih baik mendengar dari bibir orang itu sendiri dari pada mendengar dari bibir orang lain.

"Mandi dulu sana, masak badan kamu bau sambel" Ucap Melda.

"Hah masak, ya udah mas mandi dulu ya sayang" Reyhan mencium sekilas kening Melda dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Melda melihat terus-terusan ke arah pintu kamar mandi, setelah di rasa Reyhan sudah mandi, Melda segera mengambil ponsel Reyhan, ia tidak menaruh kecurigaan namun ia hanya ingin tau.

Tak ada apapun disana, di kontak hanya ada namanya dan yang lainya di arsipkan.

Bibir Melda tertarik kala melihat nama kontak nya bertuliskan Zaujati, Melda membuka arsipan dan tidak ada nomor yang mencurigakan, disana hanya tertulis, Ibnu, Jenika, kepala rumah sakit, dan beberapa suster yang memiliki keperluan dengan Reyhan.

Melda menghembuskan nafasnya lega, suaminya itu tidak melakukan hal yang mencurigakan di belakangnya.

Melda mengambil tas Reyhan dan menempatkannya pada meja, mengambilkan kaos dan celana pendek yang biasa Reyhan pakai di rumah.

Ia segera turun ke bawah untuk menyiapkan makan siang.

Ini malapetaka dari perut untuk Reyhan, padahal ia baru selesai makan dengan Sandra, namun sekarang Melda tengah sibuk di dapur menyiapkan makan untuknya.

Reyhan turun dengan ponsel di genggaman nya, ia terkejut melihat makanan yang Melda siapkan di meja makan.

"Yang kamu masak?" Tanya Reyhan.

"Eh iya mas, ayo makan dulu mumpung masih anget" Melda menata piring dan mengambil gelas berisi air putih.

"Hah" Reyhan diam mematung di samping meja makan.

"Kenapa mas?" Tanya Melda heran.

"Ahh gak papa, makananya enak banget keliatannya" Reyhan terkekeh garing, ia sangat mengasihani dirinya sendiri.

"Ya udah ayo duduk dulu" Titah Melda.

Padahal perutnya masih sangat kenyang, namun Reyhan tetap duduk demi menghargai istrinya.

Melda mengambilkan nasi sesuai dengan porsi Reyhan.

"Udah apa lagi nasinya?" Tanya Melda.

"Udah sayang" Raut wajah Reyhan terlihat antusias dengan masakan Melda.

"Mau lauk yang mana?" Tanya Melda.

"Apa aja, masakan kamu enak semua" Puji Reyhan.

"Dihh ahahaha" Melda terkekeh pelan, ia mengambilkan beberapa lauk untuk Reyhan.

Di suapan terakhir Reyhan berasa akan mual karena perutnya penuh.

Ia seharusnya tadi jujur dengan Melda, bahwa dia sudah makan siang, mungkin nama Ibnu akan jadi tameng untuk kebohongan Reyhan selanjutnya.

Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang