Part 18 || Diam

1K 69 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Diam nya seorang wanita
Patut di pertanyakan

_

Melda diam dan meminta maaf pada Reyhan, karena sudah memancing keributan di pagi hari, bahkan sang surya saja belum memunculkan sinarnya.

Melda beranjak dari duduk nya dan meninggalkan Reyhan yang diam merenungi kesalahan kesalahan fatal nya.

Jam menunjukan pukul 07.00 WIB, rumah nampak sunyi meskipun tak ada yang pergi, entah seperti ada yang kurang.

Baju dan persiapan Reyhan sudah Melda siapkan, bahkan sarapan sudah ia tata di atas meja, tapi Melda memilih menyiram bunga di taman belakang di bandingkan bertemu dengan suaminya.

Iya dosa, Melda tau itu, tapi dari pada emosi nya meledak kembali, menghindar jauh lebih baik.

"Sayang" Tepat saat Melda berhenti berbicara dalam hati, pasti suara ini terdengar di pagi hari.

Melda mematikan selang nya dan menuju sumber suara, entah apa lagi kali ini yang hilang.

"Kenapa?" Tanya Melda yang melihat Reyhan mengacak-acak lemari pakaian.

"Jas aku kemana?"

"Jas kamu ada 3, yang satu di rumah sakit, yang satu di jemur, yang satu entah kamu pinjamkan pada wanita itu untuk menutupi tubuh nya yang kedinginan" Jelas Melda panjang lebar.

Reyhan diam membeku, ia baru ingat bahwa jas dokternya ada pada Renata, mau tidak mau ia harus mengambil ke tempat Renata, karena jika harus ke rumah sakit, ia akan telat datang ke RS Kasih Bunda.

"Ya sudah" Jawab Reyhan pasrah, Melda hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Reyhan.

Reyhan merasakan perubahan 100% dari Melda, Reyhan segera mengejar Melda, tak ingin jika masalah ini semakin panjang.

"Sayang bentar" Teriak Reyhan dari belakang.

"Apa lagi?"

"Temenin mas ambil jas ya"

"Dimana?"

"Tempat Renata"

"Ya"

Reyhan frustrasi tidak tahu bagaimana caranya membujuk Melda, pasal nya baru pertama kali ini selama 2 tahun pernikahan mereka, Melda benar-benar diam seribu bahasa.

Belum sempat Melda berbalik, tubuh nya sudah di sergap oleh dekapan Reyhan, erat sangat erat itu yang Melda rasakan, Melda diam sejenak kemudian membalas pelukan suaminya.

Tangan nya menepuk-nepuk pelan punggung Reyhan, semarah apapun dia, kewajiban nya sebagai seorang istri tetap harus berjalan.

"Aku siap-siap dulu, kamu makan nanti aku temenin ambil jas" Ucap Melda.

Reyhan menghembuskan nafasnya pelan, bahkan gaya bicara Melda pun ikut berubah.

"Iya sayang" Reyhan melepas pelukan nya, Melda tersenyum sekilas kemudian naik ke atas untuk siap-siap.

Benar bibir Melda tersenyum, namun matanya tidak bisa bohong, Melda tak pandai dalam hal sandiwara seperti ini.

Di dalam mobil menuju ke Dream Hotel Melda tak mengeluarkan suara sedikit pun, Reyhan sudah mencoba berbagai topik yang Melda suka, namun selalu di matikan oleh Melda.

Akhirnya mereka sampai disana, Melda memandang hotel dengan ketingkatan mewah kelas atas, bahkan kabarnya 1 malam bisa sampai 500 ribu.

"Mewah ya" Ucap Melda tiba-tiba, Reyhan tersenyum sekilas lalu menggandeng tangan Melda untuk masuk ke dalam.

Reyhan mengetuk pintu nomor 13, Melda melepas genggaman tangan Reyhan dan memilih bersandar di dinding dekat pintu.

Melda memainkan ponsel nya, hingga suara pintu terbuka membuat Melda mematikan ponsel nya kembali.

"Dokter Rey, ada apa kenapa tiba-tiba kesini" Tanya Renata heran.

"Saya mau ambil jas saya, tertinggal kan?" Tanya Reyhan singkat.

"Ah iya dok, mari masuk dulu, tak ambilkan jas nya" Tawar Renata, sungguh Renata tak tahu jika di dinding tepat di samping pintu ada seorang wanita yang bersandar disana.

Melda hanya diam memandangi kuku kuku nya, ia tak ada niatan ingin berbicara sama sekali.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Reyhan, Renata akhirnya masuk lagi ke dalam dan mengambil jas yang sudah ia cuci dan ia semprot dengan parfum.

Renata keluar dengan totebag dan rantang makanan "Ini dok jas nya, sudah saya cuci"

"Dan ini tadi saya masak, dan kelebihan ini buat dokter" Renata menyodorkan rantang berisi makanan makann lezat buatan nya.

"Terimakasih, istri saya sudah masak tadi" Ucap Reyhan.

"Gak papa dok, nanti di makan sama mbak Jenika atau dokter Ibnu"

Melda mengangguk, rupanya ia mengenal teman-teman dekat Reyhan, entah apa yang ia pikirkan tapi tubuh nya sudah tidak bersandar lagi pada dinding.

"Bawa aja mas" Ucap Melda yang membuat Renata terkejut.

"Loh ini istri dokter?" Tanya Renata, meskipun ia sudah tau tapi ia ingin saja menyakan hal itu.

"Iya" Jawah Reyhan singkat.

"Terimakasih, kami permisi dulu" Pamit Reyhan, ia menerima jas dan juga rantang makanan.

"Cinta dari perut naik ke hati" Bisik Melda pelan.

"Rayu aja terus"

"Dasar"

Reyhan mengenggam erat tangan Melda, sesampainya di dalam mobil, Reyhan sudah tidak tahan dengan ocehan ocehan Melda sepanjang jalan, yang menurut Reyhan itu lucu.

"Sayang, jangan ngambek mas gak kuat kamu diemin" Rengek Reyhan.

"Ya sayang ya, maaf mas emang gegabah, mas salah maaf ya cantik" Reyhan mencium punggung tangan Melda.

Kali ini Melda benar-benar tidak terusik, bulshing atau apalah itu.

"Iya" Singkat Melda.





Wah ngamok beneran eu
Marah nya orang yang jarang marah itu ngeri, beneran

Ehehehe

Part ini di tulis
29-12-21
Jam
00.58

Lagi dan lagi, laper berkedok insomnia:)


Surga yang terbagi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang