61.|| SAKIT

102K 8.9K 369
                                    

⚠️WARNING⚠️

Jangan salah lapak / atau menyebut karakter cerita lain di cerita ini. Mohon belajar menghargai hal sekecil apapun itu!🐣

Dan

Jangan lupa vote dan komen!!

Pliss jangan jadi siders, hargai author!!
.
.
.

Pliss jangan jadi siders, hargai author!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Part 61 | SAKIT

*****

Pagi ini kediaman Witama terlihat ramai. Bukan, bukan karna pesta. Tapi karna si kecil kesayangan mereka sedang sakit. Para kakek dan neneknya sejak tadi sudah datang untuk menjenguk cucu kesayangan mereka.

"Hikss Celli ndak mau mimi obat Memo. Lasana pahit" Celli menutup mulutnya menolak suapan sendok obat dari Yuni.

"Baby jangan keras kepala. Sekarang minum obatnya" ucap Derri, bahkan pria itu rela meninggalkan meeting pentingnya saat mendapat kabar jika cucunya sedang sakit.

"Ndak mau Pepo, Celli ndak cuka" tolak balita itu lagi.

Mereka semua menghela nafas. Bagai mana cara membujuk cucu kesayangan mereka. Sedangkan kedua orang tua Celli hanya diam dan mononton aksi mereka.

"Minum obat aja kayak mau demo yah?" ucap Aurora terkekeh pada Arion.

"Hmm, waktu aku sakit mama nggak gini banget. Tapi kenapa sekarang jadi berubah." ucap Arion tak habis pikir dengan tingah orang tua dan mertuanya.

"Kalau gitu baby Celli makan bubur aja yah. Tadi kan cuma makan dikit" Desi mendekat membawa semangkuk bubur. Bersiap menyuapi Celli.

"Ndak mau Oma, Celli ndak napcu makan" lagi-lagi balita itu menutup mulutnya menolak.

"Sayang jangan keras kepala dong. Nurut sama Oma yah" ucap Reno mulai frustasi.

"No, no, no, Celli ndak mau. Hikss pala Celli akit mommy" balita itu mulai menangis. Ia menatap Aurora yang sedari tadi hanya diam menyaksikan penyiksaannya.

Aurora yang melihat putrinya mulai menangis lantas mendekat.

"Kalau kepalanya sakit berarti baby harus minum obat. Kalau nggak minum obat kapan sembuhnya?" ucap Aurora.

Sebenarnya dia juga khawatir dengan kondisi putrinya. Hanya saja dia masih bisa mengontrol kekhawatirannya. Berbeda dengan orang tua dan mertuanya mereka benar-benar posesif.

"Ndak mau mommy hikss. Obatna pahit" tangis balita itu akhinya pecah. Mereka semua kalang kabut.

"Sayang jangan nangis"

"Baby stop"

"Udah sayang, obatnya kita buang yah"

"Cup cup cup, cucu Opa"

ARION [END]Where stories live. Discover now