1

2K 131 16
                                    

"Awas!" teriak seseorang.

"Aaahhhhh ..." suara teriakan terdengar menggema setelahnya suara benturan yang terdengar keras.

Bruk ...

Citttttt

Seorang gadis cantik tersentak dari lamunannya, saat kepingan bayangan buruk itu kembali merasuk di dalam pikirannya. Sungguh tidak akan pernah bisa mengubur kejadian mengenaskan tujuh tahun lalu.

"Maaf akibat kecelakaan fatal itu, sebelah kiri wajahnya meninggalkan bekas luka, hanya tindakan operasi yang bisa memulihkan wajahnya. Dan operasi itu membutuhkan biaya yang cukup besar." kenanganya akan ucapan sang dokter.

Cahaya jingga menghiasi langit senja. Terlihat seorang gadis cantik duduk termenung di bangku panjang sebuah taman. Sudah berjam-jam gadis itu menghabiskan waktu dengan merenungi nasib sial yang menimpa hidupnya, hingga ia mengingat kejadian yang beberapa saat ia lalui bersama ibunya.

"Kenapa harus ke LA? Kenapa tidak bekerja di sini saja!" seru perempuan paruh baya yang bernama ibu jennie, pada perempuan yang duduk di hadapannya dengan meja menjadi pemisah.

"Bu, bekerja di luar negeri penghasilannya lebih tinggi! Dengan begitu aku bisa mengumpulkan uang dengan cepat."

"Membiarkanmu pergi dan tinggal sendiri di luar negeri itu bahaya jihyo. Pergaulan di sana tidak seperti di sini, budaya kita berbeda. Di sana sekss bebas, mabuk-mabukan. Ibu tidak mau kamu terjerumus ke dalam pergaulan seperti itu," balas ibunya dengan khawatir

"Aku bisa jaga diri bu, ayolah bu, biarkan aku pergi, aku tidak ingin menjadi beban untuk keluarga ini, aku ingin berusaha bu."

"Pokoknya ibu tidak akan memberi izin untuk kamu pergi!" tegas jennie

"Ibu tega!" Mendapatkan penolakan ia pun bangkit meninggalkan ibunya.

"jihyo! Jihyo!" teriak jennie namun tak ia idahkan.

Dan di sinilah gadis cantik bernama jihyo ini berada. Duduk di taman untuk sedikit mengurangi kegundahannya akan sikap ibunya yang tidak memberikan izin untuk ke LA, negara yang akan menjadi tujuannya mengais pundi-pundi uang yang melimpah demi satu tujuan.

Sudah berhari-hari jihyo mencoba meminta restu ibunya untuk melepaskannya namun yang terjadi hanya selalu berakhir pada perdebatan, ibunya begitu mencemaskan dirinya jika harus tinggal di negeri orang sendirian.

Jihyo merasa putus asa memikirkan dengan bagaimana lagi ia bicara dengan ibunya.

"Hei cantik!"

Lamunan jihyo buyar saat sekelompok lelaki iseng yang lewat di hadapannya tersenyum manis berniat menggodanya. Jihyo hanya membalas dengan wajah datar tak menanggapi sedikit pun. Ya, wajah cantik yang ia miliki membuat mata kagum lelaki selalu terpusat padanya.

Jihyo menarik napas berat saat kumpulan pemuda itu telah berlalu, wajahnya menjadi sendu.

"Cantik! Aku sama sekali tidak cantik, ini hanya make up," desis jihyo lirih akan kenyataan hidupnya. "Aku hanya si buruk rupa, wajahku mengerikan," gumam jihyo mengarahkan telapak tangannya di pipi sebelah kiri, tak terasa ada setitik air mata jatuh menetes.

"Kamu di sini!" suara lembut perempuan terdengar.

"Ibu." sapa jihyo gelagapan dengan cepat mengusap air mata. Dia tidak ingin perempuan yang ia sayangi melihatnya menangis.

Jennie duduk di samping putrinya.
"Ibu tahu kamu kecewa dengan keputusan ibu, tapi ibu sangat mencemaskan mu hyo," ucap jennie lembut.

"Sudah bertahun-tahun aku hidup dengan wajah tersembunyi ini. Semua orang mengangumi kecantikanku , padahal aku hanya si buruk rupa," kata jihyo dengan nada bergetar menahan tangis.

[END] SI BURUK RUPA || JITZU Onde histórias criam vida. Descubra agora