42

394 72 21
                                    

Jutaan bintang telah menghiasi langit malam. Di taman bunga yang terlihat begitu indah telah di hiasi dengan cahaya teraman serta air mancur yang mengucur, bunga-bunga yang cantik, hiasan lampu-lampu semakin membuat taman itu terlihat menakjubkan.

Malam ini adalah waktu yang di katakan oleh david. Hari yang menentukan nasib biduk rumah tangganya dengan jihyo. Apakah pernikahan mereka berlanjut ataukah berakhir.

David telah berdiri di taman di depan air mancur, mengenakan tuxedo putih, wajah tampannya tersirat jelas gurat cemas. Sesekali menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam namun jihyo belum juga menampakkan diri. Membuat perasaan david semakin kalut di selimuti keresahan.

"Kau di mana?" batin david bertanya-tanya.

Sementara david menunggu dengan gelisah. Di tempat lain jihyo berada di salon menghabiskan waktunya di tempat kerjanya. Ia enggan beranjak.

Jihyo duduk termenung di sofa panjang, tatapannya kosong. Ia tahu saat ini david pasti telah menunggunya di taman. Tapi dia menahan diri untuk tidak pergi, walau dadanya terasa sesak dan rasanya sebagian tubuhnya berontak ingin lari ke taman itu.

Ada banyak pertimbangan dan ketakutan di dalam hati jihyo. Di awal pernikahan ada banyak rahasia yang ia simpan, bagaimana jika rahasia itu terungkap dapatkah pemuda itu menerimanya.

Umji yang masih berada di salon menarik napas berat sudah seharian jihyo hanya diam termenung. Bahkan sudah seharian jihyo belum makan karena memikirkan david. Sahabatnya itu hanya uring-uringan.

"jihyo kau belum pergi?" tanya umji membuyarkan lamunan jihyo

Umji sudah tahu semua dari cerita jihyo tentang taman itu dan malam ini adalah penentu hubungan jihyo dan david

"Aku bilang kau harus pergi! Cepatlah dia telah menunggumu!" ujar umji sudah sejak tadi ia menyuruh jihyo pergi namun perempuan itu hanya diam tak beranjak.

Umji lalu duduk di samping jihyo.

"hyo apa yang kau pikirkan, pergilah," kata umji akan berbicara dari hati ke hati dengan sahabatnya.

"Aku tidak perlu pergi, lebih baik seperti ini. Kami berpisah lalu kembali menjadi orang asing," ucap jihyo pelan.

Uhh, dada jihyo seakan ter-remas kuat Akan keputusannya. Sudut hatinya juga terasa tak rela.

"Kenapa kau bicara seperti itu?"

"Kau tahu kan aku kemari hanya untuk bekerja. Aku khawatir ibu dan kak sana akan kecewa jika tahu aku telah menikah dengan kak tzuyu tanpa memberi tahu mereka," jelas jihyo akan ketakutannya.

Membayangkan bagaimana sulitnya dia meyakinkan ibunya jika dia akan menjaga diri di LA. Dia malah menikah.

Umji mendengus akan pertanyaan jihyo

"Ya ampun jihyo, walau pun nanti keluargamu kecewa itu hanya sedikit. Mereka pasti bahagia kau menikah dengan pemuda yang baik, apalagi mereka sangat tahu bagaimana sifat david. Tentu ibu dan kakakmu setuju kau menikah dengannya. Jadi itu bukan Alasan untuk tidak pergi," jelas umji gemas sekali dia.

Jihyo terdiam memang benar yang di katakan oleh umji. Bahkan jika saat ini david datang ke rumahnya dan memintanya pada ibunya. Ibu dan kakaknya pasti tidak akan menolak karena kebaikan david pada keluarganya.

Umji lalu berdiri meraih tangan jihyo

"Sudah pergi sana apalagi yang kau ragukan?" usir umji menarik tangan jihyo untuk bangkit.

Jihyo hanya diam di tempat tak bergerak menahan tubuhnya.

"umji, Bagaimana dengan kak david? Bagaimana jika dia tahu aku Jihyo, adik sahabatnya yang sudah dianggap adik sendiri. Dia pasti kecewa dan merasa di bohongi."

[END] SI BURUK RUPA || JITZU Where stories live. Discover now