8

370 68 7
                                    

Mentari pagi telah menyambut. David yang telah rapi terlihat sangat tampan mengenakan kaos santai berwarna putih turun dari tangga.

Alis pemuda ini mengerut saat menatap keadaan rumah masih sepi.

"Ke mana dia?" gumam david mengamati seluruh ruangan yang tertata bebas tanpa sekat hingga menapakkan seluruh bagian.

Langkah kaki david terus berjalan hingga ke arah dapur. Tatapan matanya menuju meja makan yang masih rapi sama seperti semula. Tak ada tanda jika seseorang sedang menyajikan sesuatu.

"Dia belum bangun!" gumam david.

Ini adalah pagi pertamanya bersama dengan jihyo. Namun hingga saat ini jihyo belum juga muncul.

"Dia tidak menyiapkan sarapan. Dia lupa dia bukan nyonya di rumah ini, dia hanya menjadi pengganti pelayan," gerutu david berdecak kesal saat mengetahui gadis yang ia tugaskan mengganti pelayan rumah belum mengerjakan sesuatu.

"Dasar pemalas! Aku akan menyeret mu," decak david lalu melangkah menuju kamar jihyo.

Jihyo duduk di cermin rias sejak tadi dia mengaplikasikan make up ke wajahnya. Mengulas satu persatu mulai dari pelembab wajah, foundasion tebal dan lain-lainnya.

Butuh waktu yang cukup lama bagi jihyo untuk menutupi wajah buruk rupanya. Uh, rasanya sungguh melelahkan, dia ingin ini berakhir. Dan operasi lah yang bisa membuatnya terbebas.

David telah berada di depan pintu kamar tanpa menunggu pemuda itu menggantung tangannya mengetuk pintu kamar yang terkunci.

Jihyo baru saja memegang tempat bedak namun tersentak saat ketukan pintu terdengar.

"Hei bangun pemalas," seru david dari luar.

"Kak tzuyu," ucap jihyo terkejut mendengar suara keras pemuda itu.

"Hei! Keluar sekarang juga."

Keluar ...

Astaga seketika jihyo menjadi panik, dia belum menyelesaikan make upnya dan pemuda itu telah memaksanya keluar dari kamar.

"Ya, kak tunggu sebentar lagi," tahan jihyo yang belum mengaplikasikan make up terakhirnya.

"Hei keluar atau aku akan membuka pintu lalu menyeret mu," ancam david.

Semakin gelagapan saja jihyo di buat akan acamannya. Bagaimana ini?

"Aku hitung sampai tiga. Jika kau belum keluar aku akan menyeret mu!" tekan david.

"Satu ..."

Mendengar ancaman david, jihyo menatap wajahnya sekilas di cermin lalu bangkit. Ah, dia tidak mau di seret oleh pemuda galak itu.

Jihyo membawa bedak di tangan melangkah cepat membuka pintu sembari mengusap asal wajahnya dengan spoon bedak untuk menyempurnakan tambalan wajahnya.

"Ya, kak," sahut jihyo yang baru saja membuka pintu kamar masih sibuk dengan mengusap wajahnya.

David merotasi mata malas melihat tingkah jihyo

"Aku sudah bilang! Kau tinggal di rumah ini bukan sebagai putri, tapi tugasmu adalah menggantikan pelayan," omel david dengan tangan bersedekap di dada.

"Iya kak, tunggu sebentar aku pakai bedak dulu," tahan jihyo menatap wajahnya di kaca kecil yang menempel di bedak yang ia kenakan.

"Buang-buang waktu!"

David mendengus lalu tanpa kata lagi menarik paksa tangan jihyo untuk ikut bersamanya.

"Kak tunggu sebentar aku masih pakai bedak," seru jihyo. Astaga dia benar-benar bak di seret untuk ikut.

[END] SI BURUK RUPA || JITZU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang