48

394 73 5
                                    

Pagi menjelang david telah bersiap menjalani harinya yang sibuk di kantor dengan banyak laporan dan rapat. Namun sebelum itu sesuai dengan rencana semalam jika dia akan mengembalikan wadah makanan jihyo, sebelum ia ke kantor.

Dengan menjinjing paper bag, Pemuda ini telah berjalan menuju mobil yang terparkir di mana jimin telah berdiri membuka pintu mobil untuknya.

David masuk ke dalam mobil, memangku paperbag itu seolah itu adalah benda yang berharga.

"jimin, sebelum ke kantor, antarkan aku ke salon tempat jihyo bekerja. Aku harus mengembalikan wadah miliknya," ucap david yang duduk di kursi belakang menatap paper bag yang berisi wadah milik jihyo.

Ya, walau perempuan itu telah mengoyak hatinya, tapi dia masih peduli, jika benda itu sangat berharga untuk jihyo. Sesuai kata Perempuan itu dia akan mendapatkan masalah dari ibunya jika wadah itu hilang. Dan sialnya, sudut hati david tak rela jihyo mendapatkan kesulitan. Konyolkan dia, masih perhatian pada perempuan yang menoreh luka padanya dan membuatnya seakan mengila karena tanpa hadirnya.

Tak lama menempuh perjalanan kini mobil yang di kendarai telah berada di depan salon.

Sejenak david terdiam menatap ke arah salon mengamati lekat. Irama jantung david berdentam keras. Dia akan bertemu dengan jihyo lagi.

Bertemu dengan orang yang tidak membalas cintanya.

Oh astaga, itu hanya akan kembali membuat perasaannya berdenyut perih, mengingat penolakan jihyo. Namun dia harus mengembalikan wadah itu, alibi david, meyakinkan diri. Ia terus bergulat dengan pikirannya yang berselimut keraguan.

Jimin yang duduk di kursi kemudi, menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir sepuluh menit mereka berada di depan salon. Tuannya ini masih belum beranjak dari mobil.

Sebenarnya david masih bertarung dengan dirinya, di sisi lain dia tidak ingin menemui perempuan itu lagi dia tahu akan membuatnya terluka, namun di ujung hatinya, bohong jika perasaannya tak tergelitik untuk melihat kembali wajah itu. Dia sangat merindukannya. Uhhh, dia seakan ingin gila.

Menarik napas panjang, david mencoba tenang kelak di hadapan jihyo. berusaha menunjukkan dia baik-baik saja. Dan tak lama setelah mengumpulkan keyakinan.

David pun turun, menjinjing paper bag yang berisi wadah berwarna merah itu, melangkah menuju salon.

Sedangkan itu umji yang sedang berada di salon duduk termenung di sofa panjang pengunjung, dia juga kehilangan semangat lagi setelah jihyo tak ada lagi di salon ini, tak ada lagi yang mendengar ceritanya.

Mendengar suara pintu salon terbuka dengan lemah umji pun mengarahkan pandangannya, melihat siapa yang datang.

Umji terlonjak kaget saat maniknya menangkap pemuda tampan dengan setelan jas berwarna putih baru saja melalui pintu salon. Reflek perempuan ini pun berdiri.

David

Untuk apa pemuda itu berada di tempat ini?

"Tu ...tuan david," sapa umji gelagapan mendekat menyambut presdir itu.

Wajah tampan itu hanya memasang raut datar menatap umji. Ekor matanya mencoba meneliti keadaan salon mencari keberadaan jihyo. namun tak mendapati bayangan perempuan itu.

Baguslah kalau begitu, pikir david

"Maaf tuan, ada apa Anda kemari?" tanya umji langsung.

"Tuan datang mencari jihyo?" tebak umji

"Tidak!" sosor david dengan cepat nadanya terdengar penuh penekanan.

Tangan david lalu terulur menyodorkan paper bag pada umji. Lebih baik dia menitipkan saja, itu lebih baik dia tidak bertemu dengan jihyo

[END] SI BURUK RUPA || JITZU Where stories live. Discover now