24

384 69 2
                                    

Sudah berulang kali david menelan salivanya, menarik napas berkali-kali, mengisi rongga paru-parunya yang terasa kering. Mencoba menetralkan perasaan yang begitu merisaukan.

Desiran panas yang keluar dari tubuhnya saat seorang gadis yang duduk di balik punggung membekap erat tubuhnya. Sungguh sangat membuatnya tak nyaman. Apalagi adik kecilnya yang tegang, malah bertambah kokoh.

Setelah beberapa saat memacu david bisa bernapas lega saat motor yang ia kendarai telah memasuki pelataran rumah. Mereka akhirnya sampai.

Mendengar deru mesin telah berhenti, jihyo mulai membuka kelopak matanya.

"Vampir China cepat turun! Kau ingin memelukku sampai tulang ku remuk!" ketus david, jutek seperti biasa.

Tak ingin jihyo berlama-lama memeluk tubuhnya lagi. Dia sudah cukup menahan diri.

Jihyo tersadar kemudian melepaskan pelukannya di pinggang pemuda jutek itu, lalu turun dari motor.

Setelah jihyo sedikit menjauh. Dengan cepat david melepaskan helmnya lalu turun.

Jihyo terdiam mengamati wajah david, ada yang lain dari wajah itu, terlihat memerah.

"Kak david kenapa? Kakak sakit ya?" tanya jihyo merasa ada yang aneh dengan david

Sakit. Bukan itu masalahnya.

"Aku tidak apa-apa!" jawabnya cepat.

David membuang pandangan, tak ingin jihyo terus menatap wajahnya yang sedang berjuang menahan terjangan hasrat.

"Benar kakak tidak sakit?" tanya jihyo lagi lalu tangannya pun terulur mencoba memegang kening david, memastikan suhu tubuhnya.

"Aku tidak sakit."

"Tapi wajah kakak memerah."

Memerah, bagaimana tidak dia sedang menahan panas yang ada di dalam dirinya.

"Sini aku periksa," ucap jihyo lalu mengulurkan tangannya.

Melihat jihyo akan menyentuhnya. Ah, gawat dengan cepat pemuda itu menghindar, gelagapan.

"Aku tidak apa-apa. Aku ... Aku ..." david berpikir cepat. "Aku hanya lapar, kau harus memasak," titah david memasang mode juteknya setelahnya tertunduk.
"Aku masuk dulu," ucap david melangkah cepat meninggalkan jihyo yang masih berdiri menatapnya dengan tangan masih menggantung.

Bisa gawat jika dia terus berdekatan dengan Vampir China. Dia bisa saja kehilangan kendali. Oh tidak sebelum itu terjadi lebih baik dia menghindar.

Jihyo mengendikan bahunya lalu hendak melangkah masuk juga, namun baru satu langkah dia terhenti saat melihat ada sebuah lipatan map yang terselip di antara speedometer motor.

"Apa ini?" gumam jihyo lalu mencoba meraih map itu. "Ini milik kak tzuyu," batin jihyo mengamati map dengan membolak-balik

Meninggalkan jihyo, Di tempat lain.

David berada di dalam kamar mandi, berdiri di bawah kucuran shower. Mengguyur tubuhnya dengan air dingin. David mengumpat dalam hati bisa-bisanya miliknya tegang saat Vampir China itu memeluknya.

David terdiam memikirkan lagi, Mengapa akhir-akhir ini berdekatan dengan Vampir China membuat jantungnya berdebar kencang. Sebuah perasaan sama yang hanya dia rasakan pada seorang perempuan berkaca mata yang ia yakini namanya masih menempati ruang di hatinya.

David mengusap wajahnya yang basah karena tetesan air sambil bertanya dalam hati ada apa dengannya?

.

Malam menyambut seperti biasa jihyo sedang berada di dapur. Menyiapkan makan malam.

Tak butuh waktu lama tangan terampil jihyo telah selesai memasak menu makan malam. Ia pun menyajikannya ke meja makan.

[END] SI BURUK RUPA || JITZU Where stories live. Discover now