34

558 75 13
                                    

Sinar matahari telah mengintip dari celah jendela. Jihyo mulai menggeliat membuka kelopak matanya perlahan. Ia sedikit terkejut saat sepasang bola matanya menatap raut wajah tampan menyambut paginya.

Jihyo meneliti tubuh polosnya yang tertutup selimut di mana tangan kekar melingkar erat di pinggangnya. Seakan mengukung tubuhnya untuk tak beranjak.

Oh Astaga dia berada di dalam pelukan david yang kini telah menjadi suami sebenarnya ...

Suami sebenarnya. Ya, karena semalam mereka telah menikmati malam pertama selayaknya sepasang suami-istri. Dia telah memberikan mahkotanya untuk suaminya itu.

Wajah jihyo seketika memanas mengenang percintaan mereka semalam. Terasa syahdu, karena tuan jutek ini begitu lembut mencumbunya.

Ahhh, rasanya memalukan, bagaimana dia mendesah mengerang karena david.

Rasanya jihyo tidak mampu untuk berhadapan dengan pemuda itu. Dia harus pergi.

Dengan hati-hati jihyo menggerakkan tubuhnya, sedikit meringis saat merasakan tubuhnya terasa remuk, apalagi bagian bawahnya yang terasa perih. Jihyo mengangkat tangan david yang melingkar di pinggangnya, setelah berhasil bebas jihyo pun turun dari ranjang, memunguti pakaian lalu beranjak keluar kamar.

Sementara itu david yang baru saja tersadar dari tidur lelapnya terjengkit dengan cepat duduk di ranjang, saat ia sudah tak mendapati istrinya tidak ada lagi di sampingnya.

"Kemana dia?" gumam david meneliti keadaan kamar tidak ada tanda-tanda perempuan itu di kamarnya. David lalu meraih gagang telepon di nakas.

"Di mana dia?" tanya david pada pelayannya melalui sambungan telepon.

"Nona sudah pergi tuan," ujar bibi kim

"Pergi!" sentak david menaruh kembali gagang teleponnya.

David mendesah kasar. "Dasar Vampir China, pergi begitu saja! Aku kan belum memberinya ciuman selamat pagi," decak david gemas akan ulah istrinya itu.

David beralih menarik sudut bibirnya, ketika kepingan kenangan malam pertamanya terniang. Ahhh rasanya ada jutaan kupu-kupu menggelitik hatinya. Indah dan manis sekali.

Mengingat itu, tubuh david kembali menegang, ia menatap tubuh bagian bawahnya. Ah sial, kini telah kembali berdiri kokoh. "Ahhh, dia itu, kan tadi bisa satu kali lagi, seenaknya saja pergi tanpa pamit," decak david ingin kembali menyatu dengan jihyo.

David pun mendesah kasar beranjak ke kamar mandi untuk mengguyur tubuh panasnya dengan air dingin.

.
.

Hari telah menjelang sore. Di ruangan kantor presdir, david sedang duduk termenung di depan layar komputernya menopang dagu dengan senyum terus menghiasi wajahnya.

Sejak tadi bayangan malam pertamanya terus menari-nari di pikirannya. Berawal dengan perdebatannya dengan jihyo berakhir dengan malam pertama.

Jimin masuk ke dalam ruangan bergidik saat melihat wajah tuan juteknya kini berganti senyuman.

"Tuan," sapa jimin yang telah berada di hadapan david

Lamunan david buyar lalu mengalihkan pandangannya. Kembali memasang wajah jutek, mengganggu saja, decaknya.

Seperti biasa jimin lalu meletakkan laporan di meja. Jimin hendak pergi, david seketika teringat sesuatu.

"jimin apa taman yang aku perintahkan padamu sudah mulai pengerjaannya?" tanya david memasang raut wajah tak sabar.

Jimin termenung menatap wajah tuannya meneliti apa tuannya ini bercanda, dia baru saja di beri tugas kemarin? Dia sudah bertanya tempat itu. Hei tuan dia bukan jin di dalam dongeng, bisa mengerjakan dengan cepat. jerit jimin

[END] SI BURUK RUPA || JITZU Where stories live. Discover now