BAB 5 (Amit-amit)

212 9 0
                                    

"Apa anda memiliki maksud tertentu dengan saya? tidak mungkin anda datang kesini hanya untuk sekedar memberikan bingkisan kecil ini," jawab Calvin dengan seringai nya yang khas.

Alika menganga tak percaya dengan apa yang dikatakan pria dingin didepannya.

Alika emosi tapi masih berusaha menahan.

(Cih, emang dia pikir gue cewek apaan coba!) batin Alika sembari memutar bola matanya malas.

Bagaimana bisa ada lelaki yang memiliki kepercayaan diri setinggi itu.

"Mohon maaf, Bapak sebelumnya. Niat saya kemari murni hanya untuk berterimakasih karena Bapak sudah menolong saya kemarin,"

"Namun jika niat saya tidak diterima dengan baik juga tidak apa-apa. Bapak bebas untuk memiliki pemikiran apapun terhadap saya, silahkan. Yang penting saya punya niat baik,"

Mendengar itu, Calvin mendongak menghadap sepenuhnya kearah wanita cantik di depannya.

"Menarik,"

"Hah? Apa Bapak bilang?!"

"Tidak ada. Saya hanya sedikit terkejut, karena kamu tidak mempersalahkan perkataan saya. Mengingat anda orangnya sering naik darah seperti orang tua,"

Alika menarik nafas dalam berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak.

"Iya, saya enggak marah sama anda. Bapak bisa mengatakan apapun hari ini, karena saya sudah berhutang nyawa pada anda kemarin,"

"Serius?"

"Iya, serius. Ini silahkan dimakan kuenya. Ini adalah kue kesukaan saya, jadi saya harap Bapak juga suka,"

Calvin tertawa kecil mendengar tingkah Alika yang seperti berterimakasih kepada anak kecil.

Calvin perlahan meraih bingkisan kue yang dibawa Alika. Lalu, melirik kearah Alika sebentar, seakan mencurigai sesuatu.

"Kenapa lagi, Pak?" tanya Alika.

"Saya tidak kenal kamu. Tapi, Tiba-tiba saja kamu memberi saya makanan. Siapa tau kamu memberi saya racun atau obat tidur di dalamnya agar kamu bisa memanfaatkan saya?" sarkas Calvin membuat Alika melotot sempurna.

"Kalau begitu kita bisa berkenalan agar Bapak tidak merasa curiga lagi sama kue saya. Bagaimana?" tanya Alika dengan senyum kemenangan.

Calvin berdehem, menormalkan raut wajahnya.

"Lebih baik sekarang kamu pergi dari ruangan saya. Saya ingin bekerja,"

"Bapak kalau makan, makan aja. Kalo nggak mau makan yaudah. Tinggal bilang gamau makan kan udah selesai, beres! Ngapain ngomongnya muter-muter?!!" marah Alika tak Terima harga dirinya di jatuhkan seperti ini oleh pria yang baru saja ia kenal.

Tanpa Alika sadar, Calvin sedikit terdiam kala memperhatikan Alika yang sedang menyungut marah barusan. Wajah Alika begitu mirip dengan wanita yang dulu pernah ada di dalam hidupnya.

Tangan Calvin mengepal kuat, hingga membuat nyali Alika sedikit menciut.

(Apa dia sudah bicara terlalu jauh tadi?) batin Alika mengoreksi dirinya sendiri.

Tapi, salah siapa yang sudah memulai pertengkaran ini lebih dulu.

"Keluar... ," lirih Calvin seakan menahan amarah siap meledak.

"Bapak kenapa nggak sopan banget, sih? Saya kesini memang sengaja untuk berterimakasih, kenapa malah diusir seperti ini?! Ingat ya, Pak. Ini universitas, sudah seharusnya kita menjalin hubungan baik antara pengelola kampus. Tapi, sayangnya Bapak tidak menginginkan hal itu!!!"

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now