Bab 35 (Apa Itu Benar?)

105 3 0
                                    

Alika termenung, 'Apa mungkin, kamu hanya melihatku sebagai orang yang mirip Lancaster, Vin?'  gumam Alika menunduk.

 Dian mengelus bahu Alika, "semoga apa yang kita pikirkan itu salah, Al. Aku harap kamu masih punya kesempatan" ujar Dian menyemangati Alika

***

Paginya, Alika datang ke kampus seperti biasa. Tubuhnya sudah lebih baik, setelah meminum paracetamol yang diberikan mamanya tadi malam. Sebenarnya, keluarga Alika sudah melarang dirinya untuk ke kampus hari ini hanya untuk mengisi 1 kelas. Bahkan, dari awal sejak ia menjadi dosen, Alika sengaja tidak mengambil begitu banyak kelas mata kuliah karena kesibukannya sehari-hari, agar dia bisa memiliki waktu beristirahat dan mengurus karirnya. Tapi, meskipun begitu Alika memiliki tanggung jawab dengan murid-muridnya. Terlebih lagi, dia harus bertemu dengan seseorang.

Setelah turun dari aston martin-nya, Alika menghirup nafas dalam-dalam. Entah, apakah dia siap untuk bertemu Calvin atau tidak. Apa yang harus dia katakan. Apa dia harus menyapanya duluan. Apa dia harus langsung membicarakan inti masalahnya. Tidak mungkin

Bagaimanapun, Alika akan memastikan hubungan diantara mereka hari ini. Ketidak jelasan yang ada di dalam hubungan mereka berdua sudah benar-benar menyiksa Alika. Alika masuk ke kantor, menaruh tas, buku, laptopnya di mejanya.

"Pagi, Bu Alika" sapa Pak Budi yang baru datang. Alika membalikkan badan, "selamat pagi, Pak Budi" jawab Alika sambil berusaha tersenyum. Alika mempersiapkan laptopnya, untuk mengajar karena sebentar lagi merupakan jamnya Alika mengajar mata kuliah. Sambil keluar ruangan kantor, Alika memperlambat langkahnya untuk melihat Ruangan VIP donatur sebentar. Mungkin saja dia bisa menemukan Calvin disana.

Alika mengetuk pintu ruangan Calvin, tok... tok... tok ...

Tidak ada sahutan,

Alika meminta izin untuk memasuki ruangan,"Permisi" pamit Alika. Tapi, tetap tidak ada jawaban. Alika membuka pintu ruangan VIP itu lebar-lebar. Tapi ternyata, Alika tidak menemukan siapapun berada di dalam ruangan itu. 'Calvin tidak masuk hari ini' batin Alika.

Ada sedikit kesedihan di hati Alika, karena melihat Calvin tidak berada di kampus. Padahal, ada begitu banyak hal di benak Alika yang perlu dipastikan dan ditanyakan. Alika menghela nafasnya berat, "Apa aku harus mulai menghubunginya lebih dulu?" ujar Alika lirih, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

Alika menepis semua pikiran itu. Dia merasa sudah cukup sabar sejak acara kemarin. Biarlah, Calvin yang memulai untuk menghubunginya duluan.

Handphone Alika berdering. Reza menelfonnya. Alika mengangkat panggilan Reza, "Halo, Za? ada apa?" tanya Alika bertanya. Kedengarannya Reza yang berada di sebrang telfon merasa sangat senang. "Al, Selamat! Kamu menang nominasi jurnalis dan pembawa berita terbaik se-Indonesia. Berkat acara berita kamu, jumlah reach dan impressions perusahaan kita juga naik signifikan sebesar 95%", jelas Reza sangat excited dengan kabar ini.

Alika terkejut bukan main, "Hah?! beneran, Za? Serius?", tanya Alika kembali memastikan kalau dia tidak salah dengar. Reza tertawa, "Hahaha, iya Al. Beneran aku serius. Sekarang perusahaan kita sudah dipercaya menjadi platform penyaluran berita yang paling terpercaya dan teraktual. Kamu pantas mendapatkan itu, Al. Saya bangga sekali sama kamu" jawab Reza meyakinkan Alika.

"Alhamdulillah. Terimakasih, banyak ya, Za untuk kabarnya, aku bahagia banget dapat kabar ini. Terimakasih juga sudah jadi teman dan partner kerja yang baik selama ini" ujar Alika berterimakasih pada Reza.

Reza kembali berterimakasih kepada Alika, "Terimakasih juga ya, Al. Karena kamu sudah mau percaya sama saya sejak hari pertama saya jadi CEO disini" ujar Dio tulus. Karena memang pada saat awal-awal nya memimpin perusahaan ayahnya, hanya ada segelintir orang yang percaya kalau dia akan mampu memimpin perusahaan seperti ayahnya.

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now