Bab 77 (Pergi Lagi)

95 3 2
                                    


“Baiklah, kita pulang”
 
Calvin akhirnya menyetujui Alika untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Alika juga yakin kini, Calvin sudah mengerti maksudnya. Bahwa sudah seharusnya kita sebagai anak memaafkan kesalahan orang tua kita. 

“Apakah nanti anak saya akan memaafkan saya, jika saya tidak bisa menjadi ayah yang baik?” tanya Calvin. 

Air mata Alika kembali jatuh mendengar perkataan suaminya. 

“Dia pasti akan memaafkan kita, Vin… Pasti” tangis Alika bahagia menggenggam tangan Calvin.

Setelah Alika keluar dari rumah sakit, ia bersama Calvin langsung terbang menuju Seattle, Amerika Serikat, ke rumah orang tua Calvin. Sesuai permintaan Alika. 

Nampaknya, Calvin tetap saja tidak berbicara sedikitpun sampai mereka kini dalam perjalanan ke rumah. Pandangannya lurus kedepan, tanpa ingin berbicara sedikitpun. Alika menggenggam tangan suaminya yang nampak tegang, menenangkannya. 

“Vin, are you okay?” tanya Alika.

Calvin mengambil nafas dalam, lalu menjawabnya dengan senyuman tipis yang menandakan jika dirinya sedang baik-baik saja.

“Ini pertama kalinya aku kesini sebagai istri kamu” ujar Alika mengalihkan pikiran Calvin.

Seakan menangkap kegelisahan di hati Alika, Calvin langsung membalas dengan menggenggam tangan Alika di lengannnya.

“Jangan khawatir, Yasha ada dibelakang mobil kita sekarang” ujar Calvin menenangkan Alika.

Tak lama, Yasha mengklakson mobil ferrari nya, seakan menunjukkan keberadaannya dari belakang. Alika pun menjadi begitu semangat dan melambaikan tangan, kearah Yasha. Hari ini akan menjadi hari bersejarah di hidup suaminya itu. Setelah sekian lama, Calvin akhirnya akan kembali kepada keluarganya.

Setibanya di rumah keluarga Dimitry, Alika dan Calvin langsung disambut oleh puluhan maid yang kompak berbaris di depan gerbang. Rupanya suasana disini tidak jauh berbeda dari rumah Calvin. Ada begitu banyak maid di rumah semegah ini.

Namun, Alika tak lagi bingung berfikir, kenapa keluarga Dimitry rela membuang-buang uang untuk menyewa maid sebanyak ini. Jawaban Calvin yang begitu mengejutkannya kala itu, kembali terlintas di pikirannya.

(Rumah ini besar, mungkin lima maid saja sebenarnya sudah cukup. Tapi, kami tidak mau membuat mereka kelelahan. Karena yang kami pekerjakan itu manusia, bukan hewan) jawabnya.

Alika yakin, Daddy Waymond dan juga Mama Rina memiliki pemikiran yang sama dengan Calvin. Karena buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya.

“Selamat datang, Den Calvin. Sudah lama sekali” ujar satu maid Calvin yang berusia paruh baya.

“Thanks” jawab Calvin singkat berusaha memaksakan senyumnya.

Alika menggenggam tangan Calvin erat, karena tiba-tiba merasa gugup.

“Jangan takut. Dia adiknya Bi Ida” bisik Calvin memberi tahu.

Alika pun memberi salam kepada maid Calvin itu. Lalu, mereka semua dipersilahkan masuk kedalam.

Di ruang tamu, Alika, Calvin, dan Yasha langsung disajikan oleh begitu banyak makanan, minuman, dan wine. Layaknya penyambutan tamu penting kenegaraan, batin Alika.

Dari atas, Waymond turun dengan dipapah Mama Rina. Mata mereka berdua berkaca kala melihat kedatangan Alika dan Calvin di bawah.

Waymond pun berhambur memeluk Calvin erat. Ia menangis menyadari kesalahannya yang tidak akan pernah bisa dimaafkan oleh putra semata wayangnya itu.

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now