Bab 61 (Perpisahan 2)

74 3 0
                                    

London, 22 Februari 2020

Seorang pria berjas hitam lengkap dengan kacamata hitamnya tengah menenggak segelas wine ditangannya. Mata dan pikirannya terfokus pada laptop didepannya. Entah sudah gelas keberapa dia meminumnya.

Sesekali ia bahkan juga mengisap rokok disampingnya. Kebiasaan buruknya ini sudah mengakar dalam dirinya sejak setahun yang lalu. 

Ia menghembuskan asap rokok itu dari dalam mulutnya. Tak lama, seorang pria muncul dari dalam dan duduk di depannya terburu-buru.

"Dia sudah pulang," ujarnya pada pria itu. 

Pria itu langsung mendongak, 

"Sejak kapan?" tanyanya ingin tahu lebih lanjut. 

"Pagi tadi" jawabnya. 

"Oke" sautnya cuek sembari menutup laptop di depannya.

Dia Calvin. Calvin sekarang tinggal di London untuk melaksanakan janjinya pada keluarga Anderson, membangun kembali perusahaan Anderson dari 0. Sekaligus, memperbaiki kembali hubungan Lancaster dengan keluarganya. 

Syukur, Lancaster sudah mau puulang ke rumah Anderson 3 bulan yang lalu. Sehingga, tanggung jawab di pundak Calvin bisa sedikit berkurang. 

Tidak ada yang berubah sedikitpun dari Calvin. Dia tetaplah Calvin yang jahat dan kejam. Hanya saja, setahun belakangan ini, Calvin menjadi jauh lebih kejam dan sadis dari sebelumnya.

Calvin bahkan dijuluki sebagai 'singa yang terluka' di kalangan pebisnis-pebisnis Eropa. Sehingga, tidak ada siapapun yang berani menantang atau bahkan melawan Calvin dari keluarga Dimitry disana. 

Sementara itu, pria yang mengajaknya bicara tadi bukan lain adalah Yasha, managernya. Tubuhnya semakin berisi, karena kini ia menjalin hubungan dengan Putri, sahabat Alika.

Pernah Calvin melarang Yasha untuk berhubungan dengan Putri, karena takut Alika akan mendengarnya dan akan semakin menjauhinya.

Namun, tetap saja Yasha dan Putri bersih keras untuk berpacaran, karena sudah mencintai satu sama lain.

Calvin pun beranjak dari duduknya, membawa laptop dengan satu tangannya.

"Kamu mau kemana saiki? Aku datang, malah pergi" tanya Yasha yang heran dengan kulkas didepannya.

"Kedalam" jawab nya cuek.

"Kamu kapan mau minta maaf ke Alika lagi? It's been awhile, you should greet her" tanya Yasha berhasil menghentikan langkah Calvin.

Calvin mengepalkan tangannya dan duduk kembali.

"Tidak mungkin. Melihat wajah saya pun dia sudah tak sudi" jawab Calvin pesimis.

"Why don't you just try, Vin?!" tanya Yasha dengan nada marah, berusaha menyadarkan temannya yang keras kepala itu.

"I did. Many times!" jawab Calvin dingin menatap Yasha tajam. 

Calvin menghembuskan nafasnya berat.

"Saya bahkan sudah mencoba minta maaf berkali-kali dan mengirimkannya bunga mawar putih ke kantor dan kampusnya setiap hari" jelas Calvin panjang lebar.

"Tapi, tetap tidak ada balasan" tambahnya.

"Ohhh, jadi kamu mesen bunga hampir setiap hari selama ini itu buat dia. Aku kira buat Nenek Lampir. Kan, kamu sama dia terus. Ya, Bagus deh," cibir Yasha menyindir Lancaster.

Mendengar itu, Calvin hanya menggelengkan kepalanya. Bukan Yasha namanya, kalau tidak menyinyir orang.

"Kamu udah tulis nama kamu di bunga itu, kan?" tanya Yasha memastikan.

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now