Bab 40 (Pengecut)

115 4 0
                                    


Saat Alika berada di roomchat Whatsapp Calvin. Ia tiba-tiba online dan menelfon Alika.

Alika hanya menatap sedih layar handphone boba-nya. "Maaf, Vin. Kamu harus temuin jawaban hati kamu dulu, sebelum menelfon aku lagi" ujar Alika lirih. Alika langsung mematikan handphonenya dan menge-charge handphonenya di atas nakas.

Besok adalah hari miliknya dan tidak ada siapapun yang bisa mengganggunya. Alika akan menikmati hari besok hanya untuk dirinya sendiri. Alika naik ke atas tempat tidurnya dan menarik selimutnya hingga terlelap. "Semoga hati kamu akan menentukan pilihan yang terbaik, Vin. Aku bahagia kalau kamu juga bahagia" ujar Alika tulus.

***

Di sisi lain, Calvin duduk di kursi kerjanya dengan pandangan kosong kedepan. Yasha masuk tanpa mengetuk pintu dan menarik kerah leher Calvin kasar. Sedangkan, Calvin tidak tinggal diam. Calvin balik menyerang Yasha.

"Kamu, apa-apaan, Yash!" bentak Calvin berusaha menyadarkan Yasha. Yasha masih tidak menjawab dan masih berusaha menghajar Calvin. "Bangun, Lo Vin! Lo ngapain bikin Alika nangis hah!" jawab Yasha

"Saya tidak membuatnya menangis, Yash! Apa maksud kamu!?" tanya Calvin yang masih tidak mengerti apa yang dimaksud Yasha. Yasha menggelengkan kepala dan masih menonjok Calvin, lalu menyodorkan Ipadnya yang berisi video rekaman. "Lo harus lihat ini!" ujar Yasha marah.

Video rekaman CCTV itu adalah bukti. Kalau kerusuhan yang terjadi antara Alika dan Lancaster bukan merupakan suatu hal yang tidak disengaja. Itu adalah murni perbuatan licik Lancaster yang sengaja menjadi korban. "See? Lo sekarang udah liat kan gimana kelakuannya sebenernya. She doesn't even deserved you anymore!" bentak Yasha yang masih berapi-api. "Lo udah bikin dia sakit hati, Vin. Dengan lo lebih percaya Lancaster" ujar Yasha kecewa dengan sahabatnya ini.

Calvin mengalihkan pandangannya dari Ipad Yasha, sambil menghembuskan nafasnya kasar. Yasha berdiri di depan Calvin, "Kenapa lo diem, Vin? Lo sebenernya sengaja, atau ngga sengaja hah?!" bentak Yasha yang merasa bingung dengan apa yang di inginkan sahabatnya ini.

"Saya sengaja, Yash!" bentak Calvin membuat Yasha terdiam.

Calvin pov

Calvin tiba di depan rumah Lancaster, dan menggendong Lancaster masuk kedalam. Calvin mendudukkan Lancaster di sofa merah berukuran besar yang ada di ruang tamu rumah Lancaster. "Saya pulang dulu" pamit Calvin yang langsung beranjak pergi.

Lancaster memegang tangan Calvin, "kenapa kamu tidak tinggal sebentar, Vin?" tanya Lancaster berusaha menahan Calvin untuk tetap tinggal bersamanya. Calvin melepas genggaman tangan Lancaster kasar, "Saya tidak ingin berada disini" jawab Calvin singkat dan langsung beranjak pergi.

Saat Calvin sampai di depan pintu rumah, Lancaster tiba-tiba mengejar Calvin dan memeluknya dari belakang. Calvin terkejut, dan melihat kearah kaki Lancaster (kamu berbohong, Lancaster) batin Calvin yang sangat kecewa.

Calvin melepaskan pelukan Lancaster kasar, "Lepaskan saya!" bentak Calvin tegas. Lancaster menangis mendengar Calvin membentaknya, "kamu kenapa berubah, Vin?" tanya Lancaster. Calvin membuang muka, "Seharusnya kamu yang bertanya pada diri kamu sendiri. Apa kesalahan yang sudah kamu buat" sarkas Calvin balik. Hatinya masih merasa sangat marah dan sakit, jika harus mengingat apa yang sudah dilakukan wanita didepannya yang pergi tanpa memperdulikan perasaan Calvin sedikitpun waktu itu.

Lalu, Lancaster tertawa mendengar jawaban Calvin, "apa kesalahan aku sebesar itu, Vin?" tanya Lancaster. 

Calvin menatap wanita di depannya tajam, "saat kamu sadar kamu menjadi penyangga hidup seseorang. Tapi kamu tetap memutuskan untuk memilih pergi waktu itu benar-benar menghancurkan saya Lancaster" jawab Calvin serius menatap Lancaster.

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now