Chapter 5 ~ 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐞𝐭𝐭𝐞𝐫

896 103 4
                                    

Aku berdiri menatap gagang pintu yang bergerak. Tak bisa dibuka dari luar,aku menguncinya.

Suara Ayah dengan kasarnya memenuhi ruangan,membuat pekak telinga. Aku masih berpikir,mana yang lebih baik.

Diam,atau mengatakannya pada Ayah..?

Sedetik,aku meremas surat diagnosa itu,langsung melemparnya ke tempat  sampah kamar ku,lalu membuka pintu.

"Maaf soal tadi,Ayah. Aku panik" Aku mencicit,tak berani menatap mata Ayah. "Apa yang membuat mu panik sampai begitu,Blaze!? APA!? Kau berani mendorong ku!? Di mana letak terimakasih mu!?" Ayah mengangkat tangannya hendak memukul ketika aku memejamkan mata.

Sisa air mata tadi masih menggenang,jadi genangan itu meleleh ketika aku memejamkan mata dengan refleks.

15 detik,pukulan Ayah tak kunjung datang. Aku membuka mataku perlahan,memberanikan diri menatap Ayah.

Tangan Ayah masih terangkat,seakan membeku,Ayah tak bergerak. Hanya menatap ku. Tatapan yang sulit aku artikan.

Aku menyeka air mata ku,berlari kecil mengambil selimut,karpet tipis kecil,sebuah buku⎯pulpen dan bantal dalam dekapan.

"Maaf,Ayah. Blaze akan ke gudang,menghabiskan malam disana seperti hukuman biasanya. Maafkan Blaze,ya,Ayah" Aku berlari setelahnya tanpa menunggu jawaban atau barang satu respon pun  dari Ayah.

Bersiap menjawab pertanyaan Mama Yumi,aku menghela napas di belokan tangga. Baiklah,aku tidak apa apa.

Aku berjalan dengan gemetar,beberapa langkah,aku mengerjap. Dimana Mama Yumi?

...

Mungkin Mama keluar. Aku langsung menuju gudang. Memang aku tak berniat keluar hari ini.

Aku menutup pintu. Kali ini aku membawa persiapan. Aku mengeluarkan senter dari sarung bantal. Aku menyelundupkannya,hehe.

Ponsel ku baterainya masih penuh,tak perlu aku khawatirkan.

Aku menyalakan senter,memasang mode samping. Ruangan terang,tak terlalu temaram seperti saat menggunakan petromaks.

Buku aku buka,langsung menyambar pulpen. Di gudang inilah aku memulai hobi ku. Menulis.

Saat itu,aku berpikir keras mau membuat alur yang bagaimana? Kemana arah alurnya? Mundur atau kedepan? Siapa nama protagonisnya? Siapa nama antagonisnya? Haruskah aku tambahkan Protagonis jahat?

Aku kira hampir 2 jam aku menatap lembar pertama buku ku.

Mhm,aku tertekan.

Akhirnya aku memilih membuka ponsel ku,menyalakan alunan musik.

After Dark mengisi ruang telingaku. Aku menikmatinya,membuat aku merasa keren. Hahaha,idiot,aku tau.

Persis saat lagu itu berputar,segala macam ide datang padaku. Aku segera menyambar buku dan pulpen ku sebelum semua ide itu hilang dalam sekejap.

Beberapa kali mulutku kelepasan bernyanyi dengan suara fals,tak apa,hanya aku ini yang dengar.

Setengah jam menulis,sudah 3 lagu aku habiskan. Sudah 15 lembar aku isi buku itu dengan rangkaian kata.

Ponsel ku masih memutarkan lagu lagu. Kali ini,aku memutar lagu Broken,oleh Lund. Aku suka nadanya,sedap di dengar.

Ditengah keseruanku dengan dunia fantasi yang baru saja aku bangun,aku baru ingat. Bagaimana kalau Mama dan Ice mencari? Ayah mau bilang apa?

...

Ah,tidak. Pasti Ayah bisa mencari alasan,atau paling tidak,Mama kira aku ada di kamar. Biarlah.

Kembalilah aku sibuk dengan buku ku.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now