Chapter 37 ~ 𝐒𝐨𝐦𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲

351 46 12
                                    

Aduh,aku kelelahan kemarin. Ice bilang dia menggunakan laptop ku,ketika aku tanya untuk apa,dia hanya tersenyum.

Baiklah,mhm ayo kita lihat sampai mana aku sudah menulis.

Oh...hahaha,sepertinya Ice membantuku kemarin,ya? Lucunyaa.
Pi
Kalau begitu,akan aku lanjutkan.

Setelah malam yang cukup memalukan itu,aku bangun sekitar jam 5 pagi. Langsung menuju kamar mandi.

Setelah mandi,aku refleks melihat ke arah kulkas. Mengecek bahan apa yang bisa aku gunakan untuk sarapan.

Aku tidak punya ide apapun. Terlebih karna bahan makanan hanya tinggal sisa sisa. Aku mencoba memutar otak.

"Blaze?"
"AH"

Kepalaku membentur meja,dan menumpahkan susu yang sudah aku ambil.

"Damn" Lirihku. "Kenapa,Kak?"
"Kamu baik?"
"Yah,hanya terbentur."
"Mhm,aku tadi mau bilang kita kehabisan bahan. Itu saja."

Aku menghela napas.

"Kalau begitu sarapannya Kakak beli di luar saja ya. Blaze mau ke sekolah." Aku bergegas menaruh handuk.

"Ke sekolah? Untuk apa?"
"Kak,sungguh?"
"Tidak,maksudku mau apa kamu ke sekolah,Blaze?"
"Ini hari sekolah,Kak. Ayolah,jangan menggangguku."

Lalu aku bergegas ke kamar dan mengambil tasku.

Aku terus mengayuh sepedaku dengan cepat,setelah sampai di sekolah,aku merasa aneh karna tidak ada satupun Murid di sekolah.

Kelas juga masih sepi.
Aku segera menghubungi Ufan.

"Pan."
"Ha"
"Lo ga sekolah?"
"Ngapain njr"
"Apaan si"
"Sabtu ngapa sekolah anjr?"
"Emang sabtu?"
"Kemaren Jum'at,Blaze. Jelas jelas sekarang sabtu. Lo ngapain sekolah"

Aku refleks menepuk dahi lalu menghela napas sekasar kasarnya untuk melepaskan beban hidupku.

Tapi sepertinya mereka masih menempel.

"Udah ah,gue masih di isekai juga." Pencak Ufan lalu mematikan telepon.

Aku mengacak rambutku,bingung mau bagaimana sampai tiba tiba Ice membuka pintu kelas.

"K-Kakak...?"

Ice mengerjap,lalu tersenyum jahil. Aku memijat pelipisku. Merasa terlalu lelah dengan hidup.

"Ayo pulang" Kata Ice sambil mengangkat tasku. Aku hanya mengangguk kecil,ikut saja.

Ice membawa tasku,lalu memimpin jalan dengan sepedanya sendiri. Aku juga mengikuti setelah memasang earphone sampai tiba tiba Ice berhenti mendadak.

"..."

"Temanmu,Blaze."

Aku menengok ke depan. Ada Halilintar dan Solar. Berdiri berdampingan.

Entah dari mana,angin berhembus tanpa arah jelas. Seakan angin angin itu hanyalah tambahan. Halilintar dan Solar tidak menunjukkan ekspresi apapun,hanya diam.

Halilintar menatap lurus mataku,sementara Solar menatap ke atas gedung sekolah. Aku berpikir apa mereka juga lupa hari?

"Kalian kenapa ada di sini?" Kataku lalu turun dari sepeda dan melepaskan earphone ku. Solar sekarang juga menatapku,lalu menatap Halilintar.

"Kak,gue pinjem dulu ya,Adek lo." Kata Solar. Tanpa menunggu persetujuan Ice,Solar bergegas menarik lengan ku dan membawaku ke samping gedung.

Halilintar melepas masker hitamnya,masih menatap ku lamat lamat.

Setelah berdiam untuk menunggu Solar bicara (Karna tak mungkin Halilintar memulai pembicaraan) Solar akhirnya mulai mengambil ancang ancang.

"Gue sama Halilintar mau ninggalin Korea,Blaze. Gue cuma mau salam bye bye sama lo."
"..."
"Nanti sore gue langsung gasken. Cuma sekarang waktu pisah kita. Titip salam sama si laknat ya. Ufan juga pasti nyari gue."

Aku mencoba bercanda untuk menghibur diriku sendiri.

"Pede bener lo. Nanti gue bilang ke Ufan,kok. Tapi lo mau ke mana?"
"..."

Solar terdiam beberapa saat sebelum menjawab;

"Yah pokoknya pergi deh. Nomor gue juga ganti nanti. Kalo gue sempet,nanti gue chat LINE atau DM FB atau IG. Lo tungguin aja incess ini." Solar mengibaskan tangannya lalu mengibas rambutnya ke samping.

"Kita tidak akan bertemu lagi,Frostler." Halilintar bergumam,lalu pergi. Entah kemana. Solar lalu menghela napas,lalu berjalan mendekatiku.

"Gue mau ke rumah gue yang sebenernya,Blaze. Yang lebih bersih dari dunia yang kejam. Lo awet awet ya sama si Taufan. Gue pamit. Gue bakal kangen sama lo."

"Mhm,lo baik baik ya di tempat baru lo. Meski gue gatau lo mau kemana. Terus si Halilintar. Itu lo harus nikah dulu,loh,ya."
"Tau anjr,lo kira gue cewe kayak gimana."

Kami tertawa,lalu terdiam sesaat.

Angin kembali berhembus,mengiringi langkah seorang gadis dengan rambut lurus hitam kecoklatan sepinggang,yang rusuh, lebih pantas menjadi laki laki,dan punya nama galaksi itu.

Aku tak tau apa yang membuatnya pergi,kemana tujuannya,ataupun hal lainnya, aku tak tau. Yang dapat aku rasakan saat itu hanyalah sebuah keanehan.

Mungkin kami belum selama itu berteman,tapi ada rasa sedih yang cukup besar dalam hatiku.

Dia bisa dibilang teman baikku,meski aku tak banyak bercerita tentangnya di sini.

Sebelum dia benar benar pergi,kami berpelukan sesaat. Sesuatu seperti menyengat,dan aku langsung bergidik halus.

"Bye,Blaze. Awet awet sama Kakak lo. Lo berdua sus,bentar lagi juga jadian itu pasti. Gue jalan ya. Jangan lupa kangen sama gue."

Katanya sebelum benar benar pergi. Bersama angin. Solar mulai tak terlihat ketika berbelok di persimpangan jalan.

Aku menahan napas dalam,tapi aku tak punya alasan untuk itu.

Aku kembali ke tempat semula di mana aku meninggalkan Ice.

"Kak."
"Sudah? Mana mereka?"
"Mereka mau pergi meninggalkan Korea. Tapi aku tidak tau mereka kemana. Mereka hanya bilang mereka mau ke rumah yang sebenarnya."
"..."

Ice terdiam,lalu bertanya lagi.

"Kemana mereka pergi?"
"Ke persimpangan di kanan. Hanya Solar,sih. Entah,deh,Halilintar kemana."

Ice lalu memintaku duduk menunggu di sini sementara Ice pergi ke tempat di mana Solar pergi.

Hanya 5 menit,lalu Ice kembali dan menatapku lamat lamat.

"Blaze. Kamu sadar persimpangan kanan itu jalan buntu,kan? Kamu salah lihat?"
"Hah? Tidak. Solar benar pergi ke sana. Aku tak melihatnya lagi karna tertutup tanaman."
"..."

Ice lalu mengajak aku kembali ke rumah.

Aku tak pernah mengecek persimpangan itu karna Ice tak pernah mengizinkan aku pergi ke sana. Bahkan sampai sekarang saat aku sudah dewasa.

Ada apa di sana,entahlah. Aku juga tak tau apa di sana jalan buntu atau ada tembusan. Ice benar benar menjaga ku agar jauh dari sana. Sejak saat itu juga,Ice sensitif sekali dengan Solar dan Halilintar.

Oh,oh. Bab ini jadi terkesan mistis,ya? Hahahha. Aku juga sempat berpikir seperti itu ketika mengingat kembali kisah yang aneh ini.

Merinding loh,padahal sekarang sedang tengah hari. Hahaha. Tapi,hey. Coba tebak siapa yang sedang mengajak anak anak jalan jalan?

Senang,deh,bisa menyuruh Ice mengurus anak anak. Haha. Jadi kerjanya tidak cuma tidur dan makan lalu ngebeban.

Aku sempat berpikir mau memasukkan anak anak ke sekolah. Bagaimana menurut kalian?
Frost punya potensi tinggi sebagai pelajar cerdas. Frostfire punya jiwa keberanian yang tinggi.

Dan Fire punya potensi menjadi seorang pemimpin yang baik meski menjengkelkan.

Aku rasa tidak ada masalah,kan,ya?

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now