Chapter 43~𝐂𝐨𝐧𝐟𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧

406 43 4
                                    

Uh,oh.

Sudah di bab empat puluhan. Padahal tadinya mau aku tamatkan di bab tiga puluhan. Yah,ayo kita akhiri ini secepatnya. Aku butuh banyak istirahat saat ini. Hmm...

Oh,benar. Aku tidak yakin soal hari hari di saat pemrosesan drama itu. Aku hanya akan langsung menskip.

Karna aku tidak yakin di antara kalian,tidak ada anak di bawah umur. Aku juga harus memperhatikan tata terbit Buku. Hehe.

Naaah,ayo kita lihat.
Oh,benar.

Jadi,aku mau melewati bagian bagian yang menurutku tidak terlalu penting. Karna dari segi manapun,kalau niatnya hanya menceritakan tentang hubungan aku dan Ice yang masih sepihak itu,dari manapun terlihat,ya kan.

Lagipula,banyak kejadian yang menurutku terlalu memalukan. Tapi aku akan membagikan satu cerita ini.

Nah,jadi saat kami mau pentas itu,semuanya berjalan baik dan lancar selancar lancarnya. Bahkan semua hampir terkecoh. Tidak ada yang menyadari bahwa aku laki laki.

Itu sebenarnya tidak bisa dibanggakan juga,sih. Tapi itu satu satunya kalimat yang aku dapat,hehe.

Masalahnya itu saat adegan terakhir. Di kisah Cinderella asli,yang punya akhir bahagia hanyalah Cinderella saja dan si Pangeran.

Kami membuat keluarga Cinderella ikut merasakan kebahagian. Kami membuat 2 Pangeran figuran untuk kedua kakak tiri Cinderella.

Lalu kami menambahkan sedikit adegan Romeo dan Juliet. Kami juga menghapus adegan sepatu Cinderella yang terlepas,karna memang agak aneh kalau sepatu yang sudah pas namun bisa terlepas. Kurang logic kalau So-ji bilang.

Jadi kami membuat petunjuk untuk Pangeran menggunakan suara Cinderella. Tentu aku tidak menyanyi sungguhan,nanti kedok ku terbongkar,hahaha.

Di adegan Pangeran mencari Cinderella,dia menyanyi di Aula Kerajaan. Sebelumnya,bawahan Pangeran sudah menyebarkan brosur soal acara di Aula. Jadi lumayan banyak Gadis lajang maupun yang sudah bersuami datang.

"Siapapun yang dapat melanjutkan nyanyian ku,maka dia yang akan aku nikahi." Ice berkata.

Di situ adeganku sedang membawa belanjaan Kakak dan Ibu tiriku. Saat Ice berhenti bernyanyi,dan semua orang sibuk mencari cari lagu yang Ice nyanyikan,aku (Sebagai Cinderella) melanjutkan liriknya dengan santai sambil mengelus seekor kucing.

Semua orang menengok,dan merasa aneh karna seorang gadis jelata yang kumel dapat melanjutkan liriknya.

Kami membuat transformasi keren di sini. Adegan ciuman itu benar benar dilakukan. Sebetulnya semua sempat heran karna Ice tiba tiba mengusulkan seperti itu. Apalah aku yang hanya bisa diam menutup wajah merah ku dengan bantal.

Coba saja kalian tau seberapa gemas Ufan sampai tertawa hingga jungkir balik dari sofa. Bahkan setelah terjungkal dia masih sibuk tertawa meledekku.

Tapi akhirnya begini deh...

Nah,di bagian ciuman itu,transformasi benar benar dilakukan live di panggung. Setelah berciuman,Ice sebagai Pangeran mengajak Cinderella berdansa meski dengan pakaian jeleknya.

Saat mereka melakukan gerakan terakhir di mana Cinderella melakukan putaran dengan tangan Pangeran memegangi,ikatan bajunya akan terlepas dan pakaian putrinya terbuka dengan sempurna.

Apa kalian dapat membayangkannya?
Aku tidak tau bagaimana menggambarkannya. Aku harap kalian mengerti.

Aku sedang tidak bisa memikirkan kata kata yang membantu buku ku saat ini.

Nah,setelah tampil dan semua berkumpul di backstage,kami benar benar bersorak atas kemenangan.

Wali kelas kemudian satang dan ikut bersorak. Lalu kami dijamui makanan. Itu semua mewah,bahkan ada Soju.

Semuanya menuju pada Soju,sementara Ice terus menempel padaku hingga aku sulit menjangkau makanan.

"Ice,nanti tidurnya di rumah. Makan dulu." Kataku. Ice hanya berdehem,aku rasa matanya sudah diolesi lem tikus.

"Ssh,Ice. Aku berjanji kalau kamu tidak membuat ku repot,aku akan memberikan jawabanku malam ini. Janji dengan nama Mama Yum-"
"THE FUCK?"

Aku dan Ice menengok ke arah Ufan.

"Lo berdua belom jadian!? DARI KEMAREN?! Bro!"
"Ssh,Ufan,ah. Jangan teriak teriak,kuping gue pekak."
"Oi,jadian dong jadian. Blaze. Gila..."

Aku hanya tersenyum kikuk. "Sungguh,malam ini?" Ice sekarang berkata. Aku mengangguk dengan khawatir.

Lalu Ice tiba tiba menjadi penurut. Itu seperti Frost yang selalu menurut pada apapun yang aku katakan. Lucuuu sekali,haha.

Mungkin karna ini jamuan besar soju,banyak yang mabuk dan terpaksa harus pulang dengan orang tua.

Aku akan memention Hyunki.

Ayahnya mendatangi ruang istirahat untuk menjemput Hyunki. Saat beliau berpamitan dengan Wali Kelas...

"Terimakasih,Bu. Semoga Ibu tetap mengingat Hyunki sampai kapanpun,Bu. Kami harus pulang sekarang,kalau tidak nanti macet di jalan." Ayah Hyunki berkata. Tepat ketika Wali Kelas mau menjawab dengan ramah,Hyunki tiba tiba berceletuk;

"Mace~t. Ayo hitung mobilnya. Satu~,Dua~,Tiga~,SERATUS MOBIL. Yahahaha"

Aku,Ufan,dan Ice yang masih sadar. Kami memang anti mabuk,itu prinsip.

Setelah kami membantu Wali Kelas menunggu semua pulang,kami pulang paling terakhir.

Aku membawa Ice ke rooftop sebelum kami benar benar pulang,sementara Ufan menunggu di tangga.

Aku menghela napas. Kalau hanya berdua dalam suasana begini,rasanya canggung. Aku tidak tau bagaimana mendeskripsikan apa yang aku rasakan saat ini.

Benar benar mengguncang semua organ dalamku.

"Ice." Aku memanggil namanya untuk kesekian kalinya,tapi pertama kalinya aku memanggilnya dengan nada yang belum pernah aku gunakan.

Ice tidak menjawab,hanya menatap dalam mataku. Penuh arti,tapi maknanya belum dapat aku terjemahkan. Yang pasti,ada harapan seluas samudra.

Dia kemudian meremas tangannya dengan keras,namun masih tetap menatapku lekat.

Aku tertawa kecil,tapi sampai sekarang aku sendiri tidak tau apa maksud tawa kecilku itu.

"Ice..." Aku kembali berlirih. Kali ini Ice tidak lagi menatapku. Dia memejamkan mata dengan erat.

Aku kaku sekali. Lidahku juga kelu. Sangat.
Keheningan lama berada di antara kami. Padahal sejak tadi aku sudah merangkai kata kata untuk merajut kalimatku.

Namun dengan berdiri di depan seorang pemuda gagah tampan yang dingin. Pecinta makan,tidur,dan bantal paus. Dan...

Penyuka seorang Blaze.

Aku tidak bisa membuka kotak kata yang sudah aku rajut dengan rapi. Aku tidak bisa membuka kotak musik yang sudah aku selipkan suaraku dengan indah.

Hanya dapat menatap seorang Ice. Yang sedang menunggu,menunggu,dan menunggu. Seakan menunggu hanya tujuan hidupnya.

Setengah jam.

Setengah jam berlalu dalam diam. Waktu yang cukup untuk Bulan memekarkan sinar yang lebih terang dari sebelumnya.

Maka siap juga aku.

Dulu,sekarang,di masa depan. Aku,selalu,mencintai mu. Mencintai seorang Ice. Ice yang mencintai seorang Blaze.

Aku membuka bunga Mawar mu. Menghirup wangi yang telah kau tumpahkan pada bunga itu. Menatap merah segar ketulusanmu.

Ku tunggu kebersamaan kita di masa depan.



𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now