Chapter 41 ~ 𝐃𝐞𝐚𝐥,𝐈𝐜𝐞?

421 42 4
                                    

"Kenapa Kakak melakukannya?." Aku bersilang dada di depan Ufan dan Ice yang menunduk dua duanya.

"Apanya?"
"Apanya? Kakak punya penyakit amnesia? kakak mau aku jadi banci?"

Ice mengerjap.

"Lo kan emang cewe cewe gitu,Bla-"
"Diem lo Fan,gue bejek bejek lo."
"..."

Aku menggeram dengan napas kasarku. Baguslah anak anak tidak ada yang memperhatikan karna sedang sibuk dengan peran.

"Aku tidak mengerti di mana letak kesalahanku. Di mana salahku?" Ice bertanya ke Ufan,dan Ufan hanya mengangkat bahu.

"Aku tidak mau memainkan peran konyol ini. Mainkan bersama Aerum,jangan aku." Kataku lalu meneguk air minum.

"Oh,ayolah Blaze. Kamu dengan Kak Ice sudah cocok kok. Ucul. Aneh malahan kalo Kak Ice sama Aerum. Apa salahnya,sih? Udah punya fans tau."

"Fan,kamu tidak mengerti. Aku. Tidak. Mau. Itu keputusanku."

"Blaze,ih,gilak. Setres gue. Lo udah di tembak kan kemaren? Apa masalahnya coba."
"Enggak kok,gue masih idup. Nih,gue seger buger. Tuh."
"Blaze..."

Ice hanya diam saat aku dan Ufan bertengkar.

"Lo main sama Kak Ice,lo ga usah piket sebulan."
"Lo kira gue cengo. Kita udah lulus,ngapain piket."
"Cih. Hmm. Lo main peran sama Kak Ice,gue kabulin 10 permintaan lo no debat."
"Lo mah cuma ngomong Fan. Telor kosong. Ga percaya gue."
"Janji,astaga. Lo sirik amat."

Aku menatap Ufan dari atas ke bawah,lalu mengangguk dan berjabat tangan setelah menghela napas.

"Good choice,Blazeee. Selamat bekerja." Kata Ufan dengan wajahnya yang menjengkelkan. Aku menatapnya sinis,lalu beralih ke Ice yang sedang diam.

"Kak Ice juga!"
"Aku?"
"Iyalah. Aku ada di situasi menjengkelkan ini gara gara Kakak!"
"Baiklah,apa syaratmu?"
"Mmm...aku tidak mau lagi memanggil mu dengan sebutan kak."
"Itu saja tidak masalah."
"Tidak,tidak. Tidak itu saja. Ada satu syarat lagi."

Aku menyeringai. Tidak apa apa membiarkan Iblis mempengaruhi pikiranku sesekali.

"Aku mau Ice membersihkan kamar mandi setengah tahun."

Ice langsung tertegun diam,begitu juga Ufan. Selama kehidupan remajaku,aku belum pernah melihat Ice membersihkan kamar mandi atau bahkan sekadar meletakkan pewangi di sana.

Selalu aku. Jadi aku kira ini cukup menyeramkan baginya. Aku mau lihat bisa atau tidak dia sebenarnya.

"Deal,Ice?"
"..."

Ice meneguk ludahnya,menatap sodoran tanganku untuk berjabat tangan. Aku tau itu,dia tidak akan berani. Ah,tapi...

"Baik,aku setuju,Blaze. Tapi kalau begitu aku mau kamu menuruti syaratku juga."
"Katakan."
"Aku mau ada adegan ciuman nanti di panggung."

Aku langsung ternganga,begitu juga Ufan. Siapa sangka Ice akan terang terangan begitu,kan?

"SETUJU GUE BLAZE. HARUS." Ufan berteriak sambil menggebrak meja. Seluruh murid berpusat pada kami sekarang. Kecuali Byeong-mo.

"M-maaf. Kalian lanjutkanlah." Kataku sambil menutup mulut Ufan.

Oh,benar. Mungkin kalian ingin tau pergi kemana Hyejin dan teman temannya. Kalian ingat saat aku bilang aku memasukannya ke BK?

Ya,aku menghujatnya habis habisan,jadi dia langsung kena DO. Aku lupa menulisnya kemarin kemarin. Maaf,ya.

"O-oke deal. Tapi satu syarat terakhir dariku ini tidak boleh dibantah dan tidak boleh ditambah hal lain. Satu saja."
"Boleh."
"Aku perpanjang menjadi setahun syarat yang pertama."

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now