Chapter 12 ~ lǝʇʇǝɹ ɐƃɐıu...?

659 71 6
                                    

Malam salju pertama saat aku kelas 2 SMA,malam yang sulit aku lupakan. Saat itu jam 8 malam ketika aku,Solar,Halilintar,Taufan dan Ice pergi ke restoran hotpot .

Solar merayakan ulang tahunnya dengan kami di restoran itu. Seperti biasa,tanggungan Halilintar.

Hampir seluruh menu restoran terkumpul di meja kami. Dari Kue Beras pedas,Jjangmyeon,beef,intinya meja kami paling penuh.

Sebenarnya sejak kami berangkat dari rumah ku,rasanya sudah tak enak. Dadaku sesak,tak seperti biasanya.

Aku terus merasa aneh,firasat firasat mendatangiku silih berganti. Tapi aku makan dengan tenang,berceloteh seperti biasa saja.

Sampailah pada acara utama. Halilintar membawa kue dengan warna hitam―kuning― putih yang terbungkus rapi dengan box. Kue itu lumayan besar dengan hiasan galaksi.

Halilintar menyerahkan kuenya pada Taufan,ada telepon dari orang penting katanya.

Solar meniup lilinnya,langsung mengambilnya dari Taufan untuk dipotong,tapi entah dari mana,Bapak Bapak tidak sengaja menabrak Solar sehingga kuenya mendarat mulus ke wajah Solar.

Kami tertawa keras,apalagi saat melihat polesan maskara tipis Solar tertinggal di kue. Semakin keras tawa kami.

Bahkan Ice yang sulit tertawa di depan orang banyak saja tekikik kecil. Aku tertawa tak kalah kencang,tapi suara ku terinterupsi oleh batuk yang mendadak.

Aku agak mundur agar tidak ada yang memperhatikan. Disitu,firasat ku semakin tak enak,dadaku semakin sesak,sampai tak sadar sebenarnya Ice dan Taufan memperhatikan. Sementara Solar tengah memoles lagi make-upnya.

Aku berlari kecil ke arah kamar mandi,langsung membuka ponsel,mengontak Dokter.

"B..Bu,dada Blaze sesak" Batukku semakin menjadi,begitu juga dengan sesak napasku.
"Kamu dimana,Blaze?" Dokter yang aku kontak terdengar agak panik.

"Restoran hotpot dekat klinik,tapi tidak enak jika Blaze pamit di tengah acara" aku mengintip keadaan di luar. Yang lain masih sibuk,dan aku mensyukuri itu. Setidaknya mereka tak sadar aku tidak ada.

Dokter terdengar memanggil Kak Rachel,meminta disiapkan beberapa alat. "Blaze,kamu pamit saja,ya. Bilang saja ada urusan mendesak." Aku mengiyakan,sepertinya hal ini penting.

Aku mematikan telepon,langsung memasukkannya ke tas pinggang. Aku terbatuk lagi,tapi kali ini,bukan sekadar batuk,

Aku batuk darah.

Tak ada waktu untuk kaget,aku langsung mencuci mulutku,melenggang pergi ke meja Solar.

"Mama Yumi memanggil ku pulang,kalian lanjutkan,ya! Sampai besok,selamat ulang tahun,Solar!" Aku langsung berlari tanpa menengok lagi ke belakang.

❃❃❃

"Blaaaaaze,aku mau piee!" Suara Ice menghentikan jari ku menari lincah di atas keyboard dan yang mengesalkan lagi adalah,sudah 15 kali Ice minta dibuatkan pie hari ini.

"Ice,jika kau terus mengganggu ku,buku ku tidak akan selesai" Aku berdiri,menghampiri Ice di dapur. "Tapi aku lapar." Aku menggeleng kasar. "Ice,kamu baru makan 5 menit lalu,aku ulang,5 menit lalu. Perhatikan berat badanmu,coba kau timbang sana. Kuda nil dan gajah mungkin bisa kalah dari mu. Berhenti mengganggu ku,kau dengar?" Aku mendengus,kembali ke ruang kerjaku.

Ada setengah jam suaranya tak terdengar. Sepertinya dia tobat.

Tapi asumsi ku langsung terbantah,ada suara ledakan kecil di dapur yang membuatku refleks berlari.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now