Chapter 26 ~ 𝐀𝐦𝐨𝐧𝐠 𝐎𝐮𝐫 𝐖𝐚𝐥𝐥 #2

377 44 20
                                    

『 𝐀𝐦𝐨𝐧𝐠 𝐎𝐮𝐫 𝐖𝐚𝐥𝐥 』
ᵈⁱᵗᵘˡⁱˢ ᵇᵃᵍⁱ ᵃⁿᵈᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵐᵃᵘ ᵐᵉⁿᵍᵉʳᵗⁱ
#2

Kata yang membuat ku melangkah ke jurang,telah aku ucapkan. Tapi kenapa aku belum terjun? Kenapa batu pijakan ku belum juga hancur dan menerjunkan aku?

Tekad itu.

Hope. Masih adakah kesempatan untukku? Ketika aku sudah siap menerjunkan diri?

"TIDAK BERGUNA,MINGGIR!!"

Pintu terbuka keras ketika aku memikirkan apa yang mau aku lakukan. "Tau..Fan?"
"Blaze..BLAZE!" Taufan langsung memelukku dengan sekuat tenaganya. Itu cukup membuat badanku yang sakit rasanya seperti siap remuk.

Tapi pelukan yang menyakitkan tulang ku ini...adalah hal yang aku rindukan dari seorang...Ufan.

"BLAZE...! Kamu..kamu tidak boleh sampai begitu lagi!" Baju keringku basah dalam hitungan detik ketika tangisan Ufan mengalir deras.

"Seharusnya kamu bilang padaku ketika kamu pusing,atau ada yang tidak enak. Kamu tidak bisa begitu saja!"

"Blaze,kamu harus izin padaku sebelum mau pingsan! Aku...aku akan membawa mu ke kasur dulu,baru kamu boleh pingsan! Kau dengar! Lain kali izin padaku,Blaze!"

Aku dapat merasakan sayatan yang sama,Ufan. Aku dapat merasakan alasan bibirmu bergetar saat mengomel barusan. Terimakasih,karna akhirnya kamu kembali memelukku.

"Ufan..."

Maaf...aku mau istirahat lagi.

"Blaze...?"
"BLAZE???"

"Kondisi kritis kembali! Kalian keluarlah dulu,kami akan berusaha sebaik mungkin jadi tolong serahkan pada kami kedepannya. Rachel,panggil staf operasi darurat,sekarang!"

Ice yang sedari tadi diam memperhatikan membawa Taufan yang histeris keluar dalam diam.

Dan untuk cerita selanjutnya,Ice sendiri yang akan menceritakannya.

☔︎☔︎☔︎

A

dalah malam yang sulit aku lupakan,ketika Blaze mengalami masa kritisnya lagi. Aku menemani Taufan ke kamar mandi,karna tidak mungkin dia menangis dengan keras di depan ruang operasi.

Ketika aku merasa aku yang paling menyayangi Blaze,barulah situasi menunjukkan padaku,siapa yang benar menyayanginya.

Selamat Taufan,kau memberitahuku apa itu arti sahabat.

Tapi tak ada waktu untuk mengagumi hubungan mereka yang sebenarnya membuat ku iri.

"Halo...Ma.." Aku langsung berbicara ketika telepon ku diangkat. "Apa Ayah sudah pulang?"
"Ya,Ice. Kamu sama Blaze kenapa belum pulang? Kemana dulu?"

Aku mengepalkan tanganku sekuat mungkin. Mengumpulkan segala keberanian ku.

"Ma. Ice mau bicara. Ajak Ayah menunggu Ice di ruang tamu. Ice tidak akan datang sendiri,jadi tolong,Ma. Tolong. Peringatkan Ayah soal masalah tempramennya."

Aku tak menunggu jawaban Mama dan langsung mematikan telepon. Aku tak yakin dapat menahan emosiku yang membendung kalau mendengar suara Mama. Aku bisa pastikan seberapa terpukul Mama.

"Taufan" Taufan mendongak ke arahku. Matanya masih sembab dan mengeluarkan banyak air. "Kamu sayang Blaze,Taufan?"
"Pertanyaan...macam..apa..tentu.." Jawabnya sesenggukan. Tubuhnya bergetar hebat,tapi intonasi nadanya sangat tulus.

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Where stories live. Discover now