Chapter 30 ~ 𝐅𝐫𝐨𝐬𝐭'𝐬 𝐏𝐫𝐨𝐛𝐥𝐞𝐦

358 40 6
                                    

Hey,tunggu.

Tunggu sebentar,jariku keram. Ah,kenapa di pagi yang menyenangkan ini,aku harus terjebak dalam lingkaran iblis.

Baik,aku berlebihan.

Tadi adalah dini hari yang tenang hingga aku sadar aku sedang tidak tinggal sendiri atau hanya berdua dengan Ice.

"AAYAAAAAH!! FIRE MENGOMPO-"
"HEY. JAGA MULUT MU!"
"APANYA YANG JAGA MULUT! LIHAT CELANA MU BASAH!"
"BAKA! ITU AIR YANG KAU MINUM"

Ya,aku kira keributan Frostfire dan Fire terjadi di jam 4 atau 5 pagi. Tenanglah,Fire tidak mengompol. Aku kira sih,begitu...

Kejadian yang sebenarnya adalah kaki Frost menumpahkan air,airnya terkena kasur dan celana Fire. Lagipula tidak ada bau di sana.

Tapi sepertinya aku harus mengajarkan pada mereka cara mengecilkan volume suara. Bibi Nam,tetangga kanan ku,mengaku mendengar suara mereka tadi.

"Ya Tuhan,aku kira siapa. Ternyata dari rumah mu,ya. Anak anak siapa itu,Nak?" katanya saat kami bertemu di halaman.

Saat itu aku tengah menyiram bunga di taman,begitu juga dengan bibi Nam. Dan bibi Nam langsung bercerita tentang teriakan Fire.

"O-oh...sebenarnya mereka tersesat di supermarket,dan petugas meminta ku menjaganya beberapa waktu"

Aku tidak mungkin mengatakan mereka itu siluman,kan? Tidak mungkin lagi aku katakan mereka anak anak dari Bibi atau Paman. Karna bibi Nam adalah tetangga ku sejak aku masih anak pitik. Dan dia tau selain Ayah,sebenarnya keluarga Mama Yumi dan Ayah juga tidak menyukaiku.

"Apa? Apa tidak ada orang lain?"
"Aah,karna aku yang menemukan mereka,sepertinya petugas berharap padaku. Haha"
"Yah...bisa saja dia hanya malas,nak. Lalu,bagaimana dengan Ice?"
"Ice? Tenanglah. Mudah membujuknya dengan sepotong kue mochi atau keripik kentang."
"Memang seharusnya aku tak khawatir"

Lalu kami tertawa.

"Baiklah,Bi. Aku akan masuk ke dalam. Jangan terlalu lama membungkuk,ya. Nanti kenapa napa lagi"
"Ah,biarkan aku merasa muda,nak."

Kami tertawa lagi lalu aku pamit untuk masuk ke rumah.

"Ayaaaah,lihat,lihat! Frost membuat sesuatu di dapur. Aku rasa itu enak,tapi dia tidak mau membaginya!" Fire langsung menarik narik celanaku,memaksaku ikut ke dapur.

"Ayah! Ayah! Frost,Ayah! AAAAAH,APA APAAN KAU BERUANG KUTUB!"
"JANGAN MENYENTUH MAKANAN KU"
"APA MASALAHMU,AKU TIDAK AKAN MENGAMBILNYA."
"OH YA!? HANYA SOAL WAKTU MAKANAN KU AKAN BERKURANG!"
"DASAR RAKUS,PELIT!"
"KELINCI LEMAH"
"KUCING RAKUS"

Ya,lalu mereka terus berdebat hingga setengah jam kemudian meski aku sudah mencoba melerai mereka.

Aku kira setidaknya mereka bisa diajari menjadi anak manis sesaat saja. Sepertinya itu hanya harapan kosong...

Tapi aku berhasil membuat mereka diam. Tidak sulit,cukup aku jewer saja,kok. Haha.

"Teruskan. Sana bertengkar lagi. Cepat."
"Maaf,Ayah"

Aku memberikan hukuman ringan untuk mereka. Tapi aku cukup heran karna bukan Fire yang membuat masalah kali ini. Aku juga sempat bertanya tanya ada apa dengan Frost hingga jadi sensitif. Maksudku,ya,Ice juga sama kalo soal makan. Jadi aku terbiasa,mereka pasti sensitif,tapi Frost tidak akan berteriak begitu.

Aku menyuruh Frost dan Frostfire berdiri di samping meja TV selama beberapa waktu. Mungkin setengah atau satu jam?
Frostfire terus merengek,tapi Frost hanya diam sambil melihat Frostfire bersungut sungut.

"Baiklah,diam. Diam selama 5 menit,aku akan membebaskan kalian. Tapi kalau tetap berisik,aku akan membuat mu mencuci piring kotor." Setelah itu Frostfire langsung diam.

Aku beranjak ke belakang untuk menjemur beberapa baju yang aku beli. Aku tidak tau apa baju baju ini cocok dengan ketiga iblis itu. Harusnya,sih,cocok.

Tapi entah apa yang dilakukan Fire hingga Frost menjadi agresif lagi. Intinya setelah aku selesai dan masuk,Frostfire terlihat mencoba menahan Frost yang ingin menghajar Fire. Fire juga sepertinya takut setengah mati. Karna tidak tau bagaimana,Fire sudah ada di atas lemari.

"Sini kau" Frost berbisik dengan suara datar. Itu yang membuatku ikut merinding. "Frost,Frost tenanglah. Dia kan tidak salah apa apa! Hey,hey,tenaaang!" Frostfire menengahi.

Yak,itu 2 menit sebelum Frost hampir membunuh Fire.

Dengan senang hati aku tidak akan menulis apa yang aku lakukan agar dia tenang. Sungguh,demi apapun itu,percayalah. Kalian. Tidak. Akan. Mau. Tau. Aku dapat jamin itu. Sungguh.

Tapi aku tetap meminta klarifikasi pada Frost. Sepertinya dia sedang ada masalah yang membuatnya menjadi sensitif. Dan masalahnya itu...bagaimana ya..kalian nilai sendiri saja.

"Ada apa? Kamu punya masalah?" Kataku di kamar. Ah,agak risih melihat bekas cakaran Fire di pipinya. Jadi aku berbicara dengannya sambil mengambil obat.

"Tidak ada apa apa"
"Kamu mau bohong pada ku? Bukankah kamu juga menganggapku Ayah? Kamu mau bohong?"
"Aku tidak pernah memanggilmu Ayah. Kau juga tidak pernah menganggap dirimu Ayah kami bukan? Bukan urusan mu"
"..."

Aku tidak mengerti. Kemarin dia terlihat cocok dengan ku,kenapa tiba tiba begini...
Hmh,kalau aku tidak bisa membuatnya bicara,maka aku akan membuatnya mengatakan masalahnya tanpa sadar.

"Baiklah tidak perlu katakan"
"Apa? Semudah itu? Kau tidak mau memaksa...?"
"Untuk apa? Bukankah kamu punya pilihan? Kalau pilihan mu kamu tidak mau mengatakannya,maka jangan dipaksakan. Tapi setidaknya diam ketika salepnya aku oleskan. Akan sedikit sakit. Tahan ya"
"..."

"Kamu punya masalah dengan Fire?"
"Bukannya tadi kau bilang aku tidak perlu mengatakannya?"
"Kalau tidak mau dikatakan ya tidak usah. Diamkan saja aku. Kenapa direspon?"
"..."

"Mhm?"
"...Fire terus mengatakan aku akan menggemuk kalau aku terus makan. Padahal aku tidak pernah mengejeknya untuk sesuatu yang disukainya."

Ah,itu dia masalahnya.

"Aku tidak heran kamu marah. Tapi tidak seharusnya kamu melukainya"
"Aku tidak bisa menahannya"
"Jahili saja,jangan lukai."
"Jahili...?"
"Mhm,jahili. Itu menyenangkan. Lagipula,aku tau dia juga hanya iseng. Dia tidak pernah berniat mengejek mu. Entah karna kamu yang jarang bermain dan memperhatikan dia hingga dia mau kamu perhatikan,atau memang dia hanya bosan. Tergantung jalan pikiranmu. Intinya,selama dia tidak menggunakan kekerasan,jangan gunakan kekerasan juga. Kamu mengerti? Jangan diulangi. Nanti terluka lagi."

Kataku lalu meninggalkan Frost sendiri sebentar. Itu bukan masalah besar,sih. Tapi ya,seorang anak kecil tanggung kan emosinya tidak stabil. Sensitif,rasanya tidak mau diatur,dan mudah marah. Aku cukup yakin,kok,kalian juga begitu.

Sama saja dengan Frost. Aku rasa,dia yang paling dewasa di antara mereka. Jadi aku harus mendidiknya dengan baik agar tidak resek seperti Fire atau Frostfire.

Aku ingin Frost menjadi seperti Ice yang tenang,meski bisa menyebalkan sesekali. Mungkin mereka akan menjadi duo yang akur,kan?

Yah,aku hanya dapat berharap...

𝔹𝕖𝕥𝕨𝕖𝕖𝕟 𝐔𝐬 // 𝐘𝐀𝐎𝐈 𝐈𝐜𝐞𝐋𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang